
Dari kiri ke kanan: Kepala UPTD WKJ Kalibakung, Firsty Umar Firmansyah S.KM, MM, Dr Lilik Kartika Sari, Dr Shinta Prastyanti dan staf WKJ Kalibakung
TEGAL, EDUKATOR – Unit Pelaksana Teknis Daerah – Wisata Kesehatan Jamu (UPTD WKJ) Kalibakung, yang berlokasi di Desa Kalibakung, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal, adalah salah satu pusat edukasi, konservasi, dan pelayanan kesehatan berbasis tanaman obat keluarga (TOGA). Institusi ini berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal.
Di kawasan seluas lebih dari dua hektar ini, pengunjung dapat mengenal ratusan jenis tanaman herbal yang dikelola secara teratur, sekaligus menikmati layanan jamu tradisional dan terapi kesehatan alami.
Gedung UPTD WKJ Kalibakung
Sejak Firsty Umar Firmansyah, S.KM., M.M. menjabat sebagai Kepala UPTD WKJ Kalibakung pada Oktober 2023, tempat ini terus berbenah dan memperluas jangkauan kolaborasinya. Salah satu langkah penting adalah menjalin kerja sama dengan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), khususnya melalui Program Pascasarjana.
Areal tanaman obat keluarga di WKJ Kalibakung
Dalam kunjungan Rabu (24/9/2025), tim dari Program Studi Magister (S2) Penyuluhan Pertanian Unsoed hadir di WKJ Kalibakung untuk melakukan pendampingan, penelitian, dan pengembangan kawasan tanaman obat. Rombongan Unsoed dipimpin oleh Koordinator Program Studi S2 Penyuluhan Pertanian, Dr. Lilik Kartika Sati, S.Pi., M.Si., bersama Dr. Shinta Prastyanti, M.A.
Dr Lilik Kartika mengamati jamu yang telah dikeringkan di tempat khusus penyimpanan
Kunjungan ini bertujuan memperkuat kolaborasi antara akademisi dan pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi tanaman obat, memperbaiki sistem penyuluhan herbal, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap manfaat jamu dan tanaman lokal.
Tim Unsoed juga melakukan diskusi teknis dengan pengelola WKJ mengenai strategi pengelolaan TOGA, inovasi produk jamu, serta peningkatan kapasitas SDM lokal.
Petugas UPTD WKJ Kalibakung sedang menjelaskan tentang proses produksi jamu hingga layak konsumsi
240 Jenis Tanaman Obat
WKJ Kalibakung sendiri dikenal memiliki lebih dari 240 jenis tanaman obat, di antaranya kunyit, temulawak, jahe, kencur, sambiloto, brotowali, hingga kumis kucing. Tanaman-tanaman tersebut tidak hanya dimanfaatkan untuk layanan jamu di klinik WKJ, tetapi juga untuk kegiatan edukatif, pelatihan masyarakat, serta produksi simplisia kering.
Menurut Firsty Umar Firmansyah, WKJ saat ini tengah memfokuskan pengembangan pada tiga hal utama: standarisasi dan saintifikasi jamu, penguatan jejaring akademik, serta peningkatan nilai ekonomi tanaman herbal.
“Kerja sama dengan perguruan tinggi seperti Unsoed ini sangat penting. Kami ingin WKJ tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga pusat riset, pembelajaran, dan pemberdayaan masyarakat di bidang jamu,” ujarnya.
Dr. Lilik Kartika Sari menambahkan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan misi Unsoed untuk mendorong pertanian berkelanjutan dan kesehatan berbasis kearifan lokal. “WKJ Kalibakung punya potensi besar sebagai laboratorium hidup bagi pengembangan jamu dan penyuluhan masyarakat,” jelasnya.
Dengan sinergi antara WKJ Kalibakung, Pemerintah Kabupaten Tegal, dan Universitas Jenderal Soedirman, kawasan ini diharapkan terus tumbuh sebagai model wisata edukasi herbal modern yang berpadu dengan kekayaan tradisi jamu Indonesia. (Prasetiyo)