Sumaryo, Mengisi Masa Pensiun dengan Beternak Puyuh

Bagikan :

*Pensiunan Guru SD Negeri 2 Tanalum

 

Sumaryo di kandang puyuh miliknya di Desa Tanalum, Kecamatan Rembang, Purbalingga.  (Foto: Prasetiyo/EDUKATOR)

PURBALINGGA, EDUKATOR–Bagi Sumaryo (62), warga RT 3/RW 1  Desa Tanalum, Kecamatan Rembang, Purbalingga, pensiun bukan berarti tinggal di rumah sambil thenguk-thenguk tanpa aktivitas. Pensiunan guru SDN 2 Tanalum ini justru memilih tetap produktif.

Setiap hari, ia kini memiliki kesibukan barunya dengan  beternak puyuh, selain juga beternak ayam dan kambing yang sudah dirintis sebelumnya. Sumaryo juga suka bertani di kebun miliknya, yang ditanami albasia, duren, pisang dan kapulaga.

Hobby saya beternak dan bertani. Setelah pensiun, kini leluasa mengembangkan hobby ini,” ujarnya ketika ditemui EDUKATOR di kandang puyuh miliknya, Minggu (16/11/2025).

Selama hampir 35 tahun, Sumaryo mengabdikan dirinya sebagai guru SD. Ia yang lulusan SPG Karya Bakti Purbalingga tahun 1985,  dan sarjana pendidikan dari Universitas Terbuka Purwokerto ini, diangkat  sebagai CPNS pertama kali sebagai guru SD pada 1988 di SDN 1 Tanalum. Kemuaian pada tahun 2015 mutasi ke SDN 2 Tanalum sampai pensiun.

Sejak pensiun pada 1 Desember 2023, ia tidak ingin hanya duduk-duduk menunggu hari berlalu, sambil berharap uang pensiunan per bulan.

Didukung istrinya, Kustini S.Pd SD—yang kini menjabat Kepala SDN 2 Losari, Kecamatan Rembang—Sumaryo membangun rutinitas baru, merintis usaha kecil-kecilan beternak burung puyuh.Telur -telur puyuh dari kandang milik Sumaryo ini, siap dijual. (Foto: Prasetiyo/EDUKATOR)

Usaha ternak puyuhnya berdiri di atas lahan sekitar 20 ubin di RT 5/RW 1, tidak jauh dari rumahnya . Di dalamnya terdapat kandang puyuh, yang memuat 34 petak. Setiap petak berukuran 1 x 1 meter, masing-masing petak diisi 30–35 ekor puyuh. Totalnya sekitar 1.000 ekor puyuh petelur yang dipelihara, semuanya dalam masa produktif bertelur.

“Rata-rata sehari dapat 11 kilogram telur ,” ujarnya sambil menunjukkan keranjang berisi telur. Dengan harga jual Rp 34.000 per kilogram, hasilnya cukup menjanjikan.

Sejak Juli 2025
Sumaryo menceritakan, beternak puyuh  dimulai pada bulan Juli 2025 atau baru empat bulan jalan. Namun ke depannya ia optimis, usaha ternak puyuh memiliki prospek baik.

Awalnya, Sumaryo membeli kandang puyuh beserta isinya milik ponakannya. Pasalnya, sang ponakan diterima bekerja di Kalimantan, sehingga Sumaryo ketika ditawari, memutuskan mengambil alih usaha itu.

Ia kemudian belajar dari seorang temannya, pengusaha puyuh di Pasunggingan, Kecamatan Pengadegan, untuk memahami cara perawatan, pakan, hingga penanganan penyakit.

“Kadang ada yang sakit, kotorannya encer dan berubah warna. Tapi setelah saya beri vitamin khusus, biasanya langsung sehat,” tutur Sumaryo, alumni SMP Negeri 2 Purbalingga tahun 1982 ini.

Setiap minggu, ia membutuhkan dua kuintal pakan atau empat karung vur khusus puyuh yang dibeli dari Pasunggingan, dengan biaya Rp 1.500.000. Dalam sebulan, pengeluaran pakan mencapai Rp 6 juta.

Puyuh diberi makan sekali sehari pada pukul 15.00. Setelah itu, hanya butuh satu jam, puyuh-puyuh itu bertelur memenuhi kandang hingga malam hari.Dan pagi hari diambili untuk siap dijual.

Pembeli telur puyuhnya berasal dari warung-warung di Kecamatan Rembang, jaringan pertemanan, hingga juragan puyuh. Setelah dikurangi biaya pakan dan upah karyawan yang membantu membersihkan kandang serta memunguti telur, Sumaryo memperoleh keuntungan bersih sekitar Rp 2 juta per bulan.

“Lumayan, kalau anak minta sangu, ” ucap bapak berputra tiga ini. Dua anaknya kini bekerja sebagai perawat di RS Bunda Purwokerto dan RS Dadi Keluarga Purwokerto, sementara anak ragilnya masih duduk di kelas XII MAN Purbalingga.

Sumaryo menceritakan, membeli bibit puyuh berusia satu sampai satu setengah bulan—usia ideal menjelang masa bertelur. Puyuh bisa produktif hingga umur satu tahun. Setelah itu, puyuh yang tak lagi produktif bertelur, dijual hidup untuk konsumsi rumah makan atau warga sekitar.Lahan yang sudah dipersiapkan untuk perluasan kandang

Perluas Kandang
Ke depan, Sumaryo memiliki rencana menambah jumlah puyuh yang dipelihara . Ia ingin memperluas kandang dan menambah jumlah puyuh hingga 5.000 ekor. Persiapan lahan sudah selesai, tinggal menunggu tukang untuk mulai membangun. “Harapannya akhir tahun ini jumlah puyuh yang saya pelihara sudah bertambah,” katanya penuh optimisme.

Bagi Sumaryo, pensiun bukan akhir perjalanan. Justru di masa inilah ia menemukan ruang baru untuk berkarya. Kepada para pensiunan atau guru aktif yang ingin usaha sambilan beternak puyuh, ia membuka pintu dengan tangan terbuka.

“Kalau mau belajar beternak puyuh atau beli telur, silakan hubungi saya,” ujarnya sambil menyebutkan nomor HP maupun Whats App nya: 0813-2705-7189.

Sukses selalu untuk Sumaryo. (Prasetiyo)

BERITA TERKINI

inovasi2
Bupati Sadewo Serahkan Penghargaan Kepada Inovator Banyumas
ldkkts4
26 Pengurus OSIS SMPN 4 Kutasari Ikuti LDK
family dinner
Peringati Hari Anak Sedunia, Luminor Hotel Purwokerto Gelar "Family Dinner"
edu2
SMPN 3 Pengadegan Gelar Kokurikuler "Belajar dan Wirausaha"
Akhmad Fauzi1
Membangun Kejujuran dari Hal Sederhana: Ketika Barang Temuan Menjadi Pendidikan Karakter