Oleh: Vivi.P.Rantung, S.T, M.ISD, Dosen Teknik Informatika Universitas Negeri Manado
BAHASA daerah di Indonesia menghadapi ancaman serius. UNESCO mencatat bahwa dari sekitar 7.600 bahasa di dunia, satu bahasa punah setiap dua minggu karena tidak lagi memiliki penutur aktif (jabarprov.go.id).
Di Indonesia, situasinya tidak jauh berbeda. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mencatat bahwa hingga tahun 2021, sudah ada 11 bahasa daerah yang punah, 8 dalam kondisi kritis, dan 26 lainnya terancam punah (data.goodstats.id). Jika tidak ada upaya nyata, bahasa daerah bisa menghilang dalam satu generasi.
Trend ini juga terlihat dalam data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa semakin muda generasi, semakin rendah persentase penggunaan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari.
Menurut hasil Long Form Sensus Penduduk 2020, hanya sekitar 61,7% generasi post-Gen Z yang masih menggunakan bahasa daerah, turun dibandingkan dengan generasi sebelumnya seperti Gen Z yang mencapai 69,9%. (data.goodstats.id). Jika tren ini terus berlanjut, bahasa daerah bisa kehilangan relevansinya dalam beberapa dekade mendatang.
Namun, apakah kita hanya akan menjadi saksi kepunahannya? Ataukah kita bisa memanfaatkan teknologi untuk menyelamatkan dan mengembangkan bahasa daerah agar tetap lestari di era digital?
Menurut Endang Aminudin Aziz, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, “Kita belajar dari masa lalu dengan memahami bahasa lokal, dan karena fungsi bahasa lokal tersebut, kita harus memastikan ketersediaannya untuk generasi mendatang, dan teknologi adalah kuncinya.” (time.com)
Dengan kemajuan teknologi, bahasa daerah tidak hanya bisa didokumentasikan, tetapi juga digunakan kembali dalam komunikasi digital melalui aplikasi, chatbot, hingga asisten virtual berbasis AI.
Mengapa Bahasa Daerah Harus Dilestarikan?
Banyak yang menganggap pelestarian bahasa daerah sebagai isu budaya semata, tetapi lebih dari itu, bahasa daerah adalah aset pendidikan, ekonomi, dan teknologi.
Wakil Ketua MPR RI juga menegaskan bahwa upaya pelestarian bahasa daerah sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia harus menjadi kepedulian kita bersama. (mediaindonesia.com) Hal ini menunjukkan bahwa bahasa daerah bukan hanya sekadar komunikasi, tetapi juga pilar ketahanan budaya bangsa.
Berikut adalah beberapa alas an mengapa Bahasa Daerah harus dilestarikan :
- Identitas Budaya: Bahasa daerah merupakan cerminan sejarah, filosofi, dan cara berpikir suatu masyarakat.
Hilangnya bahasa berarti hilangnya cara unik memahami
dunia. Menurut Prof. I Nyoman Wayan Murtana, Guru Besar Universitas Airlangga, kepunahan bahasa daerah berdampak signifikan terhadap aspek sosial budaya masyarakat, karena bahasa dan budaya memiliki keterkaitan yang erat (detik). Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa generasi muda yang kehilangan kemampuan berbahasa daerah mungkin merasa terputus dari akar budaya mereka, yang dapat mempengaruhi rasa memiliki dan keterikatan terhadap komunitas asal (UNM OJS). Oleh karena itu, pelestarian bahasa daerah menjadi krusial untuk menjaga identitas budaya dan kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun.
- Pengetahuan Lokal yang Berharga: Banyak kearifan lokal dalam pengobatan tradisional, pertanian, dan ekologi yang hanya bisa dipahami dalam bahasa daerah.
