Plt Bupati Purbalingga Dimas Prasetyahani foto bersama Ketua PWI Jateng dan anggota PWI Purbalingga.
PURBALINGGA, EDUKATOR–Plt Bupati Purbalingga, Dimas Prasetyahani, menyatakan kesiapan pemerintah daerah untuk bersinergi dan berkolaborasi dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Purbalingga dalam memberantas praktik wartawan bodrex. Belakangan ulah mereka meresahkan masyarakat, dengan cara mendatangai para kepala desa dan sekolah-sekolah.
Hal ini disampaikannya saat membuka Konferensi PWI Kabupaten Purbalingga yang digelar di Operation Room Graha Adiguna, Kompleks Pendopo Dipokusumo Purbalingga, Jumat (18/7/2025).
Acara ini dihadiri Staf ahli Bupati Purbalingga bidang Pemerintahan dan Kesra Agung Widiarto, S.E., M.Si, jajaran Forkopimda, Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS, Ketua PWI Purbalingga periode 2021-2024 Joko Santosa dan seluruh anggota PWI Purbalingga.
Plt Bupati Purbalingga, Dimas Prasetyahani saat memberikan sambutan
Ketua PWI Purbalingga periode 2021-2024 Joko Santosa ketika memberikan laporan pertanggungjawaban
Sebelum masuk menjadi birokrat, Dimas Prasetyahani punya pengalaman berhubungan dengan wartawan bodrex.
“Saya pernah diwawancarai oleh seseorang yang mengaku wartawan, tapi setelah wawancara selesai saya justru dimintai sesuatu. Belakangan saya tahu, oooo…..ini yang namanya wartawan bodrex. Inilah praktik wartawan bodrex yang perlu kita lawan bersama,” tegas Dimas Prasetyahani.
Ia menambahkan, praktik semacam ini sangat merugikan dan mencederai nama baik profesi wartawan yang sejatinya menjunjung etika dan tanggung jawab sosial.
Istilah wartawan bodrex merujuk pada oknum yang menggunakan label jurnalis sebagai kedok untuk mencari keuntungan pribadi, biasanya dengan cara memeras atau menakut-nakuti narasumber.
Sambil berseloroh, Ketua PWI Jawa Tengah, Amir Machmud NS yang menyimak sambutan Plt Bupati Purbalingga itu, menambahkan istilah wartawan bodrexin kini juga ada. “Sekarang ada juga wartawan bodrexin,” selorohnya yang disambut tawa para wartawan.
Istilah wartawan bodrexin , merujuk pendatang baru yang mengikuti jejak negatif seniornya.
Pentingnya Peran Pers
Lebih lanjut Dimas Prasetyahani menekankan pentingnya peran pers dalam pembangunan daerah. “Peran pewarta dalam menyampaikan informasi sangat signifikan. Wartawan adalah tonggak pembangunan informasi dan komunikasi di daerah,” ujarnya.
Menurut Dimas, saat ini Pemerintah Kabupaten Purbalingga sedang menjalani proses transsisi birokrasi, di mana keterbukaan informasi dan kemitraan dengan media menjadi bagian penting. “Kami baru memimpin sekitar lima bulan. Untuk itu, kami sangat membutuhkan masukan dari rekan-rekan wartawan agar komunikasi kami ke masyarakat berjalan baik,” ungkapnya.
Sinergitas Penthahelix
Dimas juga mendorong terciptanya sinergitas dalam kerangka kolaborasi pentahelix antara pemerintah, media, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat. “Kami berkomitmen untuk membangun Purbalingga dengan informasi yang sehat, kredibel, dan terverifikasi. PWI menjadi mitra strategis kami dalam misi ini,” tandasnya.Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS
Sementara itu, Ketua PWI Jateng, Amir Machmud, menyoroti tantangan besar yang dihadapi wartawan di era media sosial. “Saat ini kita berada di era dualisme media: media arus utama dan media sosial. Wartawan harus bersaing dengan konten kreator yang seringkali tidak melewati proses verifikasi dan etika jurnalistik,” kata Amir.
Menurutnya, wartawan memiliki kekuatan lebih dibanding konten kreator, karena produknya melalui penyaringan, verifikasi, dan tunduk pada kode etik jurnalistik. “Pemkab akan lebih nyaman diliput wartawan daripada akun-akun bodong yang bisa menaikkan trafik tapi isinya belum tentu benar,” tambahnya.
UKW
Amir Mahmud menegaskan, PWI Jateng akan terus menjaga dan meningkatkan kualitas produk jurnalistik bagi anggotanya di tengah derasnya arus informasi digital. Salah satu langkah konkret yang akan dilakukan adalah dengan mendorong setiap anggota memgikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW), dan pelatihan-pelatihan berkelanjutan yang relevan dengan perkembangan dunia pers.
“UKW bukan sekadar syarat administratif, tetapi menjadi indikator profesionalisme dan integritas wartawan. Dengan wartawan yang teruji secara kompeten, kita bisa menjaga marwah jurnalistik sebagai profesi yang mengedepankan etika, akurasi, dan tanggung jawab sosial,” tegasnya. (Prasetiyo)