
Oleh: Mayjen TNI (Purn) Fulad S.Sos, M.Si
Mahasiswa S3 Ilmu Pertanian Universitas Jenderal Soedirman
KETIKA harga mie instan dan roti terus merangkak naik, banyak yang tak menyangka bahwa penyebabnya berkaitan dengan perang di Ukraina yang terjadi ribuan kilometer jauhnya. Kenyataannya, ketahanan pangan kita ternyata terhubung erat dengan dinamika global yang kompleks.
Berikut empat faktor global yang secara langsung memengaruhi pangan kita.
Pertama. Efek Rantai Konflik Internasional
Perang Rusia–Ukraina bukan sekadar konflik bersenjata biasa. Kedua negara tersebut merupakan pemasok utama gandum dunia. Ketika pasokan dari mereka terganggu, harga pangan global melonjak hingga 30 persen. Dampaknya terasa di Indonesia melalui kenaikan harga tepung terigu dan berbagai produk turunannya.
Kedua. Cuaca yang Tak Bisa Ditebak
Iklim yang semakin tidak menentu membuat hasil panen menjadi tidak stabil. Setiap kenaikan suhu satu derajat Celsius dapat menurunkan produksi padi hingga sepuluh persen. Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya frekuensi banjir dan kekeringan, sementara lahan pertanian terus menyusut setara dengan 140.000 lapangan bola setiap tahunnya.
Ketiga. Harga Energi yang Berimbas ke Pertanian
Kenaikan harga gas alam berimbas langsung pada melonjaknya harga pupuk hingga 70 persen. Petani dihadapkan pada pilihan sulit: jika mengurangi pemakaian pupuk, hasil panen turun; jika tetap menggunakan, biaya produksi membengkak. Pada akhirnya, beban biaya tersebut diteruskan ke konsumen dalam bentuk harga pangan yang lebih tinggi.
Keempat. Nilai Tukar yang Memengaruhi Harga
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar membuat seluruh barang impor—termasuk gandum dan bahan pertanian—menjadi lebih mahal. Biaya tambahan dari impor ini akhirnya dibebankan kepada masyarakat melalui kenaikan harga berbagai produk pangan.
Langkah Strategis yang Dapat Ditempuh
Menghadapi kenyataan ini, beberapa langkah strategis perlu segera dipertimbangkan.
Pertama, memperkuat pangan lokal dengan mengembangkan alternatif berbasis sagu, singkong, dan jagung guna mengurangi ketergantungan terhadap gandum impor.
Kedua, melakukan investasi pada teknologi pertanian, antara lain dengan menyediakan varietas benih unggul tahan cuaca ekstrem dan memperbaiki sistem irigasi.
Ketiga, memperkuat manajemen cadangan pangan pemerintah agar dapat menstabilkan harga ketika terjadi gejolak pasar.
Keempat, membangun diplomasi pangan yang cerdas dengan menjalin kemitraan bersama berbagai negara pemasok untuk memastikan keamanan pasokan pangan nasional.
Menatap Masa Depan Ketahanan Pangan
Pada akhirnya, ketahanan pangan Indonesia di masa depan akan sangat bergantung pada kemampuan bangsa ini membaca gelombang global dan beradaptasi terhadap perubahan.
Dengan membangun sistem pangan yang lebih mandiri dan tahan banting, kita tidak hanya mengamankan pasokan pangan hari ini, tetapi juga melindungi masa depan generasi mendatang. (*)