Pengetahuan lokal yang berharga, khususnya dalam bidang pengobatan tradisional, pertanian, dan ekologi, sering kali terikat erat dengan bahasa daerah. Hilangnya bahasa tersebut dapat menyebabkan punahnya kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Menurut Dr. Sugiarti Andalas Saraswati Kusniarti, dalam bukunya Ekologi Budaya, kearifan lokal merupakan sistem dalam tatanan kehidupan sosial, politik, budaya, ekonomi, serta lingkungan yang hidup di tengah-tengah masyarakat lokal. Ciri yang melekat dalam kearifan tradisional adalah sifatnya yang dinamis, berkelanjutan, dan dapat diterima oleh komunitasnya.
Dalam komunitas masyarakat lokal, kearifan tradisional mewujud dalam bentuk seperangkat aturan, pengetahuan, keterampilan, serta tata nilai dan etika yang mengatur tatanan sosial komunitas yang terus hidup dan berkembang dari generasi ke generasi.
Pengetahuan ini sering kali hanya dapat dipahami dan diajarkan melalui bahasa daerah, sehingga pelestarian bahasa lokal menjadi krusial untuk menjaga keberlanjutan kearifan tersebut (eprints.umm.ac.id). Selain itu, penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial menekankan bahwa kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat, yang antara lain dipakai untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.
Pengetahuan masyarakat setempat tentang tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat dalam menyembuhkan penyakit sehari-hari merupakan contoh kearifan lokal yang diwariskan melalui bahasa daerah (jurnalfkipuntad.com). Oleh karena itu, menjaga dan melestarikan bahasa daerah tidak hanya mempertahankan alat komunikasi, tetapi juga memastikan bahwa pengetahuan lokal yang berharga tetap hidup dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
- Manfaat Kognitif: Studi menunjukkan bahwa orang yang bilingual memiliki kecerdasan kognitif lebih baik dan mampu menunda gejala demensia hingga 4 tahun lebih lama dibandingkan monolingual (Ellen Bialystok, Toronto).
UNESCO juga menekankan bahwa pembelajaran dalam bahasa ibu berperan penting dalam meningkatkan literasi dan prestasi akademik anak. Pendidikan multibahasa berbasis bahasa ibu tidak hanya mempercepat pemahaman konsep, tetapi juga memberikan keuntungan kognitif jangka panjang bagi peserta didik (researchgate.net). Menurut Ganjar Harimansyah, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, pembelajaran bahasa ibu di usia dini memberikan landasan berpikir yang kuat, membantu anak menguasai bahasa lain, dan memperkuat identitas budaya (itjen.kemdikbud.go.id). Dengan kata lain, pelestarian bahasa daerah bukan hanya tentang warisan budaya, tetapi juga tentang menciptakan dasar pendidikan yang lebih kuat bagi generasi mendatang.
- Daya Saing Ekonomi & Pariwisata: Bahasa daerah memiliki peran penting dalam meningkatkan daya saing ekonomi dan sektor pariwisata suatu negara.
Beberapa negara telah berhasil memanfaatkan kekayaan bahasa dan budayanya untuk menarik wisatawan dan meningkatkan perekonomian lokal.
Berikut adalah contoh nyata dari Jepang dan Kanada: (1). Jepang: Memanfaatkan Warisan Budaya untuk Menarik Wisatawan Jepang telah lama dikenal sebagai destinasi wisata yang kaya akan budaya dan tradisi. Pemerintah Jepang, melalui Japan Tourism Agency (JTA), tidak hanya berfokus pada promosi pariwisata ke dunia internasional, tetapi juga mendorong pengembangan regional dengan memanfaatkan warisan budaya lokal. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan ekonomi daerah dan memperkenalkan keunikan budaya Jepang kepada dunia (Unsada Repository).
Selain itu, Jepang telah mengalami peningkatan signifikan dalam sektor pariwisata. Pada tahun 2024, negara ini menyambut 36,87 juta wisatawan, meningkat 47,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini tidak hanya berdampak pada jumlah kunjungan, tetapi juga pada pengeluaran wisatawan yang mencapai 8.140 miliar yen (sekitar 50 miliar euro), dengan kontribusi signifikan dari wisatawan Tiongkok dan Taiwan (Firstonline). (2). Kanada: Pelestarian Bahasa Daerah sebagai Daya Tarik Wisata. Kanada, dengan keragaman budaya dan bahasa yang kaya, telah memanfaatkan bahasa daerah sebagai aset pariwisata.
