Ketua Jurusan Informatika FT Unsoed Dr. Lasmedi Afuan, S.T., M.Cs (paling kiri) dan Wadek III FT Unsoed Dr Ir Nurul Hidayat, S.Pt, M.Kom (paling kanan) mengapit dua narasumber Ir. Onno Widodo Purbo, M.Eng., Ph.D. dan Prof. Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, S.T., M.Kom
PURBALINGGA, EDUKATOR – Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan kini menjadi teknologi paling berpengaruh di dunia. Namun, pengembangannya harus memperhatikan etika, mulai dari privasi, transparansi, akuntabilitas, hingga keadilan. AI juga bisa menjadi peluang sekaligus ancaman bila tidak diatur dengan kebijakan yang jelas.
Demikian ditegaskan Prof. Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, S.T., M.Kom., Guru Besar Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, dalam Seminar Nasional Informatika dan Komputer (SENIKO) 2025 di Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Blater, Purbalingga, Sabtu (23/8/2025).
Ir. Onno Widodo Purbo, M.Eng., Ph.D (kanan) saat menyampaikan materi
Seminar yang diselenggarakan oleh Prodi S-1 Informatika FT Unsoed ini, mengusung tema: AI dan Kemananan Siber-Untuk Keamanan Berkelanjutan: Tantangan dan Peluang.Prof. Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, S.T., M.Kom saat menyampaikan materi.
Selain Prof. Wisnu, tampil pula dalam seminar tersebut Ir. Onno Widodo Purbo, M.Eng., Ph.D, Rektor Institut Teknologi Tangerang Selatan yang juga pakar cybersecurity.Sementara peserta seminar dari kalangan dosen, mahasiswa, guru, peneliti dan praktisi di bidang Teknologi Informasi dan Komputer (TIK.).
Prof. Wisnu dalam paparannya menyinggung potensi AI di bidang kesehatan, khususnya pengembangan sistem telehealth, tele-EKG, dan tele-USG. Menurutnya, pemanfaatan teknologi berbasis AI memungkinkan pasien melakukan pemantauan kesehatan jarak jauh dengan akurasi tinggi, sehingga akses layanan kesehatan semakin terbuka luas.
Tak hanya itu, AI juga dapat membantu dalam pengelolaan energi dan perubahan iklim. Melalui algoritma pembelajaran mesin, AI mampu memprediksi pola produksi energi terbarukan, mengelola fluktuasi daya listrik, hingga memantau ekosistem lingkungan melalui citra satelit.
“AI bukan hanya untuk efisiensi, tetapi juga untuk keberlanjutan,” ungkap Prof. Wisnu.
Dalam konteks pertahanan dan kebencanaan, Prof. Wisnu menguraikan hasil riset mengenai swarm robotics dan drone cerdas. Teknologi ini dapat digunakan untuk pemetaan wilayah, monitoring lahan pertanian, hingga penanganan bencana. Sistem robot berkoordinasi secara otomatis untuk meningkatkan efisiensi pemantauan dan eksplorasi.
Lebih jauh Prof Wisnu mengingatkan tentang risiko AI generatif yang dapat menggeser sejumlah profesi seperti seniman musik, ilustrator, dan desainer. Oleh karena itu, regulasi menjadi penting agar AI tidak justru merugikan manusia. “Interaksi manusia dan AI harus diatur dengan kebijakan yang jelas,” ujarnya.
Prof. Wisnu turut menyinggung Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia 2020–2045, yang menjadi bagian dari visi Indonesia Emas 2045. Strategi ini diarahkan untuk mendukung pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, serta penguatan ketahanan nasional.
Dengan berbagai paparan tersebut, Prof. Wisnu menegaskan bahwa AI merupakan teknologi masa depan yang harus dipersiapkan dengan matang. “AI bisa menjadi sahabat sekaligus tantangan. Kita harus bijak dalam merancang dan mengimplementasikannya,” pungkasnya.
Unggul
Sementara itu Dekan Fakultas Teknik Unsoed Prof. Dr. Eng. Ir. Agus Maryoto, S.T., M.T yang diwakili Wadek III FT Unsoed Dr Ir Nurul Hidayat, S.Pt, M.Kom saat memberikan sambutan mengucapkan selamat kepada Prodi S1 Informatika Unsoed yang telah meraih akreditasi unggul.
“Kami berjarap, setelah meraih akreditasi unggul, Prodi Informatika FT Unsoed dapat semakin berkontribusi dalam melahirkan lulusan yang kompeten, inovatif, dan siap bersaing di tingkat nasional maupun global,” katanya.
Selanjutnya dikatakan, kita semua menyadari bahwa AI atau kecerdasan buatan telah membawa revolusi besar dalam kehidupan, sementara keamanan siber menjadi benteng utama dalam menjaga keberlanjutan teknologi.
“Oleh karena itu, forum ini menjadi sangat strategis, karena mempertemukan para akademisi, peneliti, praktisi, mahasiswa, serta mitra dari berbagai instansi untuk berdiskusi, berbagi pengetahuan, dan melahirkan kolaborasi nyata,” ujarnya. (Prasetiyo)