*Dorong Ketahanan Pangan dan Kemandirian Desa
Tim PkM Unsoed memberikan pelatihan budidaya jamur tiram putih di Desa Mulyasari, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap
CILACAP, EDUKATOR — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) mengembangkan budidaya jamur tiram putih di Desa Mulyasari, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap. Program ini bertujuan memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Kegiatan yang digagas sejak pertengahan Juli 2025 ini diketuai oleh Prof. Dr. Nuniek Ina Ratnaningtyas, M.S, bersama anggota tim Prof. Dr. Nuraeni Ekowati, M.S, dan Prof. Dr. Sri Lestari, S.E., M.Si.
Program bertajuk “Peningkatan Keberdayaan Mitra Usaha Jamur MasTo Mushroom Sebagai Upaya Mendukung Program Ketahanan Pangan Desa Mulyasari” ini didanai melalui Skim PkM Berbasis Riset Dana BLU Unsoed dan direncanakan berlangsung selama tiga tahun.
Menurut Prof. Nuniek, kegiatan tahun pertama meliputi FGD bersama mitra MasTo Mushroom, penyuluhan teknologi budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), tata kelola kumbung, serta pelatihan pembuatan media tanam jamur (bag log). Tim juga memberikan bantuan peralatan dan fasilitas perbaikan kumbung agar standar budidaya lebih optimal.
Tim PkM Unsoed memberikan pelatihan budidaya jamur tiram putih di Desa Mulyasari, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap
“Program ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial mitra, agar mereka mampu mandiri dalam usaha jamur tiram,” jelas Prof. Nuniek di Purwokerto, Senin (6/10/2025).
Potensi Besar
Prof. Nuraeni Ekowati menambahkan, potensi pengembangan usaha jamur di Desa Mulyasari sangat besar. Banyaknya limbah serbuk kayu dari usaha gergajian dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku media tanam.
“Permintaan jamur tiram terus meningkat, sementara produksinya masih terbatas. Padahal, jamur tiram kaya protein nabati, serat, dan antioksidan, serta memiliki siklus panen singkat,” ujarnya.
Kegiatan ini, lanjutnya, bukan hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga membuka peluang pendapatan tambahan bagi masyarakat desa secara berkelanjutan.
Anggota tim lain, Prof. Sri Lestari, S.E., M.Si, dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, menegaskan bahwa pengembangan jamur tiram putih dapat mendukung program Ketahanan Pangan Nasional dan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah.
“Jamur tiram dapat menjadi bahan pangan alternatif bernilai gizi tinggi dan mudah didistribusikan. Dengan integrasi ke rantai pasok MBG, desa bisa menjadi produsen lokal pangan bergizi sekaligus memperoleh manfaat ekonomi langsung,” terang Prof. Sri.
Berdampak Besar
Ketua kelompok MasTo Mushroom, Nurkustanto, mengungkapkan rasa syukur atas pendampingan dari tim Unsoed. Ia menyebut program ini membawa dampak besar bagi peningkatan pengetahuan dan semangat para anggota kelompok.
“Kami sangat berterima kasih kepada Tim PkM Unsoed yang hadir langsung membimbing kami. Program ini membuka wawasan baru tentang potensi besar jamur tiram sebagai sumber penghasilan dan bagian dari ketahanan pangan desa,” tuturnya penuh haru.
Nurkustanto berharap kerja sama ini dapat terus berlanjut agar MasTo Mushroom semakin mandiri, inovatif, dan menjadi contoh sukses bagi kelompok usaha lain di wilayah Majenang. (Prasetiyo)