Program-program pelestarian bahasa, khususnya bahasa-bahasa asli seperti Inuit, tidak hanya bertujuan menjaga warisan budaya tetapi juga menarik wisatawan yang tertarik pada pengalaman budaya otentik. Inisiatif ini telah membantu meningkatkan ekonomi lokal melalui pariwisata budaya dan pendidikan. Dengan demikian, pelestarian dan promosi bahasa daerah tidak hanya menjaga identitas budaya tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap peningkatan daya saing ekonomi dan sektor pariwisata suatu negara.
- Peran Teknologi: Kemajuan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Natural Language Processing (NLP) telah membuka peluang baru dalam pelestarian dan pengembangan bahasa daerah.
Integrasi bahasa lokal ke dalam berbagai platform digital tidak hanya membantu menjaga keberlangsungan bahasa tersebut, tetapi juga memperkaya ekosistem teknologi dengan keragaman linguistik.
Berikut beberapa contoh nyata: (1) Pengembangan Model Bahasa Lokal. Sahabat-AI: Kolaborasi antara Indosat Ooredoo Hutchison dan GoTo Gojek Tokopedia menghasilkan Sahabat-AI, sebuah ekosistem model bahasa besar yang dirancang khusus untuk bahasa Indonesia dan berbagai bahasa daerah. Inisiatif ini memungkinkan pengembangan layanan dan aplikasi berbasis AI yang memahami konteks lokal, sehingga mendukung pelestarian bahasa daerah melalui teknologi (Reuters). (2) Penerjemahan dan Dokumentasi Bahasa Daerah. Proyek NusaBERT: Penelitian ini mengembangkan model bahasa yang mencakup berbagai bahasa dan dialek di Indonesia.
Dengan memperluas cakupan model bahasa, NusaBERT membantu dalam pemrosesan dan pemahaman bahasa daerah, memfasilitasi pelestarian dan integrasi bahasa lokal ke dalam aplikasi teknologi (arXiv). (3) Revitalisasi Bahasa Melalui Teknologi AI Inisiatif Te Hiku Media: Di Selandia Baru, Te Hiku Media mengembangkan model pengenalan suara otomatis untuk bahasa Māori, mencapai akurasi transkripsi hingga 92%. Keberhasilan ini menunjukkan potensi AI dalam mendukung revitalisasi bahasa asli dan dapat menjadi inspirasi bagi upaya serupa di Indonesia (Time).
Integrasi bahasa daerah ke dalam teknologi modern melalui AI dan NLP tidak hanya berkontribusi pada pelestarian budaya, tetapi juga memperkaya interaksi pengguna dengan teknologi, menciptakan pengalaman yang lebih inklusif dan relevan secara budaya.
Namun, apakah teknologi cukup untuk menyelamatkan Bahasa daerah?
Peran Teknologi dalam Menyelamatkan Bahasa Daerah
Dalam menghadapi ancaman kepunahan, ilmuwan komputer, khususnya di bidang AI dan NLP, dapat menjadi garda terdepan dalam pelestarian bahasa daerah. Berikut beberapa contoh sukses implementasi teknologi:
- Google AI Menambah Bahasa Daerah di Google Translate
Google menggunakan Zero-Shot Learning, yang memungkinkan AI mempelajari bahasa dengan sedikit data, untuk mendukung bahasa-bahasa minoritas.
- Aplikasi Duolingo untuk Bahasa Lokal
Duolingo telah menambahkan kursus untuk bahasa minoritas seperti Hawaiian, Navajo, dan Irish, membuktikan bahwa bahasa yang hampir punah bisa kembali digunakan dalam pendidikan.
