PURWOKERTO, EDUKATOR–Guru besar Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Prof Ir. Kharisun, Ph.D mengemukakan, produktivitas tanah pertanian di Indonesia saat ini makin mengkhawatirkan. Pasalnya, penggunaan pupuk anorganik buatan semakin intensif. Dan penggunaan pupuk Nitrogen yang tidak efisien telah merugikan petani triliunan rupiah.
“Saat ini di Indonesia ada lebih dari 14 juta hektar lahan kritis yang disebabkan oleh degradasi lahan berupa kurang baiknya sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta menurunnya kesehatan tanah,” kata Prof Ir Kharisun, PhD dalam orasi ilmiahnya saat pengukuhan sebagai guru besar Unsoed, di Auditorium Graha Widyatama Prof. Rubijanto Misman Unsoed, Purwokerto, Senin (18/9)
Selain Prof Karisun, ada empat guru besar lainnya yang dikukuhkan pada Sidang Terbuka Senat yang dihadiri Rektor Unsoed Prof.Dr.Ir Akhmad Sodiq M.Sc.,Agr.,IPU, yakni Prof. Dr. Muslihudin, M.Si dari Fisip, Prof. Dr. Ir. Petrus Hary Tjahja Soedibya, M.S (FPIK), Prof. Yunita Sari, S.Kep.Ns., MHS., Ph.D (Fikkes) dan Prof. Dr.sc.agr. Ir. Muhamad Bata, M.S., IPU (Fakulktas Peternakan).
Selanjutnya dijelaskan Kharisun, menurunnya produktivitas tanah itu diakibatkan oleh pupuk nitrogen yang lazim diapakai oleh para petani. “Sifat dari pupuk nitrogen buatan mempunyai efisiensi yang rendah. Hal ini karena pupuk nitrogen di dalam tanah sangat mudah hilang melalui penguapan dan tercuci bersama aliran permukaan,” kata guru besar ke 15 di Fakultas Pertanian Unsoed dengan bidang keahlian ilmu tanah itu.
Nitrogen, lanjut Kharisun, merupakan unsur hara yang sangat mobile, mudah mengalami volatilisasi dan mudah hilang melalui penguapan dan pelindian. “Apabila kehilangan pupuk N tersebut dikonversi ke dalam rupiah, maka kerugian petani mencapai 6,4 trilyun per tahun dengan harga subsidi dan dapat mencapai 19,01 trilyun pertahun dengan harga pupuk tanpa subsidi,” jelasnya.
Kharisun menambahkan, kerugian penggunaan pupuk Nitrogen kimia buatan saat ini semakin besar nilainya, karena pupuk nitrogen yang tidak termanfaatkan akan menyebabkan pencemaran air maupun udara yang berdampak buruk pada lingkungan. “Berbagai upaya untuk meningkat efisiensi pemupukan nitrogen sudah dilakukan seperti penggunaan pupuk berimbang, penggunaan pupuk urea granule, dan penggunaan pupuk organik. Akan tetapi hasilnya belum nampak secara signifikan,” ujarnya.
Pupuk dari Bebatuan
Untuk menghadapi kendala tersebut, Kharisun telah melakukan serangkaian penelitian untuk mengembangkan batuan alami (zeolite) yang dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan sekaligus dapat meningkatkan kualitas tanah dan aman bagi lingkungan.
Kharisun mulai menekuni penelitian tentang mineral zeolite sejak kepulangannya dari studi lanjut S3 di Australia pada tahun 1997. Ia memulainya dengan melakukan karakterisasi mineral zeolite di berbagai kota di Jawa, mulai dari Tasikmalaya di Jawa Barat hingga Malang di Jawa Timur.
“Karakterisasi dilakukan untuk memperoleh mineral zeolite terbaik yang dapat digunakan untuk pupuk. Saya memilih mineral zeolite, karena memiliki kemampuan meningkatkan sifat-sifat tanah sehingga dapat mengikat air dan kelembaban tanah menjadi lebih bagus,” jelas alumni Fakultas Pertanian Unsoed angkatan 1985 ini.
Dijelaskan, kemampuan mineral zeolite untuk menahan penguapan dari pupuk urea hingga 70% membuat N Zeo SR dan N Zeo SR Plus mampu meningkatkan kualitas tanah, dan produktivitas tanaman lebih baik. Yakni tanaman menjadi lebih tahan terhadap kekeringan, dan lebih tahan penyakit karena kandungan air yang lebih tinggi membuat batang lebih keras.
Dari hasil pengujian di greenhouse terhadap tanaman padi, jagung, brambang, pokcoy, tebu, kentang dan lain-lain, dengan dosis yang sama, tanaman yang diberi pupuk N Zeo SR Plus bisa menghasilkan tanaman yang lebih baik. Produk tanaman memiliki kandungan gizi lebih tinggi dengan kadar gula yang lebih rendah.
Saat ini N Zeo SR maupun N Zeo SR Plus telah memiliki paten, surat ijin edar dan sedang dalam tahap persiapan sosialisasi untuk demplot di Sleman, Brebes dan beberapa daerah lain.
“Dengan kemampuannya untuk mengurangi penguapan, maka N Zeo SR Plus ini juga dapat digunakan pada lahan dengan kondisi tanah kering bahkan pasir. Saat ini sudah ada permintaan sampel pengujian di perkebunan tebu Gulaku, kebun Sawit, untuk budidaya rumput gajah di peternakan Baturaden dan lain-lain. Pada fase uji coba pasar ini N Zeo SR Plus juga diberikan kepada petani secara gratis maupun dengan potongan harga,” jelasnya.
Ketekunan dan konsistensi di dalam meneliti batu-batuan dan pemanfaatannya untuk peningkatan kualitas tanah dan tanaman telah membawa nama Ir. Kharisun, Ph.D dikenal dan diundang dalam berbagai forum ilmiah. Tahun 2005, diundang ke Brazil untuk presentasi dalam forum Rock for Crop, pernah juga diundang ke Universitas Gadjah Mada, Universitas Bengkulu dan berbagai forum seminar di perguruan tinggi lainnya.
Tahun 2017, diundang Presiden untuk turut terlibat dalam acara Gelar Inovasi Teknologi Nasional.
Reputasi dan rekognisi yang diperoleh tersebut kemudian juga menjadi dasar dari lahirnya mata kuliah agrogeologi di Unsoed, yang kemudian menjadi kekhasan Jurusan Teknik Geologi Unsoed, karena tidak diberikan di kampus-kampus lain.
“Agrogeologi fokus pada kajian bagaimana geologi dapat digunakan untuk mendukung bidang pertanian sebagai bagian dari perwujudan pola ilmiah pokok maupun visi Unsoed untuk diakui dunia sebagai pusat pengembangan sumberdaya perdesaan dan kearifan lokal,” jelasnya. (*/prs)