Puisi-Puisi karya Joe Hasan

by -722 Views

====

USAI MEMBACA SAJAKNYA

Uusai membaca sajak di matanya

kuperbaiki perjalanan malamku

menuju perjalanan malamnya yang riuh

agar tak ada beban di punggungnya yang mulai bongkok

diriku mulai tak utuh bagai kehilangan sebagian puzzle

saat merogoh ke dalam layar android

orang-orang lentur dengan gayanya

pria yang gemulai lincah

wanita yang menaik turunkan harga susu

tapi sebenarnya tak begitu asyik

mataku mulai sakit. berair

namun bukan tangis kesedihan

subuhku tak perawan lagi

mudah-mudahan mataku tak batal puasanya

jadwal magrib masih lama

dua rakaat subuh tertunai

lalu ceramah lelaki setengah baya

mengebu-gebu soal sholat jumat

tiba-tiba kulihat aku dalam puisinya

yang berair mengalir

mengarah mata laut

(Baubau, Sulawesi Tenggara, 2021)

=

SIAPA YANG MENGINGINKAN BERTEMU

Pada dua kubu

senyum itu masih terasa sama

ramah menatap orang-orang

siapa sebenarnya yang menginginkan pertemuan?

ia bertanya garang tiba-tiba

bertoleransi atas kesalahan

mari kita keluar saja

berbicara tentang ketaksengajaan

tentang ketakinginan yang masih dibelenggu

menggapit tangan

memukul bahu pria-pria lajang

tak ada suara

pikirnya tak perlulah menyapa dulu

dan tibalah kita pada lapangan luas

aku belum bicara sepatah kata

kau masuk buru-buru

mungkin kau yang menginginkan bertemu

dengan pendosa dari negeri seberang

aku masih tetap berkawan lama

suaranya sama saja

peluh semakin banyak

tempat sudah menjadi-jadi

apakah kita ingin kembali?

pagi menerobos pintu kamar

aku bersiap-siap

berlari

lalu lari

sejauh mungkin

menjauhi namamu

(Surabaya, Jatim, 2019)

=

TENTANG KEPULANGAN

Aku pulang ke tanah desa

membawa oleh-oleh bencana

rumah Tuhan menunggu dengan damai

hingga akhirnya bersalam

terakhir kali

andai waktu itu adalah sebuah bacaan buku

kepulangan tentu bisa di kembalikan

rinduku tak tertahan

kuberanikan lompat menerjang ombak

yang berasal dari cerita anak rantau

yang sudah menahun tak pulang-pulang

bukan lupa oleh jalan pulang

namun kenyamanan dari kesendirian

dan kebebasan sambil menjadi sahabat dosa

aku telah pulang

kau juga sudah pulang

rumahmu bagus disana

sedang aku berlinang penyesalan

tentang pulang yang tak bisa kuulang

hiduplah barang sebentar saja

untuk kukubur kembali desa-desa itu

kesendirian memang terlalu nikmat

dan kesalahan-kesalahan itu terus menjadi hantu

tak mau pulang

di hatiku sudah rumahnya berdiri

(Baubau, Sulawesi Tenggara, 2020)

=

SUATU RENCANA

Aku sudah merencanakannya

sejak kau terus mengomel

soal mentega yang kupakai membuat roti

“coklatnya sedikit saja. mahal itu.”

komentarmu setiap kali hendak kuberi isian

“buatanmu ini terlalu besar. kecil-kecil saja biar enak dimakan.”

kau tak berhenti bicara

mungin kau lupa aku pandai merekam kata

sejak itu aku merencanakan sesuatu

“kenapa tidak digoreng tempenya?” ah, sepertinya hari ini kau tetiba jadi menyebalkan

dari mulut yang lain memanggil

“kalau masak nasi jangan terlalu sedikit airnya.”

haruskah aku yang kerjakan semua pekerjaan rumah ini

piring-piring bekas yang tak di buang tulangnya belulangnya

sampah yang sudah berulat di kamar mandi

aku merencanakan sesuatu untuk besok

tidak akan berbuat apa-apa

hanya menemani huruf-huruf

nan menunggu jari jemariku

lalu malam itu, seseorang menyuruhku ke masjid

yang bising dengan suara anak kecil

yang ber-muazin suara asal nada

yang menjadi tempat orang makan karena lapar bukan karena ingin berbuka puasa

tapi aku tak perlu ke sana

tuhan berdiam di hatiku. aku bisa menemuinya kapan dan mana saja

aku tetap merencanakan sesuatu

tidak melakukan pekerjaan rumah besok

tidak akan mengerjakan apa-apa

(Baubau, Sulawesi Tenggara, 2021)

==

JOE HASAN, lahir di Ambon , Provinsi Maluku pada 22 Februari. Cerpen dan puisinya pernah dimuat di Rakyat Sultra, Lampung Post, Banjarmasin Post, Bangka Pos, Magrib.id, ideide.id, Kedaulatan Rakyat, Merapi, Minggu Pagi, Ceritanet.com, Sastramedia.com, Jurnal Sastra Santarang, dll. (***)