Suasana pelatihan pembuatan pupuk organik cair berbahan bakteri fotosintesis bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Banjaran, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga.
PURBALINGGA, EDUKATOR – Tiga dosen Universitas Perwira Purbalingga (Unperba) melaksanakan penelitian dan pelatihan pembuatan pupuk organik cair berbahan bakteri fotosintesis bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Banjaran, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Skema Penelitian Dosen Pemula (PDP) yang diselenggarakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM)-Kemdiktisaintek, dengan judul “Pengaruh Pupuk Bakteri Fotosintesis dan Teknik Budidaya Pull Push System terhadap Pertumbuhan Fisiologi Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays)”..
Tim peneliti dan pelatih terdiri dari Victor Bintang Panunggul, S.P., M.P, Niken Hapsari Arimurti Susanto, S.P., M.P, dan Ayu Sitanini, S.E., M.P. Mereka melatih 30 peserta di lahan tegalan tanah Podzolik Merah Kuning di Desa Banjaran.
Pelatihan fokus pada pembuatan pupuk cair bakteri fotosintesis memanfaatkan air kolam ikan yang difermentasi menggunakan akar bambu, Spirulina, ditambahkan efektif mikroorganisme (EM4) dan bio P60.
“Pupuk bakteri fotosintesis ini berperan sebagai pupuk organik cair ramah lingkungan. Kami melakukan tiga perlakuan, yaitu kontrol, pemberian 50 ml/2 liter air, dan 100 ml/2 liter air. Penggunaan disesuaikan dengan dosis perlakuan,” jelas Victor Bintang Panunggul, Kamis (14/8/2025) di sela-sela pelatihan.Foto bersama dosen Unperba dan anggota KWT Desa Banjaran
Selain itu, tim peneliti memperkenalkan teknik budidaya Pull Push System, yaitu teknik yang memanfaatkan barisan kosong pada lahan untuk ditanami tanaman bernilai ekonomi seperti sereh sebagai penolak hama dan kacang tanah sebagai penambah unsur hara nitrogen dari bintil akar.
“Kacang tanah memiliki nilai ekonomis sekaligus membantu memperbaiki kesuburan tanah,” tambah Niken Hapsari Arimurti.
Sebelumnya, kelompok tani di wilayah ini hanya menanam sayuran seperti kacang panjang dan timun. Dengan inovasi ini, diharapkan produktivitas meningkat dan petani mendapatkan nilai tambah.
Sejumlah anggota KWT Banjaran menyambut baik pelatihan ini. Mereka senang bisa mempelajari pembuatan pupuk cair yang ramah lingkungan dan cara tanam baru. Harapannya hasil panen jagung lebih baik dan lahannya menjadi subur. (Prasetiyo)