Penampilan Paksiband pada release single terbaru “Buta Murka”, Jumat (12/9/2025)
YOGYAKARTA, EDUKATOR--Paksiband, kelompok musik keroncong asal Yogyakarta yang dikenal kritis lewat karya-karyanya, kembali hadir dengan single terbaru berjudul “Buta Murka”.
Dirilis pada Jumat (12/9/2025), karya ini menjadi penanda kembalinya Paksiband setelah terakhir merilis album Panen Raya pada 2023. Sebuah album yang sempat masuk nominasi Anugerah Musik Indonesia (AMI), kategori Musik Keroncong Terbaik.
“Sudah agak lama kami tidak merilis karya. Single terbaru ini rasanya pas hadir di kondisi saat ini,” ungkap Paksi Raras, vokalis sekaligus pendiri band yang terbentuk pada 2018 ini.
Dalam “Buta Murka” https://www.youtube.com/watch?v=sIK2e5Fvf4M&list=RDsIK2e5Fvf4M&start_radio=1, Paksiband mengangkat kisah Dewata Cengkar, sosok raksasa dalam legenda Jawa yang digambarkan lalim, rakus, dan gemar memangsa rakyat kecil. Namun pada akhirnya, raksasa itu ditumbangkan oleh sosok yang lebih kecil.
“Legenda itu bisa jadi potret negeri hari ini. Kami ingin melestarikan sastra Jawa sekaligus menyumbang suara pada aksi-aksi demonstrasi rakyat yang sedang berlangsung,” jelas Paksi.
Musik Perlawanan
Lewat karya ini, Paksiband menegaskan bahwa suara perlawanan tidak hanya bisa dibawakan melalui musik punk, rock, atau metal. Keroncong Jawa yang selama ini identik dengan kelembutan, juga bisa menjadi medium untuk menyuarakan kegelisahan sosial.
Wawan, pemain ukulele cuk, menegaskan bahwa seni tradisi juga memiliki peran dalam gerakan rakyat. “Tidak hanya musik modern yang bisa menyuarakan aksi. Keroncong Jawa pun bisa. Tradisi ini jangan hanya ditempatkan sebagai musik nostalgia, tapi juga bisa bicara tentang realitas hari ini,” ujarnya.
Secara musikal, “Buta Murka” tetap mempertahankan nuansa keroncong khas Paksiband. Namun, kali ini mereka menambahkan warna baru dengan menghadirkan instrumen etnik, yakni gamelan yang dimainkan oleh Jaeko.
Formasi band diperkuat oleh Paksi (vokal, cak), Wawan (cuk), Dibya (bass), Bagas (drum), Irvan (flute), Rizky (keyboard), dan Jaeko (gamelan).
Single ini tidak hanya sebuah karya musik, tapi juga wujud sikap politik dan solidaritas kemanusiaan. “Andil seniman bisa sederhana, tapi itu penting sebagai dukungan bagi pergerakan rakyat,” kata Paksi.
Video klip “Buta Murka” juga dirilis bersamaan di kanal YouTube Paksiband, sementara lagunya bisa didengarkan di berbagai platform digital.
Dengan “Buta Murka”, Paksiband sekali lagi membuktikan bahwa musik tradisi tidak kehilangan daya ledaknya. Di tangan mereka, keroncong Jawa menjadi suara perlawanan. Menyuarakan kegelisahan, keberanian, dan harapan rakyat kecil. (Harta Nining Wijaya/Prs)