36 Siswa SMP N4SA Karangjambu Kunjungi Umah Wayang Kemukusan

by -187 Views
Pemilik Umah Wayang Kemukusan, Kusno S.Pd SD (depan, kiri) bersama para siswa dan guru pendamping SMP N4SA Karangjambu, Purbalingga. (foto: Humas SMP N4SA Karangjambu/EDUKATOR)

PURBALINGGA, EDUKATOR– Untuk memperkuat profil pelajar dengan nilai-nilai Pancasila dan mengenalkan kearifan lokal tentang wayang kulit, sebanyak 36 siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Karangjambu, Purbalingga, Jumat (23/2/2024) mengunjungi Umah Wayang Kemukusan di RT 2/RW 7 Dusuh Kemukusan, Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga.

Di sini, para siswa belajar tentang asal-usul wayang kulit, jenis-jenis wayang kulit dan nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam cerita wayang kulit. Juga belajar memainkan gamelan.Para siswa SMP N4SA Karangjambu antusias belajar gamelan di Umah Wayang Kemukusan . (Foto: Humas SMP N4SA Karangjambu/EDUKATOR)

Para siswa yang didampimhgi Kepala Sekolah Nokman Riyanto, M.Pd, sejumlah guru dan karyawan SMPN 4 Satu Atap Karangjambu ini, diterima pemilik Umah Wayang Kemukusan ,
Kusno, S.Pd, SD.

“Kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema kearifan lokal ini, untuk mengenalkan siswa kepada kearifan lokal wayang kulit, menumbuhkan kecintaan terhadap budaya Indonesia, dan memperkuat nilai-nilai Pancasila dari kearifan lokal yang ada,” ujar Kepala SMPN 4 Satu Atap Karangjambu, Nokman Riyanto.

Dalam kunjungan itu, para siswa mendapat penjelasan tentang sejarah wayang kulit, melihat berbagai jenis wayang kulit, dan diajari cara memainkan wayang kulit dan gamelan oleh Mas Sulung, seorang seniman wayang kulit muda dari Purbalingga.

Para siswa terlihat antusias mengikuti kegiatan P5 ini. Mereka senang bisa belajar tentang wayang kulit dan mencoba memainkan wayang kulit dan gamelan.

“Mengenal dan memahami kearifan lokal seperti wayang dan gamelan tidak hanya mengembangkan kreativitas siswa tetapi juga memperkaya pemahaman mereka tentang budaya kita sendiri,” ujar pemilik Umah Wayang, Kusno, yang juga guru SD Negeri 1 Tetel, Kecamatan Pengadegan, Purbalingga.

Tahun 2017
Kusno menjelaskan, pendirian Umah Wayang Kemukusan, tidak lepas dari idealismenya untuk mempertahankan budaya wayang yang adi luhung.

Atas dasar itu, kemudian Kusno yang juga pegiat seni serta dalang ini, menyulap rumahnya menjadi wahana wisata yang diberi nama “Umah Wayang Kemukusan”.
Tepatnya berada di RT 2/RW 7 Dusuh Kemukusan, Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga.

“Pembangunan Umah Wayang sudah dilakukan sejak tahun 2017. Sebagian bangunan rumah yang memang masih merupakan rumah Jawa klasik, saya jadikan semacam museum yang dipenuhi berbagai tokoh wayang kulit. Koleksi wayang yang jumlahnya ratusan saya letakkan di dinding dengan pigura kaca,” ujar Kusno.

Selain wayang kulit, Kusno juga memiliki koleksi ratusan tokoh wayang golek. Wayang tersebut ada yang sengaja dibeli, ada juga yang berasal dari sejumlah seniman wayang. Menurutnya, Umah Wayang memang sengaja dibangun untuk memperkenalkan budaya daerah tersebut kepada generasi muda.

“Saya sebagai pendidik merasa prihatin karena ternyata anak-anak kita banyak yang tidak mengenal tokoh wayang. Padahal cerita pewayangan termasuk tokoh-tokohnya memiliki banyak pesan moral dan pelajaran yang bisa menjadi panutan bagi generasi muda,” lanjutnya.

Sejak dibuka tahun 2017, Umah Wayang Kemukusan menjadi rujukan bagi pelajar dan generasi muda untuk belajar tentang seni pewayangan. Selain itu kawasan Umah Wayang juga dilengkapi dengan panggung kesenian tradisional Ebeg Banyumasan, yang berada di belakang Umah Wayang.

“Lokasinya ada di bagian belakang Umah Wayang. Kami rutin melakukan pentas kesenian tradisional di sini. Walaupun sempat terhenti saat pandemi. Namun alhamdulillah kini perlahan mulai bangkit kembali,” terangnya.

Dijelaskan, Umah Wayang juga menjadi rujukan mahasiswa dan juga komunitas seni dari luar daerah tentang seni pewayangan. Untuk itu pihaknya secara rutin menjalin kerjasama dengan dalang lokal untuk pementasan wayang.

“Pementasan wayang kulit dan wayang golek rutin dilakukan. Walaupun tentu dengan penonton yang terbatas karena pandemi. Yang terpenting kami bisa nguri-uri budaya Jawa,” katanya lagi.

Pada hari libur, pengunjung berdatangan ke Umah Wayang. Selain menikmati koleksi wayang, mereka juga bisa membaca sejumlah referensi soal wayang. Lokasinya di desa yang jauh hingar bingar keramaian kota, membuat Umah Wayang menjadi wahana wisata alternatif yang layak dikunjungi, Mengenai rencana pengembangan, Kusno mengatakan inovasi terus dilakukan.

“Ini bagian upaya kami sebagai pendidik dan pegiat seni untuk terus menjaga kelestarian budaya daerah di tengah modernisasi,” ujar Kusno. (Humas SMPN 4 Satu Atap Karangjambu/Prs)