Oleh: Priyanto, M.Pd.I
Kepala SMP Negeri 3 Kutasari, Kabupaten Purbalingga
DI ERA transformasi digital dan tantangan global, dunia pendidikan tidak hanya dituntut menghasilkan peserta didik yang cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kemampuan memimpin, bekerja sama, beradaptasi, dan berkarakter kuat.
Oleh sebab itu, sekolah harus menjadi ruang subur bagi tumbuhnya calon pemimpin bangsa. Salah satu wahana strategis yang kerap luput dimaknai lebih dalam adalah Pemilihan Ketua OSIS (Pilketos).
Bagi sebagian sekolah, Pilketos mungkin hanya dipandang sebagai kegiatan rutin tahunan. Padahal, jika dirancang secara sistematis dan edukatif, PILKETOS merupakan laboratorium kepemimpinan demokratis yang sangat relevan bagi peserta didik. Melalui proses ini, siswa belajar menjadi pemimpin, sekaligus belajar menjadi warga yang baik dalam berdemokrasi.
Demokrasi Dimulai dari Sekolah
Semangat demokrasi tidak tumbuh secara tiba-tiba. Ia perlu dilatih sejak dini melalui pengalaman nyata. Dalam proses Pilketos, peserta didik belajar: Pertama, merumuskan visi-misi yang terarah. Kedua, menyampaikan gagasan secara santun dan argumentative.
Ketiga, menyusun program kerja yang berdampak bagi sekolah. Keempat, berkampanye secara positif, jujur, dan kreatif. Kelima, menerima hasil pemilihan dengan lapang dada, dan Keenam, menjalankan amanah organisasi dengan integritas.
Dengan demikian, Pilketos tidak sekadar memilih pemimpin siswa, melainkan mengajarkan etika publik, sportivitas, dan tanggung jawab sosial.
SPENTRIKU: Pilar Kepemimpinan Murid
Di SMP Negeri 3 Kutasari, penguatan karakter kepemimpinan dirumuskan melalui nilai SPENTRIKU Leadership Skill, delapan kompetensi kepemimpinan siswa abad ke-21: pertama, spiritual (berakhlak mulia, menjadikan nilai iman sebagai pedoman). Kedua, empatik (peka dan peduli terhadap sesame). Ketiga, nasionalis (menjunjung tinggi persatuan dan cinta tanah air).
Keempat, tangguh (tidak mudah menyerah dan adaptif terhadap perubahan). Kelima, reflektif (mampu mengevaluasi diri untuk menjadi lebih baik). Keenam, inovatif (kreatif dan mampu memanfaatkan teknologi digital). Ketujuh, kolaboratif (siap bekerja dalam tim dan membangun jejaring). Kedelapan, unggul (berorientasi pada prestasi dan kualitas hasil kerja).
Ketika nilai-nilai ini diintegrasikan dalam Pilketos, proses pemilihan tidak hanya menghasilkan ketua OSIS, tetapi juga mencetak pemimpin pelajar yang berkarakter, peduli, dan berdaya cipta.
Laboratorium Kepemimpinan Nyata
Melalui Pilketos, peserta didik mengasah kemampuan komunikasi publik, diplomasi, manajemen konflik, literasi digital, hingga berpikir kritis. Mereka belajar bahwa kepemimpinan bukan soal jabatan, melainkan kepercayaan, keteladanan, dan pengabdian.
Di era media sosial yang sering memunculkan polarisasi, PILKETOS juga menanamkan budaya dialog, etika ber-opini, dan kemampuan bermusyawarah. Nilai-nilai ini menjadi fondasi penting untuk membangun generasi yang berkarakter kebangsaan dan memiliki kecerdasan emosional serta moral.
Pendidikan sejati bukan hanya mengisi kepala, tetapi membentuk hati dan karakter. Melalui PILKETOS, sekolah menghadirkan ruang pembelajaran demokrasi yang nyata dan bermakna. Ketika proses ini diperkuat dengan nilai-nilai SPENTRIKU, kita sedang menyiapkan pemimpin masa depan yang berakhlak, berprestasi, dan berwawasan global.
Generasi unggul tidak lahir dari teori, melainkan dari pengalaman, keteladanan, dan pembiasaan. Dan PILKETOS, ketika dijalankan secara mendidik dan bermartabat, menjadi salah satu kunci membangun Indonesia yang lebih baik. Semoga! (*)