Bupati Purbalingga Fahmi Muhammad Hanif foto bersama narasumber dan pejabat yang hadir dalam acara bedah buku Babad Wirasaba
PURBALINGGA. EDUKATOR – Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dinarspus) Kabupaten Purbalingga menggelar acara bedah buku Babad Wirasaba, di Rooftop lantai 3 Gedung Perpustakaan Umum Purbalingga, Rabu (20/8/2025). Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk menggali kembali sejarah panjang dan akar budaya Purbalingga.Bupati Purbalingga Fahmi Muhammad Hanif menyalami para narasumber dalam bedah buku Babad Wirasaba di Perpustakaan Umum Kabupaten Purbalingga
Tiga narasumber tampil membedah buku tersebut, terdiri Sutarman S.Pd selaku penerjemah, akademisi dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto Prof Dr Sugeng Priyadi, M.Hum, dan budayawan Purbalingga Agus Sukoco.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Bupati Purbalingga Fahmi Muhammad Hanif, Sekda Herni Sulasti, para kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Camat, pemerhati sejarah, para pendiri Kabupaten Purbalingga dan tamu undangan.Sutarman, S.Pd, penerjemah Buku Babad Wirasaba yang ditulis oleh R. Darmasumarta pada tahun 1927,
Sutarman yang juga guru Bahasa Jawa senior di SMP Negeri 1 Bojongsari mengatakan, Buku Babad Wirasaba yang dibedah ini, didapat dari Perpustakaan Universitas Indonesia, ditulis oleh R. Darmasumarta tahun 1927, berisi 38 halaman. Buku ini ditulis dengan tulisan latin berbentuk tembang berbahasa Jawa, sebanyak 387 bait. Bait-bait tersebut terdiri dari 7 jenis Tembang Macapat yakni Asmaradana, Pucung, Kinanti, Durma, Dandanggula, Maskumambang, dan Sinom.
Sutarman menjelaskan, lokasi dalam buku tersebut antara lain alun-alun, pasar, dan gedogan atau kandang kuda. Buku ini berisi pesan moral yang sangat baik untuk dipedomani, yakni ajaran budi pekerti berupa kepatuhan bawahan terhadap atasan, dan anak terhadap orang tua.
Pesan yang ada misalnya, ketika mengambil keputusan, sebaknya jangan pada saat marah, namun bermusyawarah terlebih dulu dengan hati yang jernih dan pikiran yang tenang. “Karena keputusan yang diambil, berkaitan dengan orang banyak,” ujar Sutarman, alumni Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa Unnes ini.
Bupati Purbalingga Fahmi Muhammad Hanif memberikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya bedah buku ini. Ia menegaskan pentingnya pemahaman sejarah dalam memperkuat identitas daerah serta membangun arah kebijakan yang selaras dengan nilai-nilai budaya lokal.
“Dengan memahami sejarah, kita bisa mengerti nilai-nilai kearifan lokal yang masih hidup hingga hari ini. Nilai-nilai dan filosofi itu tak lepas dari budaya masa lampau,” tegas Bupati Fahmi.
Lebih lanjut Bupati Fahmi menyebut bahwa literasi sejarah bukan hanya soal mengenang masa lalu, tetapi juga sebagai pijakan dalam menyelesaikan persoalan masa kini dan merancang masa depan.
“Literasi terhadap sejarah bisa menjadi landasan dalam menentukan arah kebijakan yang sesuai dengan akar budaya Purbalingga,” ujarnya.
Bupati Fahmi juga menyampaikan komitmen Pemkab Purbalingga untuk terus menggali sejarah daerah, khususnya jejak kejayaan Wirasaba sebagai cikal bakal berdirinya Kabupaten Purbalingga.(Prasetiyo)