Oleh: Priyanto, M.Pd.I
Kepala SMP Negeri 3 Kutasari
Kabupaten Purbalingga
TANGGAL 28 Oktober selalu mengingatkan kita pada momentum bersejarah yang melahirkan semangat kebangsaan Indonesia — Sumpah Pemuda. Peristiwa tahun 1928 itu bukan sekadar ikrar tiga kalimat, melainkan titik balik kesadaran nasional: bahwa bangsa besar ini hanya akan kuat jika bersatu dalam nusa, bangsa, dan bahasa yang sama.
Kini, hampir satu abad kemudian, semangat itu menghadapi tantangan baru — era digital yang serba cepat, terbuka, dan kompleks. Di tengah derasnya arus informasi, globalisasi, dan pergeseran nilai, Spirit Sumpah Pemuda kembali relevan sebagai fondasi pembentukan karakter generasi muda.
Tiga ikrar Sumpah Pemuda menegaskan tiga hal mendasar: Pertama, Satu Nusa, yang menumbuhkan rasa cinta tanah air. Kedua, Satu Bangsa, yang menanamkan semangat persaudaraan lintas suku dan agama. Ketiga, Satu Bahasa, yang menjadi simbol identitas dan pemersatu bangsa.
Nilai-nilai ini adalah benih dari pendidikan karakter: cinta tanah air, persatuan, dan kebanggaan terhadap budaya sendiri. Dalam konteks pendidikan, semangat ini menjadi energi moral untuk melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara etika, sosial, dan spiritual.
Zaman digital membawa kemudahan sekaligus tantangan. Internet membuka ruang belajar tanpa batas, namun juga melahirkan fenomena baru: penyebaran informasi palsu (hoaks), ujaran kebencian, dan budaya instan yang sering mengikis nilai kesopanan dan kebangsaan.
Dalam kondisi seperti ini, Spirit Sumpah Pemuda perlu diaktualisasikan kembali. Semangat “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa” bisa diterjemahkan sebagai: Pertama, Satu Dunia Digital yang Bermartabat, di mana pelajar Indonesia menggunakan media sosial untuk menyebar kebaikan, bukan kebencian.
Kedua, Satu Jiwa Kebangsaan, di mana identitas nasional tidak luntur meski terhubung secara global. Ketiga, Satu Bahasa Positif, di mana tutur kata di ruang digital mencerminkan etika dan sopan santun bangsa.
Generasi muda Indonesia harus belajar menjadi warga digital yang berkarakter, mampu memilah informasi, menghargai perbedaan, dan menebarkan semangat kolaborasi.
Pendidikan Karakter dan Peran Sekolah
Sekolah merupakan ruang utama untuk menumbuhkan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam praktik nyata. Pendidikan karakter tidak cukup diajarkan melalui teori, tetapi harus dihidupkan dalam budaya sekolah: disiplin, kerja sama, toleransi, dan tanggung jawab.
Kegiatan seperti proyek kolaboratif, literasi digital, kegiatan kebangsaan, dan kreativitas seni dapat menjadi wahana aktualisasi semangat pemuda 1928 dalam bentuk modern. Guru berperan bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga mentor nilai yang menuntun siswa menjadi pribadi tangguh, santun, dan berjiwa nasionalis.
Sumpah Pemuda juga mengajarkan pentingnya bahasa Indonesia sebagai simbol persatuan. Di era media sosial yang sering bercampur bahasa asing, kebanggaan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah bentuk nyata menjaga warisan nasional.
Karakter tidak lahir dari kecanggihan teknologi, melainkan dari kesadaran nilai. Teknologi hanyalah alat; manusialah yang menentukan arah penggunaannya.
Jika generasi muda hanya menjadi pengguna pasif dunia digital, mereka akan kehilangan akar budaya dan identitas. Namun, jika mereka meneladani semangat Sumpah Pemuda — yang berani berpikir kritis, berkolaborasi lintas perbedaan, dan berkomitmen untuk kemajuan bangsa — maka teknologi akan menjadi sarana untuk berkreasi dan berkontribusi.
Spirit Sumpah Pemuda menjadi kompas moral agar generasi muda tidak tersesat di dunia digital. Karakter yang kuat, nasionalisme yang kokoh, dan etika berteknologi yang baik adalah kombinasi ideal untuk membangun Indonesia di masa depan.
Sumpah Pemuda adalah warisan moral bangsa yang tak lekang oleh waktu. Ia lahir dari semangat muda yang berani bermimpi besar dan menembus sekat perbedaan. Di era digital, semangat itu harus dihidupkan kembali — bukan sekadar dengan peringatan seremonial, tetapi dengan aksi nyata dalam pendidikan dan perilaku sehari-hari.
Menjadi pelajar Indonesia hari ini berarti menjadi bagian dari generasi yang melek digital namun tetap berkarakter, cerdas sekaligus santun, modern namun berakar kuat pada nilai-nilai kebangsaan. Itulah esensi dari Spirit Sumpah Pemuda sebagai fondasi pendidikan karakter di era digital — warisan masa lalu yang menuntun arah masa depan bangsa.(*)