- Pelestarian Bahasa Inuit melalui NLP di Kanada
Universitas dan ilmuwan komputer bekerja sama mengembangkan model AI untuk mengenali dan menerjemahkan bahasa Inuit, membuatnya lebih mudah diakses oleh generasi muda.
- Digitalisasi Aksara Nusantara melalui Unicode
PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia) telah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mendaftarkan aksara Nusantara ke dalam Unicode. Hingga saat ini, tujuh aksara daerah—yaitu Jawa, Sunda Kuno, Bugis (Lontara), Rejang, Batak, dan Pegon—telah terdaftar. Pendaftaran ini memungkinkan aksara-aksara tersebut digunakan dalam komunikasi digital, termasuk di platform media sosial dan nama domain internet. Langkah ini merupakan upaya penting dalam melestarikan aksara daerah agar tetap relevan di era digital (BPM Lampung).
- Aplikasi Pembelajaran Aksara Jawa
Untuk mengatasi menurunnya minat terhadap penulisan aksara Jawa, berbagai metode pembelajaran berbasis teknologi telah dikembangkan. Salah satunya adalah aplikasi mobile yang menyediakan latihan menulis dan membaca aksara Jawa. Aplikasi ini menggabungkan pengajaran tradisional dengan teknologi modern, memudahkan generasi muda dalam mempelajari dan melestarikan aksara Jawa (Heuristik).
- Mesin Penerjemah Bahasa Indonesia-Sunda Menggunakan Recurrent Neural Networks (RNN)
Penelitian telah dilakukan untuk membangun mesin penerjemah dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Sunda menggunakan pendekatan Neural Machine Translation (NMT) dengan arsitektur Encoder-Decoder yang memanfaatkan Recurrent Neural Networks (RNN). Hasil pengujian menunjukkan bahwa model dengan mekanisme Attention mencapai akurasi hingga 99,94%. Inisiatif ini bertujuan memudahkan masyarakat dalam mempelajari dan menggunakan Bahasa Sunda melalui teknologi (ResearchGate).
- Algoritma Bastal untuk Stemming Teks Bahasa Bali
Dalam upaya melestarikan Bahasa Bali, dikembangkan algoritma Bastal yang merupakan adaptasi dari algoritma Nazief & Adriani untuk proses stemming teks Bahasa Bali. Algoritma ini telah diimplementasikan dalam aplikasi penerjemah Bahasa Bali yang dapat diakses melalui perangkat Android. Berdasarkan pengujian, aplikasi ini memiliki tingkat akurasi sebesar 96,15%, membantu pengguna dalam memahami dan menggunakan Bahasa Bali dengan lebih mudah (ResearchGate).
- BASAbali
BASAbali adalah contoh nyata bagaimana teknologi dapat membantu melestarikan bahasa daerah. Platform nirlaba ini telah berhasil menggabungkan teknologi dan partisipasi komunitas untuk menjaga keberlangsungan bahasa Bali. Dengan aplikasi digital, kamus online, dan keterlibatan anak muda, BASAbali telah diakui secara internasional dalam upaya pelestarian bahasa lokal (en.wikipedia.org).
- Reobot
Chatbot Facebook yang memahami dan membalas pesan dalam bahasa Māori dan Inggris, dikembangkan untuk membantu pembelajaran bahasa Māori.
- Opie
Robot berbasis AI yang dirancang untuk mengajarkan bahasa asli kepada anak-anak melalui pelajaran, cerita, dan permainan.
- BAHASAKU
Aplikasi mobile yang menyediakan media digital untuk mengenalkan berbagai bahasa daerah di Indonesia, membantu pelestarian bahasa daerah.
- Ribuan Mandar
Aplikasi berbasis Android yang dirancang untuk melestarikan bahasa dan budaya Mandar di Sulawesi Barat melalui sistem sociopreneurship.
- Aikuma
Aplikasi mobile yang memungkinkan penutur asli merekam dan menerjemahkan bahasa mereka, membantu pelestarian bahasa yang terancam punah.
