*Padi Kaya Protein dan Super Pulen
KEBUMEN, EDUKATOR – Galur padi unggul TAD-P-CH//MR-GN95-A, yang kemudian diberi nama Mentari, resmi diwakafkan tiga peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Faperta Unsoed) kepada Persyarikatan Muhammadiyah. Penyerahan dilakukan dalam rangkaian Jambore Nasional I Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) di Kebumen, Jawa Tengah, Sabtu-Minggu (19–20/9/2025).
Ketiga peneliti sekaligus pemulia tanaman tersebut adalah Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D., Dr. Agus Riyanto, S.P., M.Si., dan Dr. Dyah Susanti, S.P., M.P.
Dari kiri ke kanan: Dr. Agus Riyanto, S.P., M.Si, Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D dan Dr. Dyah Susanti, S.P., M.P
Wakaf ditandai dengan penandatanganan dan penyerahan dokumen Material Transfer Agreement (MTA) dari tim pemulia kepada Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, Dr. Drs. M. Nurul Yamin, M.Si.
“Kesepakatan ini menjadi komitmen bersama untuk memanfaatkan galur padi ini sebesar-besarnya bagi kemaslahatan umat,” ujar Prof. Totok Agung yang juga dosen S-3 Ilmu Pertanian Faperta Unsoed ini.
Pemanfaaan galur ini terbatas pada komersialisasi beras, tidak mencakup komersialisasi benih selama statusnya masih galur dan belum menjadi varietas. Kedua pihak bersepakat untuk mengelola dan memanfaatkan galur Mentari sebesar-besarnya demi kesejahteraan petani serta masyarakat.
Serah terima dokumen MTA juga diikuti dengan penyerahan sampel beras galur TAD-P-CH//MR-GN95-A.
Galur padi Mentari, lanjut Prof Totok Agung, berbeda dengan padi pada umumnya. Kandungan protein galur padi Mentari mencapai 9–13 persen, hampir dua kali lipat dibanding beras biasa yang hanya 6–7 persen.
Nilai Ekonomis Tinggi
Selain itu, kandungan amilosa rendah (13,56%) membuat teksturnya super pulen, sesuai untuk masakan Jepang. Dan wrna beras putih susu yang khas, ditambah nilai ekonomis tinggi setara beras specialty Koshihikari dan Basmati, menjadikan padi ini prospektif bagi industri pangan fungsional.
Beras Koshihikari sendiri dikenal sebagai beras premium asal Jepang dengan rasa manis, tekstur lembut, dan pulen, sedangkan Basmati merupakan beras khas India dan Pakistan yang terkenal dengan butir panjang, aroma harum, dan banyak digunakan untuk masakan khas Asia Selatan serta Timur Tengah.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., secara resmi memberi nama Mentari pada galur tersebut. “Mentari bukan hanya identitas Muhammadiyah, tetapi juga sahabat petani. Sinar matahari adalah sumber kehidupan,” ujarnya.
Ia berharap padi Mentari dapat menjadi varietas unggul, adaptif, produktif, dan bermanfaat besar bagi masyarakat luas.
Acara bersejarah ini dihadiri Wakil Menteri Pertanian RI Sudaryono, Ketua PP Muhammadiyah Prof. Muhadjir Effendy, Dr. H. Agung Danarto, pimpinan DPR RI, pimpinan PWM Jawa Tengah, Bupati Kebumen Hj. Lilis Nuryani, jajaran Pemkab, Rektor Universitas Muhammadiyah Gombong, serta ribuan peserta Jambore Nasional JATAM dari seluruh Indonesia.
Ketua Panitia Jambore Nasional I JATAM, Wahyudi Nasution, menyampaikan apresiasinya kepada tim pemulia Unsoed. “Wakaf karya intelektual ini adalah amal jariyah yang Insya Allah membawa berkah berlimpah bagi petani dan kemaslahatan bangsa,” tuturnya.
Dengan keunggulan yang dimiliki, padi Mentari diharapkan menjadi ikon inovasi pertanian nasional yang mengangkat kesejahteraan petani sekaligus kemandirian pangan Indonesia. (Alief Einstein/Prasetiyo)
