*KB Harapan Bunda Purwokerto Barat Berkembang Pesat
PURWOKERTO, EDUKATOR–Dedikasi Eni Kusrini, S.Pd., M.Pd (54), di dunia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi inspirasi bagi banyak guru PAUD di Banyumas. Lahir di Bukittinggi pada 19 November 1971, Eni kini menjabat Kepala Satuan Pendidikan Kelompok Bermain (KB) Harapan Bunda Purwokerto Barat, yang kini terus berkembang pesat. Bahkan, pada tahun 2025 ini, KB Harapan Bunda masuk nominasi 20 KB terbaik pilihan Pilar Pendidikan Senyum Sahabat PAUD Astra.
Eni Kusrini, S.Pd., M.Pd
Sejak 14 Mei 2007, ia mengabdikan diri bukan hanya sebagai pendidik, tetapi juga pengelola dan pendiri yayasan yang menaungi lembaga tersebut.
Pada 2018, lembaga ini resmi diakui dengan Surat Keputusan Oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, sebuah pencapaian yang ia perjuangkan dengan gigih.
Perjalanan Eni dimulai dari peran relawan. Di masa awal berdiri, PAUD identik dengan sekolah gratis tanpa iuran bulanan. Gaji guru saat itu hanya cukup untuk mengganti transportasi. Baginya, menjadi guru PAUD adalah panggilan hati. “Profesi ini lillah, bukan lelah,” ungkap Eni Kusrini dalam perbincangan dengan EDUKATOR di PAUD Harapan Bunda Purwokerto Barat, Jumat (18/9/2025).
Gaji ‘Sajuta’
Eni menjelaskan bahwa guru PAUD sering disebut memiliki “gaji Sajuta”, singkatan dari Sabar, Jujur, dan Tawakal. “Pekerjaan ini melelahkan, tetapi rasa lelah itu tergantikan oleh kebahagiaan ketika melihat anak didik berhasil suatu hari nanti,” ujar Eni Kusrini, alumni S2 UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,97 ini. Sedangkan S1 ditempuh di UPGRIS Semarang, dengan IPK 3,59.
Ia juga menegaskan bahwa menjadi guru PAUD adalah pekerjaan yang menyenangkan, bukan sekadar untuk mengenyangkan. Pada masa awal PAUD booming, banyak guru hanya menerima bayaran sangat kecil, bahkan ada yang hanya lima puluh ribu rupiah per bulan.
“Kalau hanya mengejar rupiah, pasti berhenti di tengah jalan. Tapi jika niatnya mendidik dengan hati, ada kepuasan batin yang luar biasa,” ujarnya.
Pengalaman Eni selama lebih dari 18 tahun di dunia PAUD penuh warna. Ia mengingat masa-masa ketika PAUD pertama kali berdiri dan identik dengan sekolah gratis, tanpa pungutan ataupun iuran SPP. Seiring waktu, terbentuk komite orang tua agar gaji guru bisa dibayarkan walau jumlahnya masih sangat kecil.
“Kalau niat hanya mengenyangkan, tidak akan menyenangkan. Tapi kalau niatnya mendidik dengan hati, secara psikologis justru mengenyangkan,” kata Eni.Eni Kusrini saat mengajar anak didiknya
Ia merasakan langsung betapa menantangnya mendidik anak usia dini. Mengajarkan aksara, membangun keterampilan bahasa, nilai moral, kognitif, fisik motorik, hingga seni tidaklah mudah. “Ada masa-masa di mana saya dihujat, dihina, dipandang sebelah mata. Tapi saya tetap bertahan dengan mental baja,” tuturnya.
ABK
Setiap tahun, KB Harapan Bunda juga menerima Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang membutuhkan pendampingan ekstra. Bagi Eni, itu bukan beban, tetapi panggilan hati. Ia merasa terpanggil untuk memberi pendidikan terbaik bagi anak-anak di lingkungannya.
Keinginan untuk memberi yang terbaik dalam mendidik anak-anak membuatnya melanjutkan studi hingga meraih gelar Magister Pendidikan . Biaya studi ia tanggung sendiri, menjadi bukti komitmennya terhadap peningkatan kualitas pendidikan. “Walaupun tak bergaji, alhamdulillah saya bisa menyelesaikan sampai S2.” ujar Eni dengan bangga.
Berkembang Pesat dan Berprestasi
KB Harapan Bunda kini berkembang menjadi salah satu PAUD yang berkembang pesat dan diperhitungkan di Purwokerto Barat. Lembaga ini diasuh empat pendidik, yaitu Eni Kusrini bersama tiga rekannya: Endang Astuni, Dwi Nuraeni, SE., dan Sapti Yuliani.
