PURBALINGGA, EDUKATOR–Bagi penikmat seni rupa di Purbalingga, tidak asing lagi dengan sosok Djentot Subechi (52). Pria yang kesehariannya sebagai guru Seni Budaya di SMA Negeri 2 Purbalingga ini, selama tiga minggu, sejak 2-23 Desember 2023 mendatang, menggelar pameran tunggal ke 2#, di Space Art Lantai 3 Perpustakaan Umum Kabupaten Purbalingga.Djentot Subechi, S.Pd
Dalam pameran yang bertajuk “Golong Gilig” ini, Djentot–demikian sapaan akrabnya– tetap konsisten mengusung filosofi Jawa: Cipta, Rasa dan Karsa, dengan memamerkan 29 karya lukisan abstrak.
Makna Golong Gilig dalam bahasa Jawa melambangkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya (Manungaling kawula Gusti), manusia dengan manusia dan manusia dengan semesta alam. Dan karya-karya seni rupa beraliran abstrak yang dibuat Djentot, tidak lepas dari kesatuan tiga unsur itu.
Pameran tunggal Djentot Subechi, dibuka oleh Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan Dindikbud Kabupaten Purbalingga Wasis Andri Wibowo, S. Pd, Sabtu (2/12/2023).
“Kami mengapresiasi pameran tunggal oleh Djentot Subechi ini. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai guru, masih tetap produktif berkarya,” ujar Wasis Andri Wibowo yang mewakili Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi.
Ikut memberikan sambutan pula dalam pameran itu, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Purbalingga, Sadono S.Sos, M.Si.
Dari 29 karya lukis yang dipamerkan Djentot, diantaranya berjudul Holistic, Isen-isen, The Chromosome X, X-1, X-2, X-3, X-4, Dua Kutub, Kutub 1# ,Kutub 2#, Laku Dodok, Semendeh, Kekep, Jala Kehidupan_1#, Pengilon, Hasrat Jiwa dan sebagainya.
Semua karya itu dibuat dengan teknik Cat akrilik di atas canvas berbagai ukuran.
Tidak berwujud
Mengomentari karya Djentot Subechi, dosen Seni Rupa FKIP UNS S Supriyadi mengaku mengenal Djentot sejak mahasiswa di Seni Rupa FKIP UNS Surakarta, 33 tahun lalu.
“Sejak jadi mahasiswa, Mas Djentot ini sangat rajin dan konsisten berkarya seni rupa. Paling mengejutkan saya sebagal dosennya ialah kekonsistenannya berolah seni. Meskipun kini berprofesi sebagai pengajar, saya sempat berdecak kagum atas keuletan Mas Djentot mencari jati diri tentang karakter,” katanya
Supriyadi mengamati, lukisan-lukisan karya Djentot tampaknya terpengaruh oleh karya Wassily Wassilyevich Kandinsky, pelukis abstrak asal Rusia yang hidup antara tahun 1866-1944. Yakni dominan warna kuning, hijau, merah dan ungu dengan kombinasi lembut.
Lukisan karya Djentot termasuk kategori corak abstrak. Seni lukis abstrak berarti sesuatu yang tidak berwujud, tidak berbentuk atau niskala.
“Abstrak juga bisa diartikan sebagai suatu hal yang menjauhkan diri dari wujud representasi visual yang realistis,” ujar S Supriyadi
Seni abstrak, lanjutnya, merupakan ciptaan seni yang mengandung unsur garis, bentuk dan warna yang sifatnya bebas atau tidak terikat dengan bentuk alam.
Supriyadi mengapresiasi dan memberikan acungan jempol atas karya-karya Djentot Subechi. “Sebagai seniman lukis pendatang di dunia seni lukis abstrak, Mas Djentot sudah menuju arah yang dituju sebagai seniman lukis abstrak. Saya yakin, Mas Djentot suatu saat akan menjadi pelukis handal dan tersohor di belantara seni lukis Indonesia,” ujar S Supriyadi. (Prasetiyo)