PURBALINGGA, EDUKATOR–Sebanyak 370 guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kabupaten Purbalingga mengikuti Workshop Teknik Penyusunan Asesmen yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Purbalingga. Kegiatan ini berlangsung mulai tanggal 11 hingga 26 September 2024, dengan tujuan meningkatkan kualitas asesmen di madrasah.
Workshop tersebut dibagi menjadi enam zona berdasarkan kecamatan. Zona 1 mencakup Kecamatan Rembang, Pengadegan, dan Kejobong. Zona 2 melibatkan Karangmoncol, Karanganyar, dan Kertanegara, sedangkan Zona 3 meliputi Bobotsari, Karangreja, Karangjambu, dan Mrebet. Zona 4 terdiri dari Kutasari, Bojongsari, dan Padamara, Zona 5 mencakup Kaligondang, Kalimanah, dan Purbalingga, serta Zona 6 melibatkan Bukateja dan Kemangkon.
Narasumber dalam workshop ini antara lain Farid Syarifudin, S.Pd.I., M.Pd., Kepala MI Muhammadiyah Panican, dan Nokman Riyanto, S.Pd.Si., M.Pd., Kepala SMP Negeri 4 Satu Atap Karangjambu.
Dalam sesi pemaparannya, Nokman Riyanto menekankan pentingnya memulai penyusunan asesmen dengan kisi-kisi soal.Nokman Riyanto, S.Pd.Si., M.Pd., Kepala SMP Negeri 4 Satu Atap Karangjambu, Purbalingga saat menyampaikan materi.
“Pembuatan soal yang baik harus diawali dengan menentukan materi, tujuan pembelajaran, dan menyusun kisi-kisi soal serta stimulus yang merujuk pada capaian pembelajaran yang akan dicapai,” ujarnya.
Nokman juga menggarisbawahi pentingnya soal yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, agar mereka lebih termotivasi dan memahami materi pelajaran dengan lebih baik.
Ketua Kelompok Kerja Guru (KKG) MI Kabupaten Purbalingga, Sudin, S.Pd.I., menyatakan bahwa penyusunan asesmen yang baik sangat penting dalam menilai kemampuan siswa secara objektif.
“Kami berharap para guru peserta dapat menyusun soal yang benar-benar mengukur kompetensi siswa sesuai bidang studi masing-masing,” katanya.
Sementara itu Kasie Pendidikan Madrasah Kemenag Kabupaten Purbalingga, Sudiono, S.Pd.I., M.Pd.I., menegaskan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk membantu guru dalam menyusun soal yang tidak hanya sesuai dengan kurikulum, tetapi juga relevan dengan kehidupan nyata siswa. Menurutnya, asesmen yang kontekstual akan menjadikan proses belajar lebih efektif, karena siswa dapat menerapkan apa yang dipelajari di kelas dalam kehidupan sehari-hari.
“Guru harus mampu merancang soal yang tidak hanya mengukur aspek kognitif, tetapi juga mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Soal-soal yang disusun harus dapat memotivasi siswa untuk memahami dan menerapkan pengetahuan dalam berbagai situasi yang mereka hadapi di dunia nyata. Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya berhenti di kelas, tetapi bisa diterapkan dalam kehidupan mereka di luar sekolah,” jelas Sudiono.
Sudiono juga menambahkan bahwa penyusunan asesmen yang baik adalah kunci dalam proses evaluasi pembelajaran, terutama untuk memantau perkembangan belajar siswa dan memberikan intervensi yang tepat.
“Dengan asesmen yang tepat, guru dapat lebih mudah mengidentifikasi area di mana siswa memerlukan bantuan tambahan dan merancang strategi pembelajaran yang sesuai,” katanya lagi.(Iko)