Beberapa proyek NLP telah dikembangkan untuk melestarikan bahasa minoritas di berbagai belahan dunia. Dari deretan teknologi diatas, telah membuktikan bahwa bahasa daerah dapat bertahan dan berkembang jika didukung inovasi digital. Proyek-proyek ini membuktikan bahwa teknologi dapat digunakan secara efektif untuk mendokumentasikan, menerjemahkan, dan mengajarkan bahasa daerah kepada generasi muda. Proyek seperti ini dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan teknologi berbasis AI untuk bahasa daerah lainnya di Indonesia.
Tantangan dalam Implementasi Teknologi untuk Bahasa Daerah
Meskipun teknologi menawarkan potensi besar dalam pelestarian bahasa daerah, terdapat sejumlah hambatan yang perlu diatasi agar implementasi AI dan NLP lebih efektif:
- Keterbatasan Dataset Bahasa Daerah untuk Pelatihan AI
Pengembangan model AI yang efektif memerlukan dataset yang kaya dan representatif. Namun, banyak bahasa daerah di Indonesia belum memiliki dokumentasi memadai, sehingga menyulitkan proses pelatihan model AI. Saat ini, proyek seperti NusaWrites telah berupaya membangun korpus berkualitas tinggi bagi bahasa-bahasa yang kurang terwakili. Namun, pengumpulan data dari komunitas lokal masih menjadi tantangan besar. Tanpa data yang cukup, AI tidak bisa memahami bahasa daerah dengan baik (arxiv.org).
- Kurangnya Pendanaan dan Dukungan Kebijakan untuk Penelitian NLP Bahasa Lokal
Penelitian dalam bidang Natural Language Processing (NLP) untuk bahasa daerah masih kurang mendapatkan perhatian dari sektor industri dan pemerintah. Meskipun pemerintah telah menginisiasi Strategi Nasional untuk Kecerdasan Artifisial 2020-2045, implementasi konkret dan alokasi sumber daya untuk bahasa daerah masih memerlukan dukungan yang lebih besar. Jika pendanaan tidak ditingkatkan, penelitian di bidang NLP bahasa daerah bisa terhambat (ai-innovation.id).
- Kesulitan Integrasi Bahasa Daerah dalam Teknologi Mainstream
Mengintegrasikan bahasa daerah dalam platform AI seperti asisten virtual dan chatbot menghadapi berbagai tantangan.
- Keragaman linguistik dan dialek membuat pengembangan AI lebih kompleks dibandingkan dengan bahasa yang lebih seragam seperti Inggris atau Mandarin.
- Kurangnya data pelatihan menyebabkan model AI sulit memahami konteks dan variasi bahasa daerah.
- Keterbatasan dukungan dari perusahaan teknologi besar, seperti Google Assistant atau Siri, yang lebih fokus pada bahasa global dibanding bahasa daerah.
Menurut penelitian dari Leap Digital, AI multimodal yang dapat memahami berbagai bahasa daerah masih berada dalam tahap awal pengembangan dan membutuhkan lebih banyak riset (leap.digitalbisa.id).
Mengatasi Hambatan dengan Kolaborasi
Mengatasi hambatan-hambatan ini memerlukan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, komunitas lokal, dan sektor swasta. Jika tidak ada upaya yang lebih serius, teknologi yang seharusnya menjadi solusi justru tidak dapat digunakan secara optimal dalam mendukung bahasa daerah.
Langkah yang Harus Dilakukan Peneliti Teknologi Komputer
Para ilmuwan komputer, terutama di bidang AI dan NLP, memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan solusi berbasis teknologi. Beberapa langkah yang harus segera dilakukan:
- Membangun Dataset & Model NLP untuk Bahasa Daerah
- Mengumpulkan teks dan audio bahasa daerah untuk dijadikan corpus data digital.
- Menggunakan low-resource NLP agar bahasa daerah tetap bisa dipelajari AI meskipun data terbatas.
