PURWOKERTO, EDUKATOR — Saat ini, anak-anak sangat akrab dengan smart phone atau telepon pintar maupun gawai. Kemajuan teknologi, termasuk dalam proses pembelajaran, memang menuntut demikian. Namun idealnya, disamping piawai menggunakan smart phone, anak-anak diharapkan tidak melupakan dunianya, yakni dunia bermain bersama teman-temannya di luar rumah.
Nah, untuk mengenalkan dan membumikan aneka permainan kepada anak-anak itu, khususnya permainan tradisional yang ada di Banyumas, dosen Ilmu Komunikasi Universitas AMIKOM Purwokerto Rida Purnama Sari, S.Sn MM menerbitkan buku, berjudul: “Lithong! Dolanan Tradisional Banyumasan”.
Buku edukatif ini disusun dengan visual yang menarik, dilengkapi tata cara permainan, serta filosofinya. Buku ini diharapkan menjadi salah satu media untuk melestarikan permainan tradisional yang kian hari tergerus oleh perkembangan zaman. Dan buku ini layak dimiliki para orang tua maupun guru sebagai referensi pembelajaran muatan lokal.
”Sekarang anak-anak lebh banyak bermain-main dengan smart phone di dalam rumah. Mereka sudah jarang main keluar rumah, main bareng. Nah, buku ini ingin menghidupkan lagi permainan tradisional yang ada di sekitar kita, agar anaka-anak tidak lupa dengan warisan luhur nenek moyangnya,” ujar Rida Purnama Sari kepada EDUKATOR, di Purwokerto, Sabtu (16/9/2023).
Buku ini diterbitkan Zahira Media Publisher, merupakan karya yang disusun untuk meraih gelar Sarjana Seni saat Rida menempuh study di Universitas Maranatha, Bandung.
Dijelaskan Rida, lithong merupakan seruan saat anak-anak di daerah Banyumas dan sekitarnya bermain petak umpet atau jonjang. Jika anak yang bersembunyi ketahuan, si pencari lalu berteriak “lithong !”, sambil berlari kembali ke pos jaganya.
Buku setebal 41 halaman dan berukuran 20 cm x 20 cm ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi “Dolanan Ketangkasan” atau permainan tradisional ketangkasan. . Pada bagian ini diterangkan langkah-langkah bermain yang disertai gambar-gambar menarik, seperti bermain benthik, gobag sodor, Ik Ol, banthan, klonthang, sigug, jonjang, dan sundha mandha.
Sedangkan bagian kedua, “Dolanan Kesenian” atau permainan yang berkaitan dengan gerak dan lagu, seperti permainan sledur, dudut keradut, soyang, dan thung balung. Pada permainan kesenian tradisional ini dibutuhkan kekompakan serta melatih seni peran, gerak, dan lagu.
Melalui buku yang dicetak eksklusif ini, orangtua bisa mengenalkan aneka permainan tradisional yang kini nyaris punah kepada anak-anaknya saat di rumah. Atau bisa dipakai guru sebagai referensi pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan (PJOK) maupun mata pelajaran Bahasa Jawa.
Apalagi dalam Kurikulum Merdeka, saat ini guru dituntut kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi. Oleh sebab itu, materi dalam buku ini, layak dikenalkan dan dipraktekkan kepada anak-anak, agar permainan tradisional tidak punah ditelan zaman.
”Yang menarik, buku ini disusun dengan bahasa ngapak atau panginyongan supaya orang Banyumas juga bangga dengan bahasa daerahnya. Sekaligus ini sebagai upaya nguri-uri Basa jawa Banyumasan,” kata Rida yang mengampu mata kuliah Desain Komunikasi Visual dan Periklanan ini.
Rida berharap, hadirnya buku Lithong! Dolanan Tradisional Banyumasan, diharapkan anak-anak generasi Z usia sekolah dasar mau mengenali dan aktif bermain aneka permainan tradisional.
Bagaimana untuk mendapatkan buku ini?
Buku Lithong ! Dolanan Tradisional Banyumasan bisa didapatkan di ecommerce shopee dan tokopedia ZMP atau DM instagram Zahira media publisher dengan harga Rp 180.000. Info pembelian silakan klik https://shopee.co.id/Buku-Lithong%21-Dolanan-Tradisional-Banyumasan-i.364462792.22246523907
Konsep DKV
Terpisah, Marketing Director Penerbit Zahira Media Publisher Alfian Muhazir kepada wartawan mengungkapkan, buku Lithong! Dolanan Tradisional Banyumasan ini menarik sebagai media pembelajaran, karena dikemas dengan konsep desain komunikasi visual (DKV).
”Dengan gambar-gambar yang menarik ini, diharapkan bisa menjadi pembaruan literasi di masyarakat. Diharapkan generasi milenal jadi lebih kenal apa saja permainan tradisional di Banyumas ini,” ujar Alfian.
Alfian setuju, permainan tradisional perlu dilestarikan di tengah kemajuan perkembangan teknologi yang kian pesat.
”Dengan bermain bersama, anak-anak dilatih untuk belajar hidup bersosial, tidak individualis,” katanya. (Prasetiyo)