Oleh: Ākhmad Fauzi, S.S., S.Pd.
Guru SMP Negeri 2 Kutasari, Kabupaten Purbalingga
SAYA masih teringat saat pertama kali masuk dunia kuliah. Ketika itu, pertengahan tahun 1991, masa orientasi mahasiswa baru Fakultas Sastra UGM Yogyakarta, diawali dengan satu paket kuliah umum, yaitu penataran P-4 selama 100 jam. Pemateri Prof.Dr.Damardjati Supadjar, salah satu guru besar Fakultas Filsafat UGM.
Selama mengikuti kuliah itu, penulis tahu bahwa pemahaman para calon mahasiswa sebetulnya sudah baik tentang apa itu Pancasila dengan nilai-nilai cerminannya.Namun dalam praktiknya masih perlu adanya kesadaran yang tinggi. Karena yang penulis tahu bahwa kegiatan penataran itu mengandung maksud membangun kesadaran akan hidup bernegara yang utuh dan landasan nilai-nilai pancasila.
Bagi penulis hal yang sangat mengherankan adalah peserta dari penataran itu. Beberapa pesertanya adalah mahasiswa asing program beasiswa, dan salah satu yang penulis kenal adalah seorang berpangkat kapten dari negara Singapura.
Selama dalam masa orientasi penulis mencoba mengenal lebih dekat dengan mahasiswa yang satu ini. Ternyata luar biasa disiplin dan sadar akan segala peraturan yang diterapkan baik dari institusinya maupun tempat kami belajar.
Pernah dalam suatu pembicara kami, sang kapten ini berbincang tentang karirnya sambil menghisap rokok yang tinggal sedikit dengan gaya sopannya. Sesaat kemudian bel masuk tanda kuliah dimulai, sang kapten buru-buru menghabiskan sisa rokok yang tinggal beberapa sentimeter. Sambil memperhatikan apa yang akan terjadi, penulis terus mengamati perilakunya dalam membuang sisa rokok yang sudah tidak dihisapnya lagi.
Sungguh mengejutkan, dengan sikap sopannya sang kapten permisi meninggalkan penulis dan terus turun ke lantai bawah untuk membuang puntung rokok yang ada di tangannya ke dalam tempat sampah.
Mungkin kita yang sering menggampangkan membuang sesuatu akan dibuang begitu saja dari lantai atas. Tidak perduli siapa yang ada di bawah saat itu. Sebuah kebiasaan buruk kita yang mesti kita rubah.
Dalam dunia pendidikan pengajaran seiring dengan mendidik. Para guru senantiasa menyampaikan pendidikan dalam setiap tatap mukanya. Namun mengapa masih belum memberikan dampak nyata di lapangan.
Berbagai peraturan sekolah tentang kebersihan dan perilakunya sudah tersusun dengan baik dan terlaksana dengan disiplin tinggi. Tetapi masih saja kita temui ada orang yang membuang sampah secara sembarangan. Apalagi yang namanya rokok atau ‘tegesan’, sangat mudah membuangnya secara sembarangan. Orang naik sepeda, motor dan juga mobil masih saja kita temui bekerja sambil merokok.
Berarti masih ada yang kurang dalam diri orang-orang yang masih secara sembarangan membuang sampah, yaitu jiwa kesadaran akan lingkungan yang sehat dan bersih.
Dengan kata lain, sebenarnya bukan nilai pendidikan di sekolah yang kita tanamkan yang masih kurang. Namun namun lebih pada peraturan dan sanksi tegas dan sadar diri yang belum dibiasakan dengan benar dan nyata.
Strategi Agar Peduli Lingkungan?
Banyak hal baik yang bisa ditanamkan pada anak sejak dini agar menjadi kebiasaan hingga dewasa, salah satunya adalah kepedulian terhadap lingkungan. Sebab, sekecil apapun perilaku tidak menjaga lingkungan bisa berdampak buruk bagi kondisi Bumi maupun kelangsungan hidup semua makhluk di dalamnya.
Nah, bagaimana Anda mengajarkan sikap tersebut pada anak? Tujuh cara berikut ini bisa membuat anak tertarik dan terbiasa peduli pada lingkungan.
1. Membuang sampah pada tempatnya
2. Berhemat menggunakan listrik dan air
Peduli terhadap lingkungan bisa dilakukan dengan melakukan penghematan energi, seperti listrik dan air.
3. Mengenalkan reduce, reuse, dan recycle
Konsep reduce, reuse, dan recycle penting untuk dikenalkan pada anak dengan contoh nyata saat mengajarkan mereka soal menjaga lingkungan. Misalnya, reduce dengan membeli spidol yang bisa diisi ulang kembali, reuse dengan menggunakan botol air minum kemasan untuk pot tanaman, recycle dengan memanfaatkan sampah kertas untuk kerajinan tangan. Smart Parents harus melakukan hal ini bersama anak agar mereka mencontoh kebiasaan Anda.
4. Menggunakan produk yang ramah lingkungan
5. Meminimalisasi penggunaan kendaraan pribadi
6. Belajar menanam pohon dan berkebun. Di akhir pekan, kita bisa mengajak anak menanam pohon atau berkebun di halaman rumah sendiri. Bila Anda tidak memiliki halaman atau tinggal di apartemen, Anda bisa membeli tanaman kecil yang ditanam di pot.
Dengan memiliki tanaman, anak akan belajar mencintai dan merawat tanaman itu hingga tumbuh besar. Contohnya, menyiram, memberi pupuk, sampai menaruhnya di tempat yang terkena matahari. Hal kecil ini bisa menumbuhkan kepedulian anak terhadap lingkungan dan menerapkannya pada lingkungan sekitar yang jangkauannya lebih luas.
7. Bepergian ke alam bebas. Mengajak anak melihat alam bebas akan menumbuhkan kesadarannya untuk menjaga lingkungan. Ajaklah anak sesekali bertamasya dan menjelajah alam bebas, seperti daerah gunung atau pantai. Janganlah selalu pergi dan bermain di mall !
Dengan melihat alam secara langsung, anak akan mengetahui keindahan alam yang sesungguhnya dan memahami apa yang harus mereka jaga atau pedulikan.
Kita juga bisa menjelaskan, kalau anak tidak peduli pada lingkungan atau membuang sampah sembarangan, maka alam yang indah itu bisa rusak dan berdampak buruk bagi manusia.
Menumbuhkan kebiasaan memang tidak bisa dilakukan secara instan, jadi kita harus sabar dan terus menerapkannya. Pada saat nanti anak menjadi dewasa, anak pasti akan mengingat kebiasaan baik ini dan menjaga lingkungannya. Mari kita senantiasa menjaga lingkungan hidup! Mau kemana lagi jika keadaanya menjadi rusak.(*)