- Mengembangkan Aplikasi Terjemahan dan Chatbot Bahasa Daerah
- Speech-to-Text dan Text-to-Speech untuk bahasa daerah.
- Chatbot edukatif berbasis AI agar anak-anak bisa belajar bahasa daerah dengan mudah.
- Membuat OCR (Optical Character Recognition) untuk Aksara Lokal
- Aksara seperti Lontara, Hanacaraka, Pallawa perlu sistem OCR berbasis AI agar bisa terdigitalisasi.
- Edukasi Masyarakat untuk Menggunakan Teknologi Bahasa Daerah
- Mengembangkan game edukasi, aplikasi belajar, dan media sosial berbasis bahasa daerah.
- Menyelenggarakan hackathon atau kompetisi NLP untuk mengembangkan teknologi bahasa daerah.
Apa yang Bisa Dilakukan Masyarakat?
Tidak hanya ilmuwan dan pemerintah, masyarakat juga memiliki peran dalam menjaga bahasa daerah tetap hidup. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
- Gunakan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari dengan keluarga dan teman.
Penelitian sosiolinguistik menunjukkan bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga bagian dari identitas sosial dan budaya. Variasi dalam penggunaan bahasa mencerminkan stratifikasi sosial dan relasi kekuasaan dalam masyarakat (journal.asdkvi.or.id). Di Desa Gumai, Sumatera Selatan, studi menemukan bahwa penggunaan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari memperkuat ikatan sosial antarwarga dan mempertahankan tradisi lokal (journal.pubmedia.id). Dengan demikian, berbicara dalam bahasa daerah bukan sekadar melestarikan kata-kata, tetapi juga menjaga keberlanjutan identitas budaya dan solidaritas komunitas.
- Tulis di media sosial dalam bahasa daerah, sehingga bahasa daerah tetap eksis di ruang digital.
Penggunaan bahasa daerah di media sosial memiliki peran penting dalam menjaga eksistensi dan pelestarian bahasa tersebut di ruang digital. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, keberagaman etnik dalam komunitas mahasiswa memunculkan nuansa dan fenomena khas dalam penggunaan bahasa.
Masyarakat multietnik cenderung menggunakan bahasa yang berbeda-beda ketika berkomunikasi dengan etnik lain, dan keberagaman etnik serta bahasa tersebut memungkinkan seseorang menjadi mampu menggunakan lebih dari satu bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bahasa daerah di media sosial dapat memperkaya interaksi dan memperkuat identitas budaya di kalangan generasi muda (Researchgate).
Selain itu, penelitian yang dimuat dalam Jurnal Humaniora Nusantara Budaya mengindikasikan bahwa penggunaan bahasa dalam media sosial telah menjadi perhatian para ahli bahasa. Hal ini disebabkan oleh pengaruh media sosial yang dipandang kurang pantas dalam perkembangan bahasa nasional.
Ketidakbakuan penggunaan bahasa dalam media sosial disebabkan oleh teknologi itu sendiri dan dipengaruhi oleh budaya, bahasa daerah, serta serapan bahasa di media sosial lain dari bahasa asing yang begitu masif mempengaruhi bahasa nasional. Oleh karena itu, penggunaan bahasa daerah di media sosial dapat menjadi upaya strategis untuk menjaga keberagaman bahasa dan budaya di Indonesia (Ejournal Stipram).
Dengan demikian, aktif menulis dan berinteraksi menggunakan bahasa daerah di platform media sosial tidak hanya mempertahankan eksistensi bahasa tersebut, tetapi juga memperkaya budaya digital Indonesia.
- Dukung aplikasi dan konten digital berbasis bahasa daerah, seperti game edukatif atau podcast lokal.
Pengembangan dan dukungan terhadap aplikasi serta konten digital berbasis bahasa daerah, seperti game edukatif dan podcast lokal, memiliki peran vital dalam pelestarian bahasa dan budaya lokal.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, penggunaan media digital dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa integrasi teknologi dalam pembelajaran bahasa daerah dapat membuat proses belajar lebih menarik dan interaktif (UIN Mataram Repository).
