
PURWOKERTO, EDUKATOR–Rektor Telkom University, Prof. Dr. Suyanto, S.T., M.Sc. menegaskan, dunia tengah menuju puncak disrupsi teknologi yang diperkirakan terjadi pada 2030, ditandai dengan hadirnya tiga kekuatan besar: AI generasi ke-4, jaringan 6G, dan komputasi kuantum.
“Ini bukan sekadar revolusi teknologi, melainkan revolusi peradaban yang menuntut kesiapan manusia dari segi karakter, empati, dan daya tahan terhadap perubahan,” ujarnya saat memberikan kuliah umum bertema “AI dan Dunia Akademik: Adaptasi, Kolaborasi, dan Peluang Masa Depan”, di kampus Telkom UNiversity Purwokerto, Kamis (22/5/2025).
Selain Prof Suyanto, ikut memberikan materi kuliah umum dari Wakil Menteri Komunikasi dan Digital RI, Nezar Patria, S.Fil., M.Sc., M.B.A.suyanto
Menurut Prof Suyanto, AI sangat unggul dalam hal akurasi dan kapasitas, tetapi manusia unggul dalam kreativitas dan nilai-nilai kemanusiaan. “Kolaborasi manusia dan AI adalah entitas terbaik,” tegasnya.
Merujuk pada Future of Jobs Report 2025 dari World Economic Forum, Prof. Suyanto menjelaskan bahwa profil lulusan masa depan harus memiliki kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif. Untuk itu, Telkom University tengah memperkuat literasi dasar mahasiswa sejak tahun pertama kuliah, khususnya dalam hal teknologi dan storytelling, sebagai pondasi penting dalam menyongsong era transformasi digital.
Dijelaskan juga, pengaruh AI generatif seperti ChatGPT dalam pendidikan global, luar biasa. Contohnya adalah kemunduran platform bimbingan belajar Chegg yang kehilangan jutaan pengguna setelah AI seperti ChatGPT digunakan secara luas oleh pelajar. Fenomena ini menunjukkan bahwa dunia pendidikan harus segera beradaptasi dengan perubahan yang ditimbulkan oleh teknologi AI.
Kuliah umum ini menjadi momentum penting dalam mengajak sivitas akademika untuk tidak hanya mengadopsi AI sebagai teknologi, tetapi juga mengadaptasi dan menciptakan pendekatan-pendekatan baru dalam proses pembelajaran. Telkom University menegaskan komitmennya sebagai kampus berbasis teknologi yang mengedepankan pendekatan SAFE AI (Secure, Accountable, Fair, and Empathetic) demi menciptakan pencerahan bagi kemanusiaan di tengah era digital. (Prasetiyo)