Yen Ora Ngapak, Ora Kepenak
(Pemantik Diskusi Pameran Seni Rupa Sengapak)
Oleh: M. Baiquni
(Geografer dan Seniman)
Ketua Dewan Guru Besar UGM
1. Pendahuluan
SeNgapak, sejumlah seniman budaya Ngapak tampil di Yogyakarta, ibukota seni budaya Nusantara. Dengan tema “Bang Kulon Nyabrang Ngetan”, para seniman ini meniti sejarah transformasi diri, dari pinggiran ke tengah dan berupaya bertransformasi di era digital menjadi seniman global.
Banyumas dikenal sebagai wilayah geografis dan kultural dengan kekayaan budaya serta karakter masyarakat yang egaliter, lugas, dan memiliki dialek khas ngapak. Dalam konteks seni rupa Indonesia, Banyumas menyumbangkan corak, pola, dinamika, dan warna tersendiri melalui gaya seni yang berpijak pada kehidupan rakyat kecil, alam pedesaan, dan spiritualitas keseharian.
Seni Banyumas bukan sekadar produk estetika, tetapi juga refleksi identitas lokal yang kuat di tengah arus modernisme dan globalisasi seni. Kini, di era digital, “Bang Kulon” para seniman dari pinggiran pedesaan ini bisa menembus jantung kosmopolitan global — “Nyabrang Ngetan” menyongsong harapan baru matahari terbit, merefleksikan kemilau keemasan aliran Sungai Serayu, Banyumas.
2. Latar Belakang Historis Seni Rupa Banyumas
Periode Tradisional: Sejak masa kerajaan, kolonial, dan pasca-kemerdekaan, seniman Banyumas belajar otodidak dengan media alami seperti cat air, arang, warna tanah, dan bahan tradisional dari sari tanaman. Tema-temanya dekat dengan kehidupan agraris: gunung, sawah, sungai, hewan, permukiman, pasar, dan wayang gagrak Banyumasan.
Periode Modern (1970–1990-an): Muncul perupa yang mulai berinteraksi dengan dunia seni rupa kota besar seperti Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta, namun tetap mempertahankan identitas lokal.
Periode Kontemporer (2000–sekarang): Generasi muda seniman memadukan teknik digital dan ekspresi lokal, mengusung kritik sosial, ekologi, dan identitas budaya Ngapak, bahkan mulai menembus komunitas global.
3. Karakter dan Estetika “Ngapak” dalam Seni Rupa Banyumas
Ciri khas seni Banyumas terlihat pada goresan warna, pola, tekstur, dan struktur yang menyiratkan hubungan manusia dengan alam. Pesan mendasar: “Memuliakan Kemanusiaan, Melestarikan Lingkungan Hidup.”
Makna karya SeNgapak mengingatkan manusia bahwa hidup ini sesederhana “Urip mung mampir ngombe” dan seharusnya “Urip iku urup” — memberi manfaat bagi sesama. Kearifan lokal ini dapat ditawarkan pada masyarakat global di era digital.
4. Kontribusi Seniman Banyumas dalam Peta Nasional
-Seniman Banyumas berkontribusi penting dalam seni rupa Indonesia dengan karya yang memancarkan harmoni antara manusia dan alam. Nilai-nilainya antara lain:
-Membawa warna kerakyatan — menggambarkan keindahan keseharian rakyat kecil.
-Menjadi jembatan tradisi dan modernitas — lokalitas dalam ekspresi modern.
-Mendorong desentralisasi seni — menunjukkan bahwa pusat kreativitas tak hanya di Yogyakarta atau Jakarta.
-Menguatkan ekosistem seni daerah — lewat pameran, workshop, dan kolaborasi lintas generasi.
-Melestarikan nilai luhur — membawa pesan lintas waktu.
5. Ekologi Seni Rupa Banyumas
Kesadaran ekologis menjadi ciri khas seniman Ngapak. Hubungan manusia dengan alam diolah menjadi karya yang indah dan bermakna. Banyak pelukis Banyumas menampilkan lanskap Serayu, Gunung Slamet, sawah, hingga pesisir utara dan Laut Selatan.
Tema ini bukan sekadar lanskap visual, tapi manifestasi kesadaran bahwa manusia, tanah, udara, dan air saling terhubung. Kedekatan ini menyampaikan pesan penting untuk “ruwat rawat alam lestari” sebagai bentuk syukur dan penghambaan kepada Tuhan.
6. Transformasi SeNgapak: Tantangan dan Arah Masa Depan
Transformasi digital membuka kesempatan seniman desa berdialog dengan dunia global. Namun, tantangannya besar:
“Jer basuki mowo beyo” lan “Yen pingin mulyo kudu mersudi.”
Beberapa tantangan yang perlu dijawab:
-Kurangnya dokumentasi dan dukungan kuratorial.
-Terbatasnya akses dan kesempatan seniman daerah.
-Hilangnya karya seni klasik, perlu digitalisasi arsip budaya.
-Menurunnya jumlah seniman tradisional, perlu regenerasi muda.
-Rendahnya nilai ekonomi seni rupa, perlu strategi Artpreneurship.
7. Penutup
Kontribusi seniman Banyumas bukan hanya visual, tetapi juga dalam menjaga nilai kemanusiaan, kejujuran, dan kedekatan dengan alam. Seni Banyumas membumi, hangat, dan penuh syukur — mencerminkan karakter masyarakatnya.
“Ngapak ora ngapak, ora kepenak.”
Dalam seni, itu berarti: menjadi diri sendiri adalah sumber kekuatan sejati.
GIK Bulaksumur Yogyakarta, Sabtu 11 Oktober 2025.