Oleh: Ākhmad Fauzi, S.S., S.Pd.
Guru SMP Negeri 2 Kutasari, Kabupaten Purbalingga
DALAM pembelajaran sering kali kita mendapatkan keadaan kelas yang mulai membosankan dan juga kondisi siswa yang mulai menurun dan lelah karena begitu banyaknya materi yang harus dipelajari. Keadaan ini harus selalu dicermati oleh para guru sebagai masalah belajar yang harus segera diatasi. Dalam kondisi seperti ini maka suguhan cerita yang menginspirasi menjadi solusi tepat dalam mengembalikan suasana belajar para siswa.
Di sisi lain, kewajiban sebagai guru sepenuhnya bekerja dengan profesional dan harus menarik di depan kelas. Oleh karena itu, menjadi aktor kelas yang senantiasa berhasil meledakkan minat belajar di dalam kelas dan selalu dinanti oleh siswa serta disesali saat proses kegiatan belajar selesai adalah menjadi tantangan menarik bagi guru.
Kiat menarik dalam memancing minat belajar siswa di kelas barangkali bisa dicoba dengan cara memberikan sisipan cerita-cerita inspiratif. Tidak mudah memang. Apalagi cerita inspiratif itu yang bisa membuat para siswa terpukau dan harus diselingi dengan humor yang membuat siswa tertawa. Bagi sebagian guru dengan karakter ‘calm’, sungguh berat memang. Namun demikian, guru adalah manusia pembelajar yang harus senantiasa memperbaharui dan menambah pengetahuannya agar lebih profesional.
Upaya untuk mengatasi kesulitan bercerita sebetulnya juga mudah untuk diatasi seperti dengan membaca buku-buku inspirasi para tokoh atau mendengar cerita-cerita orang sekitar kita. Guru tinggal menceritakan ulang apa yang telah dibaca dan didengar tersebut.
Dalam menyuguhkan cerita yang menginspirasi guru bisa mencari dengan topik-topik tertentu, seperti bagaimana lebih mencintai orang tua, keberhasilan seseorang dalam menulis, dan bisa juga tentang siswa berprestasi. Konsekuensinya, tentu saja seorang guru harus senang membaca dan mendengarkan berbagai cerita inspiratif.
Manfaat lain yang bisa dicapai dalam pembelajaran dengan selingan cerita inspiratif adalah guru secara tidak langsung telah mengimplementasikan pendidikan karakter siswa. Cerita yang disampaikan dapat menumbuhkan karakter tanggung jawab, disiplin, kerjasama, empati, cinta kasih dan masih banyak lagi yang bisa menginspirasi pada siswa.
Dalam Prinsip pembelajaran, kita mengenal landasan psikologis yang valid dalam mengelola perhatian siswa atau kita mengenalnya sebagai “Hukum Durasi 20-30 menit”. Prinsip hukum Durasi 20–30 menit” dalam pembelajaran biasanya merujuk pada batas optimal rentang perhatian (attention span) siswa dalam menerima materi pelajaran. Dengan kata lain, rata-rata konsentrasi penuh siswa baik anak maupun remaja hanya dapat bertahan sekitar 20–30 menit dan Setelahnya, fokus akan menurun, perhatian mulai terpecah, dan efektivitas pembelajaran pun berkurang.
Arsitek Pembelajaran
Oleh karena itu, tugas guru bukan hanya mentransfer informasi, tetapi juga menjadi arsitek pembelajaran yang mampu merancang transisi dan variasi kegiatan. Salah satu variasi yang paling efektif, seperti yang sudah dibahas, adalah menyelipkan cerita inspiratif. Namun demikian, implementasi cerita ini tidak boleh sembarangan. Cerita harus relevan dengan materi yang diajarkan, atau setidaknya, mampu menjadi jembatan yang menghubungkan topik yang kering dengan pengalaman hidup yang nyata.
Misalnya, saat mengajarkan materi fisika tentang hukum Newton, guru dapat memulai dengan cerita tentang Isaac Newton yang mendapatkan pencerahan saat melihat apel jatuh. Cerita ini bukan hanya membuat siswa tersenyum, tetapi juga membantu mereka mengaitkan konsep abstrak dengan peristiwa sederhana yang mudah dibayangkan. Hal ini mengubah posisi siswa dari sekadar penerima pasif menjadi partisipan aktif yang mencoba memahami “mengapa” dan “bagaimana” suatu konsep itu lahir. Dengan demikian, guru tidak hanya mengajar, tetapi juga menginspirasi, menciptakan pengalaman belajar yang tak terlupakan.
Menjadi guru yang mampu bercerita bukanlah bakat alami, melainkan keterampilan yang terus diasah. Dunia terus berubah, dan sumber inspirasi pun tak terbatas. Guru dapat mencari cerita inspiratif tidak hanya dari buku, tetapi juga dari film dokumenter, podcast, berita, hingga percakapan dengan sesama guru atau orang tua siswa. Setiap interaksi, setiap pengalaman, dan setiap kegagalan dapat menjadi bahan cerita yang berharga. Sebagaimana seorang penulis yang terus mencari ide, guru juga harus menjadi pengumpul kisah yang inspiratif bagi siswanya.
Proses ini juga secara tidak langsung mendorong guru untuk menjadi pembelajar seumur hidup. Saat guru membaca buku biografi tokoh, mereka tidak hanya mendapatkan cerita untuk disampaikan, tetapi juga memperoleh pelajaran hidup yang memperkaya pandangan mereka sendiri. Ketika guru mendengarkan pengalaman siswa atau rekan kerja, mereka belajar empati dan memahami sudut pandang yang berbeda. Transformasi diri guru inilah yang pada akhirnya akan tercermin di depan kelas dan menjadikan mereka sosok yang otentik serta penuh wawasan.
Adapun peran cerita inspiratif sendiri pada akhirnya dapat meluas dari sekadar alat mengajar menjadi fondasi untuk membangun komunitas belajar yang kuat. Guru juga dapat mendorong siswa untuk saling berbagi cerita inspiratif mereka sendiri. Misalnya, pada awal pelajaran, guru bisa meminta satu atau dua siswa untuk menceritakan pengalaman akhir pekan yang berharga atau tantangan yang berhasil mereka atasi. Metode ini tidak hanya melatih keberanian siswa untuk berbicara di depan umum, tetapi juga membangun rasa saling percaya dan empati di antara mereka.
Ketika siswa berbagi kisah, mereka tidak hanya menginspirasi teman-teman mereka, tetapi juga memberikan wawasan berharga bagi guru tentang dunia dan tantangan yang dihadapi siswa. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi kolaboratif, bukan lagi satu arah. Guru dan siswa menjadi partner dalam pencarian makna, di mana setiap orang memiliki peran sebagai pencerita dan pendengar. Inilah esensi sesungguhnya dari guru yang dinanti, di mana kehadirannya bukan hanya untuk mengajar, tetapi untuk menumbuhkan lingkungan di mana setiap individu merasa dihargai, didengar, dan termotivasi untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri. Selamat mencoba bercerita yang menginspirasi! (*)
Daftar Pustaka
Hadi, S. (2018). Psikologi Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Prihadi, S. (2020). Menjadi Guru Hebat, Siswa Cerdas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hermawan, B. (2022). “Peran Guru sebagai Motivator dalam Meningkatkan Karakter Siswa.” Jurnal Kependidikan, Vol. 15, No. 1, pp. 101-112.