PURWOKERTO, EDUKATOR–Banyak cara dilakukan untuk mengkampanyekan anti bullying (perundungan) di sekolah. Salah satu cara dilakukan siswa-siswi SMP Telkom Purwokerto, yang ditugasi oleh gurunya untuk membuat film pendek per kelas, durasi 7-15 menit, dengan tema “Rangkul Teman, Setop Perundungan”.Salah satu poster film pendek karya siswa untuk kampanye anti bullying di SMP Telkom Purwokerto
Kegiatan itu merupakan bagian dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5)-Kurikulum Merdeka, dengan tema “Bangunlah Jiwa & Raganya” dan sub tema “Rangkul Teman, Setop Perundungan”.
Seluruh siswa Kelas 7, 8 dan 9 terlibat dalam proyek tersebut, dari penulisan skenario, latihan dialog di lapangan, syuting, editing hingga menjadi sebuah karya film pendek yang menarik.
Kepala SMP Telkom Purwokerto, Widyatmoko, ST MMT, MBA mengapresiasi kegiatan kreatif para siswa. Mereka tidak sekedar diceramahi atau mengikuti sosialisasi maupun seminar tentang pencegahan perundungan, tetapi siswa diajak terlibat aktif membuat sebuah proyek kampanye anti perundungan. Harapannya, siswa memiliki karakter baik yang ditandai persahabatan erat sesama teman.
“Kegiatan ini merupakan penugasan pemanfaatan media digital sesuai dengan ruh SMP Telkom Purwokerto yang berbasis IT,” ujar Widyatmoko di SMP Telkom Purwokerto, Jumat (3/11/2023).
Seperti diketahui, belakangan kasus perundungan marak terjadi di sekolah-sekolah. Yang sempat viral, kasus anak SMP di pinggiran Cilacap yang menganiaya temannya sendiri hingga luka parah, dan berbuntut pelaku yang nota bene masih anak SMP, harus berurusan dengan polisi.Salah satu poster film pendek karya siswa untuk kampanye anti bullying di SMP Telkom Purwokerto
Banyak contoh kasus perundungan di sekolah, misalnya mengolok-olok teman ketika nilainya tidak bagus, menyebut teman dengan julukan yang tidak baik, memanggil anak dengan nama orang tuanya, melempari teman dengan alat tulis, menghadang teman saat akan lewat, mempermalukan teman di depan umum, memberikan komentar tidak menyenangkan di media sosial, menyindir atau mengintimidasi, dan sebagainya.
Seiring kampanye anti perundungan yang gencar disuarakan SMP Telkom Purwokerto, maka kasus-kasus seperti itu harus dihindari. Dan seluruh warga SMP Telkom Purwokerto yang berada di Jalan DI Panjaitan No 128 Purwokerto, terdiri kepala sekolah, guru dan karyawan serta seluruh siswa bertekad bulat mewujudkan sekolah yang aman, nyaman dan bersahabat.
Tiga Pekan
Kordinator P5 SMP Telkom Purwokerto Siti Maratus Solikah, S.Pd menambahkan, setiap kelas ditugasi membuat sebuah film pendek. Para siswa diberi waktu selama tiga pekan. Setiap tingkatan kelas ada enam kelas, jadi total ada 18 kelas atau 18 judul film, dengan jumlah siswa keseluruhan 540 orang.
Adapun rambu-rambu film yang dibuat, akting bukan tindakan langsung fisik/anarkis, no ucapan tocxic, tidak menyinggung SARA/rasis, dan akting tidak berlanjut pada realisme pergaulan..
“Kriteria penilaian guru tentang film yang dikerjakan anak-anak, diantaranya kesesuaian isi film dengan tema, alur cerita, sinematografi, kualitas gambar dan audio,” ujarnya.
Berdasarkan pengamatan Siti Maratus Solikhah, karya para siswa, luar biasa. Mereka kreatif dan inovatif, sehingga menghasilkan film-film yang bagus-bagus dan cocok sebagai media sosialisasi anti perundungan. Dalam film-film itu, bahasa yang digunakan beragam, ada Bahasa Indonesia semua maupun campuran Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa dialek Banyumasan.
Judul-judul film yang dibuat para siswa itu, diantaranya Arwah yang Terbully, Bully, Bullying is Killing, Lawan dan Diam, Ku Bongkar Sendiri, Luka, Pemberantas Bullying, Si Culun, The Bullies, Stop Bully, The Revenge, A Love Story Ends In Bullying, Usai Sudah dan sebagainya.Salah satu poster film pendek karya siswa untuk kampanye anti bullying di SMP Telkom Purwokerto
Rencananya, film-film tersebut akan diunggah di youtube, agar kampanye anti bullying di SMP Telkom Purwokerto lebih menggema.
Senang
Salah satu siswa SMP Telkom Purwokerto, Reilvy Daneswara Putra Firdaus mengaku senang terlibat dalam proyek pembuatan film pendek anti perundungan ini. “Senang sekali. Kami bersama teman-teman sekelas, kompak dalam proses pembuatan film pendek ini,” ujar Reilvy yang duduk di Kelas 8.6 ini. (Prasetiyo)