YOGYAKARTA, EDUKATOR–Sebanyak 43 remaja autis menggelar pameran seni rupa, di UGM Shop Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) Universitas Gadjah Mada (UGM). Mengusung tema “I’m Possible: Ekspresikan Dirimu”, 50 karya lukisan dipajang sedemikian apik. Penataan dan pengaturan karya seni terlihat cermat dan artistik. karya-karya ditempatkan, dipajang dan diberi pencahayaan, menciptakan pengalaman visual yang menarik dan harmonis bagi pengunjung. Warna hitam partisi dinding sebagai latar belakang, menciptakan keseimbangan antara karya seni dengan lingkungannya.
Eksibisi atau pameran ini dilenggarakan oleh Komunitas Seni Pesona Autistik Indonesia (PAI), bekerja sama dengan beberapa komunitas autis di Yogyakarta. Sebuah pameran yang meneguhkan, bahwa anak-anak autism mampu melakukan apa saja. Pameran yang mampu membuka perspektif khalayak. Karena, beberapa peserta pameran, kini tengah menempuh pendidikan tinggi. Ada yang telah menyelesaikan studi strata 1 (S1), bahkan ada yang tengah berjuang menempuh gelar master (S2) di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Tak hanya menjadi ajang apresiasi karya seni. Namun juga upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya seni sebagai media terapi bagi anak-anak autism.
Dihadiri ratusan pengunjung, pameran dibuka oleh Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof. Muhammad Baiquni pada Sabtu (17/5). Berlangsung hingga 23 Mei 2025, dengan beberapa agenda. Yakni talkshow, workshop, dan live painting (menggambar), terbuka bagi anak-anak autis di mana pun berada.
Ketua Komunitas Seni PAI, Mirah Hartika, menjelaskan bahwa pameran ini bertujuan untuk memperluas kesadaran masyarakat. Khususnya masyarakat di Yogyakarta dan sekitarnya, tentang manfaat art therapy bagi perkembangan kognitif anak-anak autis.
“Seni lukis itu ‘art therapy’. Dampaknya besar terhadap perkembangan kognitif anak-anak autistik. Di Yogyakarta kesadaran itu belum terlalu tinggi. Sebagian besar peserta pameran berasal dari Yogyakarta dan sekitarnya. Ada dari Solo, Mojokerto, dan Bojonegoro, dan beberapa peserta lainnya datang dari Jakarta” ujarnya pasca pembukaan pameran.
Lanjutnya, nama pameran I’m Possible menegaskan bahwa, keterbatasan fisik atau mental bukanlah penghalang bagi seseorang berkarya dan berkembang. Pameran ini juga menjadi bukti nyata akan potensi dan kreativitas yang dimiliki oleh penyandang autis.
“Masih banyak orang tua yang belum menyadari manfaat melukis, sebagai sarana pengembangan potensi anak-anak mereka. Bahkan menganggap melukis itu sekadar kegiatan biasa. Padahal sesungguhnya ini sangat bermanfaat untuk menyalurkan emosi dan menstimulasi kemampuan kognitif,“ pungkasnya.
Dia juga menyampaikan bahwa, masih banyak orang tua yang belum menyadari manfaat melukis sebagai sarana pengembangan potensi anak-anak mereka. “Masih banyak orang tua yang menganggap melukis itu sekedar kegiatan biasa. Padahal, sesungguhnya sangat bermanfaat untuk menyalurkan emosi sekaligus menstimulasi kemampuan kognitif,” ucapnya”
Potensi dan dukungan tepat
Kepada awak media, Prof Baiquni mengapresiasi penyelenggaraan pameran kali ini. Sebuah langkah penting dalam membangun ruang-ruang inklusif. Khususnya bagi anak-anak dengan autism.
“Ini luar biasa, ya. Saya kira ini perlu dikuatkan dan didukung karena anak-anak autis memiliki kekhususan serta bakat dan potensi yang luar biasa. Terutama dengan terapi, seperti art therapy,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Prof Baiquni juga menyampaikan komitmennya. Bahwa GIK UGM siap berkolaborasi dengan berbagai pihak, dalam mengembangkan potensi anak-anak autis. “ “Kegiatan ini sejalan dengan visi UGM sebagai universitas kerakyatan dan pusat kebangsaan, dan perjuangan nasional yang berlandaskan Pancasila. Ini sangat tepat untuk didukung.
GIK UGM setiap tahun siap berkolaborasi dengan berbagai pihak, bersama-sama mengembangkan potensi anak-anak autism,” tandasnya.
Pada kesempatan memberikan sambutan, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sleman Mustadi, S,Sos., MM., tak hanya mengapresiasi penyelenggaraan pameran. Dia juga menyatakan bahwa Pemerintah Daerah akan memberikan dukungan. Membuka seluas-luasnya, kegiatan serupa terselenggara. Bahkan dia mengundang, komunitas autism untuk datang dan mendiskusikan perihal dukungan yang diperlukan.
Cerita sang perupa
Ada pun peserta pameran yang sempat dijumpai solidernews.com Anugrah Fadly, lulusan S1 ISI Yogyajarta yang mahasiswa S2 UNY dan Rubben Rayhan Rotty, Sarjana S1 Desain Multi Media Jakarta. Keduanya mengaku bangga dan bahagia bisa menjadi bagian dari pameran. Mereka juga mengaku lega, ketika karya yang dihasilkannya berhasil dipamerkan.
“Saya merasa mendapat pengalaman baru. Karya saya dapat mengikuti pameran di luar kota. Pernah sekali di luar negeri, di Singapur. Saya merasa lega sekarang,” ujar Rubben, yang memamerkan karya berjudul capung merah. (Harta Nining Wijaya)