Saat ini, KB Harapan Bunda mendidik 42 anak usia dini yang dibagi dalam beberapa kelompok bermain sesuai usia. Sinergi keempat pendidik membuat pembelajaran menjadi lebih kreatif, menyenangkan, dan berorientasi pada perkembangan anak.
Lembaga ini juga berprestasi. Pada 2008, KB Harapan Bunda mewakili Kabupaten Banyumas dalam Gebyar PAUD di Solo dengan karya lukis dari bahan limbah sepanjang lima meter. Hampir setiap tahun, lembaga ini meraih sedikitnya lima kejuaraan di tingkat kecamatan.
Pada 2022, Eni lolos seleksi Beasiswa Ristek-BRIN dengan penelitian tentang pengenalan konsep membilang pada anak usia dini melalui metode bernyanyi.
Eni menambahkan, setiap tahun KB Harapan Bunda selalu memiliki anak berkebutuhan khusus yang diperlakukan sama dengan siswa lainnya. Anak-anak diajarkan saling menyayangi dan membantu teman yang membutuhkan.
Orang tua pun diajak untuk saling menerima melalui kegiatan parenting class. Setiap semester, lembaga ini mengadakan parenting, outbound, dan kegiatan lain dengan melibatkan komite dan paguyuban.
Suasana sosialisasi tentang lembaga akan maju akreditasi di PKG Purwokerto Barat.
“Kerja sama yang baik dengan orang tua membuat suasana sekolah seperti keluarga besar,” kata Eni. Ia menilai kebersamaan itu menjadi modal penting untuk menjadikan KB Harapan Bunda semakin maju dan berkualitas.
Untuk memajukan lembaga, Eni membangun kepercayaan orang tua dengan berbagai cara. Baginya, orang tua akan memilih sekolah yang mampu memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus berkualitas.
KB Harapan Bunda terus meningkatkan mutu guru, menyediakan fasilitas yang aman dan nyaman, serta merancang kurikulum sesuai perkembangan anak. Reputasi lembaga dijaga dengan pendekatan holistik sehingga menjadi tempat belajar yang dipercaya masyarakat.
Aktivitas pembelajaran sambil bermain di KB Harapan Bunda Purwokerto Barat
Komunikasi yang Konsisten
Selain itu, komunikasi yang konsisten juga menjadi kunci. KB Harapan Bunda menjaga keselarasan pesan dalam interaksi dengan orang tua, materi promosi, hingga aktivitas di media sosial. Dengan menjaga identitas dan nilai lembaga, reputasi KB Harapan Bunda semakin kuat.
Bagi Eni, membangun PAUD adalah perjalanan panjang yang membutuhkan dedikasi, konsistensi, dan inovasi berkelanjutan.
Eni juga memiliki kiat mendidik anak-anak PAUD agar siap menghadapi masa depan. Aturan diterapkan secara konsisten supaya anak belajar memahami mana perilaku yang baik dan tidak baik.
Guru menunggu kesiapan anak sebelum mengenalkan materi baru dan menghindari cara mendidik yang terlalu keras. Ia menekankan bahwa di usia dini anak cenderung aktif dan suka mengeksplorasi lingkungan sekitar, sehingga guru harus sabar dan tidak memaksakan.
“Jangan menjadikan proses belajar sebagai sesuatu yang memberatkan,” pesannya.
Selain itu, guru di KB Harapan Bunda selalu berupaya membangun hubungan yang positif dengan anak-anak, seperti menunjukkan kasih sayang, mendengarkan mereka ketika bercerita, menepati janji, dan menghargai pendapat anak.
Pujian diberikan dengan fokus pada proses, sehingga anak memahami bahwa usaha mereka dihargai. Anak-anak juga diberi kesempatan untuk mencoba melakukan hal-hal sesuai usia mereka agar tumbuh menjadi pribadi mandiri.
Arahan yang diberikan selalu jelas dan mudah dipahami. Misalnya, guru akan mendampingi anak saat naik tangga sambil menghitung jumlah anak tangga bersama-sama, menjadikan setiap momen sebagai kesempatan belajar.
Selanjutnya Eni mengatakan, KB Harapan Bunda yang beralamat di Jalan Jenderal Sutoyo Gang II, RT 5 RW 2, Kelurahan Kedungwuluh, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas kini terus bergerak maju.
Eni berharap keberadaan lembaga ini menjadi rumah kedua bagi anak-anak, tempat mereka merasa aman, bahagia, dan siap menatap masa depan. “Saya akan terus berjuang untuk mewujudkan PAUD yang berkualitas dan maju,” tekad Eni Kusrini. (Prasetiyo)