Museum Sonobudoyo Dorong Kolaborasi Lembaga PAM

by -1317 Views
Suasana saat webinar “Peran Perpustakaan Khusus” (Museum Sonobudoyo) di Pemda DIY pada Kamis (13/10/2022) pagi hingga siang. (Istimewa)

YOGYAKARTA, EDUKATOR — Di tengah teknologi yang semakin maju, perpustakaan, arsip, dan museum (PAM) diharapkan mampu bersinergi dan menghubungkan seluruh koleksi antar lembaga sehingga dapat memberikan kemudahan akses bagi masyarakat yang membutuhkan. Dengan hanya memasukkan kata kunci, masyarakat mendapatkan sumber Informasi yang dibutuhkan.

Harapan tersebut disampaikan oleh pustakawan Ahli Muda Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAP) D.I. Yogyakarta Zulfa Kurniawan, SIP pada acara webinar “Peran Perpustakaan Khusus” (Museum Sonobudoyo) di Pemda DIY pada Kamis (13/10/2022) pagi hingga siang. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Perpustakaan Museum Sonobudoyo untuk mendukung Pameran Abhinaya Karya yang bertema “Vidya Mulya” (Jejak Pengetahuan Nusantara). Pemeran tersebut diadakan pada 28 September hingga 22 Oktober 2022. Sebagai moderator webinar ini dipandu oleh Fairuzul Mumtaz lulusan Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya, Universitas Sanata Dharama Yogyakarta dan sebagai pembawa acara Ersita Yuniartika sari, S.I.Pust.

“Sudah saatnya kita berkolaborasi, antara perpustakaan, kearsipan, dan museum untuk preservasi pengetahuan. Dibutuhkan satu simpul yang bisa menghubungkan seluruh koleksi arsip, buku, maupun artefak yang ada di Yogyakarta. Dengan sistem yang mumpuni, dalam satu penulurusan saja, masyarakat sudah dapat menumukan data yang dibutuhkan,” ujar Zulfa alumnus Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut.

Untuk mencapai presrevasi tersebut, menurut pria yang akan disapa Zulfa tersebut, setiap lembaga PAM diharuskan untuk melakukan selecting, collecting, storing, actualizing, protecting, dan accessing. Sementara untuk mencapai kolaborasi yang maksimal, ada program-program yang harus dipenuhi.

“Untuk mendukung kolaborasi agar setara dan maksimal, setiap lembaga PAM harus melakukan tiga program, yaitu program pembinaan SDM PAM, program standarisasi preservasi pengetahuan, dan program diseminasi pengetahuan,” ujar peraih Juara I, Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat DIY tahun 2020 tersebut.

Target DIY tahun 2025 sebagai pusat Pendidikan, Kebudayaan, Pariwisata terkemuka di Asia Tenggara. Hal tersebut dapat terwujud melalui kemudahan akses khasanah informasi, koleksi manuskrip, buku langka, arsip penting tersebar diberbagai tempat, sehingga harus dilakukan preservasi pengetahuan dan dilakukan dengan mengkolaborasikan perpustakaan kearsipan dan Museum untuk mempreservasi pengetahuan.

Melalui kolaborasi Perpustakaan, Arsip dan Museum diharapkan dapat menghimpun kekayaan intelektual dan local konten, guna mempreservasi pengetahuan di DIY untuk akses secara mudah oleh masyarakat.

Hadir sebagai pembicara ke dua dalam forum yang diikuti oleh 200-an peserta tersebut adalah Ketua Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) DIY, Sarwono S.I.P., M.A. membawakan materi “Peran Ikatan Pustakawan Indonesia dalam perkembangan Perpustakaan Museum Negeri Sonobudoyo” dan “Fungsi Perpustakaan bagi Museum pada khususnya”.

Sarwono menyatakan bahwa dalam pengelolaan perpustakaan, setidaknya dibutuhkan 5 hal, yaitu jam operasional, promosi, peningkatan kompetensi pustakawan, pendampingan, dan keanggotaan. Masing-masing harus dipenuhi dengan baik.Peranan organisasi provesi menjadi wadah masyarakat profesi. Mengembangakn ilmu pengetahuan. Menyusun kode etik danstandar profesi, serta menjamin kompetensi provesi. Mewakili professional di masyarakat dan membantu LAP dan LSP ( Lembaga Sertifikasi Profesi ) dalam hal lisensi dan akreditasi. IPI sebagai Lembaga organisasi berperan nyata dalam pengembanagan perpustakan dan pustakawan. Dalam hal ini secara tidak langsung IPI berperan dalam pengembangan Perpustakaan Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta.

“Pada hari libur, seharusnya perpustakaan dibuka, karena masyarakat sedang libur dan waktunya sedang luang. Harapannya bisa berkunjung di waktu tersebut. Kalau perspustakaan hanya buka pada hari aktif, pengunjungnya dipastikan tidak terlalu signifikan. Justru di hari libur itulah pengunjung akan lebih banyak dari hari-hari aktif,” ujar pustakawan madya di Perpustakaan UGM tersebut.

Sebagai KIetua IPI Yogyakarta, Sarwono menekankan peran penting lembaga dalam mendampingi sekaligus mengadvokasi perpustakaan maupun pustakawannya. Di Yogyakarta, tutur Sarwono, IPI DIY Bersama-sama dengan tim dari DPAD DIY melakukan pendampingan untuk persiapan akreditasi dan mengusulkan staf perpust ke jabatan fungsional pustakawan.

Berbeda dengan dua pembicara sebelumnya, pemateri ketiga Ki Bambang Widodo, S.Pd., M.Pd Ketua Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY menyampaikan materi dari sudut pandang permuseuman. Menurutnya, keberadaan perpustakaan di museum menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk mendalami makna koleksi yang terkandung dalam museum. Fungsi perpustakaan tersebut dapat melengkapi fungsi museum dalam mengomunikasikan koleksi kepada masyarakat untuk penelitian, pendidikan, dan kesenangan.

“Meski demikian, museum perlu untuk terus mengupdate dirinya. Beberapa hal yang perlu dilakukan museum adalah menyediakan ruang khusus perpustakaan untuk menyimpan koleksi (buku, gambar, peta, globe dan rekam) sebagai penunjang benda koleksi di Museum, serta menambah dan menerbitkan buku yang relevan dengan benda koleksi, melalui kolaborasi dan jalinan kerja sama dengan Perpustakaan Nasional dan Daerah, serta antar museum sejenis,” pungkas pria yang juga Ketua I Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Museum Indonesia (AMI) tersebut.

Kegiatan ini diakhiri dengan antsiasme peserta dalam tanya jawab. Setidaknya, tercatat 19 pertanyaan yang diajukan oleh peserta dan dijawab oleh para narasumber. Untuk 6 peserta yang aktif dan mengajukan pertanyaan di berikan souvenir dari Musseum Negeri Sonobudoyo. Para peserta bersepakat bahwa kegiatan seperti ini harus lebih sering diselenggarakan guna mengupdate pengetahuan para pustakawan di berbagai lembaga. (*/prs)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

No More Posts Available.

No more pages to load.