PURBALINGGA, EDUKATOR–Suasana mencekam mewarnai SMP Negeri 1 Bukateja, Purbalingga, Jumat (25/4/2025) pagi. Pasalnya, sebanyak 18 siswa mengalami luka ringan hingga berat akibat bencana gempa bumi 5,9 SR dengan durasi 59 detik yang mengguncang sekolah yang berada di Jalan Purwandaru No 43 Bukateja itu. Wajah dan badan 18 siswa itu berlumuran darah, karena tertimpa reruntuhan benda-benda maupun bangunan.Suasana simulasi penanganan gempa bumi di SMPN 1 Bukateja, Purbalingga. (Foto: Dok BPBD Purbalingga/EDUKATOR)
Dalam keadaan yang mencekam disertai jeritan dan isak tangis itu, itu, para siswa yang mengalami luka segera dilakukan pertolongan oleh tim medis sekolah, dan sesaat kemudian didukung oleh BPBD (Badan Penanggulangan bencana Daerah) Purbalingga. Dua siswa diantaranya yang mengalami luka berat dibawa mobil ambulan BPBD menuju rumah sakit terdekat. Sementara ratusan siswa lainnya dikumpulkan di lapangan sekolah sambil menunggu dijemput oleh keluarganya.Suasana simulasi penanganan gempa bumi di SMPN 1 Bukateja, Purbalingga. (Foto: Dok BPBD Purbalingga/EDUKATOR)
Gambaran itu bukan terjadi bencana sesungguhnya, namun simulasi penanganan bencana yang digelar oleh BPBD Purbalingga bekerjasama dengan SMPN 1 Bukateja dan Dinas Pendidikan & Kebudayaan Purbalingga. Simulasi dalam rangka peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) Tahun 2025.Suasana simulasi penanganan gempa bumi di SMPN 1 Bukateja, Purbalingga. (Foto: Dok BPBD Purbalingga/EDUKATOR)
Suasana simulasi penanganan gempa bumi di SMPN 1 Bukateja, Purbalingga. (Foto: Dok BPBD Purbalingga/EDUKATOR)
Kepala Pelaksana BPBD Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si kepada EDUKATOR mengungkapkan, simuasi dalam rangka HKB 2025 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Kepala Pelaksana BPBD Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si (Foto: Dok BPBD Purbalingga/EDUKATOR)
HKB yang tahun ini mengambil tema “Siap untuk Selamat” bukan hanya sekadar peringatan, tetapi juga momentum penting untuk mengingatkan akan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana serta membangun budaya sadar bencana.
“Kesiapsiagaan masyarakat sangat diperlukan menghadapi bencana, karena Purbalingga dengan angka IRBI (Indeks Risiko Bencana Indonesia) kategori Sedang, sering terjadi bencana alam. Berlatih menghadapi bencana dengan simulasi, tidak akan sia-sia. Masyarakat, dalam hal ini siswa sekolah, guru akan selalu siap jika ada bencana, kapanpun terjadi,” ujar Prayitno.
Sementara itu kepala SMPN 1 Bukateja, Murdiono, S.Pd,M.Pd mengungkapkan, sekolahnya telah membentuk SPAB (Satuan Pendidikan Aman Bencana) pada tahun 2025 ini. Pihak sekolah telah membentuk sejumlah Tim Siaga Bencana Sekolah yang terdiri dari tim evakausi,tim kesehatan, tim psikososial, tim logistik, tim data dan informasi.
”Tim ini akan bekerja sesuai bidang tugasnya, jika sewaktu-waktu siswa yang tengah belajar terjadi bencana,” kata Murdiono.
Murdiono menyampaikan, simulasi bencana akan semakin menambah pengalaman kepada pihak sekolah khususnya pengurus dan anggota Tim siaga Bencana Sekolah, dan juga menambah pemahaman akan pentingnya kesiapsiagaan bagi siswa dan guru jika terjadi bencana.
“Bencana tentunya tidak kita harapkan, namun kegiatan simulasi sebagai upaya kesiapsiagaan di sekolah sangat bermanfaat dan menambah pengalaman,” kata Murdiono.Kepala BPBD Purbalingga Ir Prayitno, M.Si menyerahkan piagam kepada Kepala SMPN 1 Bukateja Murdiono, S.Pd, M.Pd atas pelaksanaan simulasi bencana yang telah berjalan dengan baik. (Foto: Dokumentasi BPBD Purbalingga/EDUKATOR)
SK SPAB
Sebelum pelaksanaan simulasi, juga diberikan SK sejumlah sekolah tentang pembentukan SPAB oleh para kepala sekolah kepada BPBD dan Dindikbud Purbalingga, seperti SMPN 3 Purbalingga, SMPN 1 Pengadegan, SMPN 5 Satu Atap Rembang, SMPN 2 Kejobong, dan MTS Muhamadiyah 4 Kertanegara.
Pihak BPBD Purbalingga juga memberikan piagam kepada Kepala SMPN 1 Bukateja atas pelaksanaan simulasi bencana yang telah berjalan dengan baik (Prasetiyo)