Selain itu, penelitian yang dimuat dalam Jurnal Humaniora Nusantara Budaya mengindikasikan bahwa media digital, seperti podcast, dapat menjadi sarana efektif dalam pembelajaran bahasa dan seni.
Podcast memungkinkan siswa untuk mengakses materi pembelajaran secara fleksibel, meningkatkan keterampilan mendengarkan, dan memperkaya kosakata mereka. Implementasi podcast dalam pembelajaran bahasa daerah dapat menjadi inovasi yang mendukung pelestarian bahasa sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran (Kompasiana).
Dengan demikian, kolaborasi antara pengembang teknologi, pendidik, dan komunitas lokal dalam menciptakan serta mendukung aplikasi dan konten digital berbasis bahasa daerah sangat diperlukan. Langkah ini tidak hanya menjaga keberlangsungan bahasa dan budaya lokal, tetapi juga memperkaya ekosistem digital Indonesia dengan keragaman konten yang edukatif dan bermakna.
- Ajarkan bahasa daerah kepada anak-anak sejak dini, agar mereka tumbuh dengan kecintaan terhadap budaya lokal.
Menurut Long Form Sensus Penduduk 2020 oleh BPS, sebanyak 73,87% keluarga Indonesia masih menggunakan bahasa daerah saat berkomunikasi. Namun, di kalangan generasi muda (Generasi Z dan Alfa), angkanya menurun menjadi sekitar 61-62% (Badan Bahasa Kemendikbud). Ini membuktikan bahwa jika tidak ada upaya pelestarian yang serius, penggunaan bahasa daerah bisa terus menurun dalam waktu dekat.
- Libatkan teknologi dalam pelestarian bahasa, misalnya dengan menggunakan aplikasi pembelajaran bahasa daerah yang tersedia.
Penggunaan teknologi dalam pelestarian bahasa daerah telah menjadi fokus utama berbagai inisiatif di Indonesia. Menurut E. Aminudin Aziz, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, pemanfaatan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), sangat penting dalam upaya ini. Beliau menyatakan, “Kita harus membuat bahasa daerah tersedia bagi generasi berikutnya, dan teknologi adalah kuncinya.” (Time).
Selain itu, Kado Muir, seorang tokoh masyarakat Ngalia di Australia, menekankan pentingnya teknologi dalam pelestarian bahasa daerah. Beliau mengatakan, “Jika Anda berada dalam komunitas adat di mana pun di dunia, jangan takut dengan teknologi.
Gunakan teknologi untuk tujuan Anda.” (Green Network Asia – Indonesia). Dukungan terhadap aplikasi dan konten digital berbasis bahasa daerah, seperti aplikasi pembelajaran, game edukatif, atau podcast lokal, dapat menjadi langkah konkret dalam menjaga keberlangsungan bahasa dan budaya lokal di era digital ini.
Saatnya Bertindak!
Bahasa daerah bukan hanya warisan budaya, tetapi juga aset ekonomi, pendidikan, dan teknologi yang bernilai tinggi. Tanpa pelestarian, kita bukan hanya kehilangan bahasa, tetapi juga identitas, pengetahuan, dan peluang masa depan. Teknologi sudah siap, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya untuk melestarikan bahasa daerah. Para ilmuwan komputer, akademisi, dan masyarakat memiliki peran masing-masing dalam menyelamatkan warisan budaya ini. Jika tidak bertindak sekarang, kapan lagi?
Ayo Lestarikan Bahasa Daerah!
Sebarkan artikel ini dan dukung inisiatif pelestarian bahasa daerah dengan menggunakan, mengajarkan, dan mengembangkan teknologi berbasis bahasa lokal.
- Gunakan teknologi untuk menjaga bahasa daerah tetap hidup!
- Jangan biarkan bahasa kita hanya menjadi sejarah!(***)