Prof Dwi Sarwani Sri Rejeki: KLB Bisa Dicegah, Jika Surveilans Kesmas Dilakukan dengan Baik

by -971 Views
Prof.Dr.Dwi Sarwani Sri Rejeki,SKM,M.Kes.,(Epid)

PURWOKERTO, EDUKATOR–Guru besar epidemiologi dan kesehatan masyarakat Fakultas ilmu-ilmu Kesehatan (FIKes) Unsoed Prof.Dr.Dwi Sarwani Sri Rejeki,SKM,M.Kes.,(Epid) menegaskan, peningkatan kasus atau Kejadian Luar Biasa (KLB) berbagai penyakit yang marak terjadi di masyarakat, bisa diprediksi dan dicegah sejak awal jika surveilans kesehatan masyarakat (Kesmas) dilakukan dengan baik.

Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengamatan terus menerus dan sistematik terhadap terjadinya penyebaran penyakit serta kondisi yang memperbesar risiko penularan penyakit dengan melakukan pengumpulan data, analisis, interpretasi, dan penyebaran interpretasi serta tindak lanjut perbaikan dan perubahan.

“Jika surveilans kesehatan masyarakat dilakukan dengan baik, maka KLB bisa segera dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit sejak dini,” ujar Dwi Sarwani Sri Rejeki di Purwokerto, Minggu (15/9/2024).Prof.Dr.Dwi Sarwani Sri Rejeki,SKM,M.Kes.,(Epid)

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu marak berita terjadinya KLB beberapa penyakit, seperti Demam Berdarah, Antraks, malaria, dan lain-lain.

Menurut Dwi Sarwani, berita KLB ini sebenarnya bisa dimitigasi sejak awal jika surveilans kesehatan masyarakat dilakukan dengan baik.

Prof Dwi–demikian panggilan akrab Koorprodi S2 Kesehatan Masyarakat FIKes Unsoed ini mengemukakan, jika surveilans dilakukan secara rutin dan baik, maka kejadian peningkatan kasus atau KLB bisa diprediksi sejak awal sehingga bisa segera dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit.

Selanjutnya Prof. Dwi menjelaskan, manfaat atau kegunaan surveilans kesehatan masyarakat antara lain: Pertama, mengamati kecenderungan dan memperkirakan besar masalah kesehatan. Kedua, mendeteksi serta memprediksi adanya KLB. Ketiga, mengamati kemajuan suatu program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang dilakukan. Keempat, meperkirakan dampak program intervensi yang ada. Kelima, mengevaluasi program intervensi. Keenam, mempermudah perencanaan program pemberantasan.

Dijelaskan, data surveilans diperoleh dari surveilans aktif dan surveilans pasif. Surveilans pasif yaitu jika diperoleh dari laporan berbagai pihak, misalnya laporan kesakitan (jumlah kasus penyakit atau kasus kematian) dari Puskesmas, Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan. Sedangkan surveilans aktif jika data didapatkan sendiri dengan melakukan pengukuran dan observasi baik dengan wawancara, pemeriksaan, dan pengukuran lainnya.

“Data Surveilans aktif seperti data dari hasil survei, investigasi atau observasi misalnya dengan memeriksa beberapa masyarakat yang mempunyai gejala atau keluhan dan dilanjutkan dengan diagnosis, ” ujar Prof.Dwi yang juga Tenaga Ahli Amdal bidang Kesehatan Masyarakat ini.

Prof. Dwi menambahkan, dari data yang sudah dikumpulkan secara rutin dan terus menerus tersebut dijadikan sebagai dasar dalam merencanakan, melaksanakan program, bahkan mengevaluasi program kesehatan yang saat ini dilakukan.

“Dari hal tersebut maka surveilans kesehatan masyarakat merupakan upaya yang sangat penting dilakukan sebagai dasar dalam rangka merencanakan tindakan,” ujarnya. (Alief Einstein/Prs)

No More Posts Available.

No more pages to load.