
Founder Sedekah Sepatu, Yuspita Palupi memberikan bantuan sepasang sepatu kepada dua anak penyintas HIV/AIDS. (Foto: Istimewa/EDUKATOR)
PURBALINGGA, EDUKATOR – Senyum lebar tergambar di wajah N, murid kelas 6 SD asal Kemangkon, Purbalingga saat menerima sepasang sepatu sekolah baru dari Gerakan Sedekah Sepatu Purbalingga. Di tengah kegiatan di Gedung Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Purbalingga, N langsung mencoba sepatu baru, kemudian melangkah lincah seolah menemukan semangat baru untuk terus sekolah dan bermimpi.
Itulah harapan yang ingin dihadirkan Sedekah Sepatu kepada anak-anak penyintas HIV/AIDS di Purbalingga.

Mencoba sepatu baru. “Terima kasih sedekah sepatu,” ujar N yang mencoba sepatu baru pemberian dari Sedekah Sepatu. (Foto: Istimewa/EDUKATOR)
Untuk keempat kalinya, gerakan sosial tersebut menyalurkan bantuan berupa sepatu sekolah, sembako, dan susu formula kepada 19 anak dengan HIV/AIDS (ADHA) yang masih berusia sekolah. Kegiatan dilakukan pada Jumat (5/12/2025) dalam rangka memperingati Hari AIDS Internasional sekaligus memberikan dukungan moral bagi mereka.
Founder Sedekah Sepatu, Yuspita Palupi mengatakan, bantuan yang diberikan bukan hanya sekadar barang kebutuhan. “Sepatu yang kami berikan hari ini adalah simbol langkah. Langkah kecil yang semoga menghadirkan semangat dan kepercayaan diri bagi anak-anak penyintas HIV/AIDS, untuk terus bersekolah dan mengejar mimpi,” ujarnya.
822 Warga Purbalingga Terdeteksi HIV/AIDS
Sekretaris KPAD Purbalingga, Semedi menyampaikan sejak 2011 hingga September 2025 terdapat 882 warga Purbalingga yang terdeteksi HIV/AIDS. Dari jumlah itu, 19 anak penyintas yang hadir adalah mereka yang terinfeksi sejak lahir.
“Mereka lahir dari ibu yang juga positif,” jelasnya.
Semedi menerangkan bahwa kini telah tersedia teknologi medis untuk membantu ibu dengan HIV melahirkan bayi tanpa tertular HIV. Namun hal itu hanya bisa dilakukan jika penanganan diberikan sejak awal kehamilan. “Dengan catatan pada awal kehamilan, itu baru bisa dilakukan. Karena kalau kehamilan sudah besar, itu nggak bisa,” katanya.
Upaya pencegahan dilakukan melalui konsumsi obat antiretroviral (ARV) secara teratur, pemantauan rutin perkembangan janin oleh dokter, serta persalinan dengan prosedur medis khusus agar bayi lahir bebas dari paparan virus. (*/Prasetiyo)