PURBALINGGA, EDUKATOR–Untuk memberikan pemahaman mendalam tentang inovasi dan teknologi dalam pengelolaam sampah, Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (FT Unsoed) bekerjasama dengan media lingkungan Greeners.Co menggelar talkshow “Tantangan Inovasi Teknologi Pengelolaan Sampah yang Ramah Lingkungan“. Kegiatan yang diikuti para dosen dan mahasiswa di FT Unsoed ini, berlangsung di Gedung F FT Unsoed – Kampus Blater, Purbalingga, Jumat (15/12/2023).
Tiga nara sumber yang tampil dalam talkshow tersebut, terdiri Dosen Teknik Industri FT Unsoed Dr. Ing. Sugeng Waluyo., S.T., M.Sc, Agus Supriyanto selaku Penyuluh Lingkungan Hidup dari Direktorat Penanganan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, dan Hafid Fadhulrohman, staf pada TPA BLE (Tempat Pembuangan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE) – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas.
Wakil Dekan III FT Unsoed Dr Nurul Hidayat S.Pt, M.Kom mengapresiasi kegiatan ini, karena sangat bermanfaat bagi mahasiswa, dosen dan masyarakat. “Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Greeners.Co, yang dalam rangka perjalanan Editorial Trip, menyambangi kampus FT Unsoed,” ujar Nurul Hidayat yang akrab disapa Doktor Enha ini.
Doktor Enha mengemukakan, talkkshow ini dilatarbelakangi bahwa penumpukan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) kini tengah menimbulkan banyak masalah yang kompleks bagi lingkungan. Bahkan, pada tahun 2023 ini sebanyak 34 TPA di Indonesia telah terbakar. Sejumlah pemerintah kota dan kabupaten juga sudah menyediakan teknologi pengelolaan sampah atau insinerator sampah. Namun, teknologi ini juga belum menjadi solusi yang konkrit untuk mengolah sampah.
Pada kesmepatan tersebut, dosen FT Unsoed Sugeng Waluyo mengemukakan, menciptakan teknologi pengelolaan sampah tidaklah mudah. Sebab, sampah memiliki bahan dan komponen yang cepat berubah.
“Jadi, membuat teknologi yang bisa menjadikan sampah sebagai sesuatu yang berharga atau upcyling itu sulit luar biasa. Sebab, kalau dijadikan industri juga, itu (sampah) bukan standar bahan baku industri. Bahan baku industri itu harus seragam dari segi kualitas, jenis, dan bobotnya,” ujar Sugeng Waluyo.
Sugeng menambahkan, mesin produksi pada sampah tidak ada yang sifatnya fleksibel. Alasannya, sampah berbeda dengan bahan-bahan industri lainnya. Sampah ini terkadang berubah secara tidak menentu waktunya.“Kadang basah, terus kadang kering, kadang ada asamnya. Ternyata, hal itu menjadi sesuatu yang ingin kita cari solusinya di mana. Kalau mau kelola sampah, kita perlu membuat sistem industrinya . Misalnya, dalam suatu kaidah industri itu ada quality control, ada manajemen produksi, lini produksi, pengecekan bahan baku, dan itu masih dicari,” jelas Sugeng.
Teknologi yang kini banyak dipakai untuk pengelolaan sampah, lanjut Sugeng Waluyo, belum bisa bebas dari emisi. Padahal, emisi tersebut bisa menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan manusia.
“Memang betul yang jadi masalah itu adalah emisi. Enggak bau, tapi kelihatan dari rumah penduduk itu berminyak. Jadi, sangat bermasalah. Ada beberapa metode untuk mengatasinya dengan air. Jadi ditaburkan kalsium, nah kalsium itu bisa menyerap minyaknya kemudian turun, tapi enggak 100 persen. Setidaknya bisa meminimalisir,” imbuh Sugeng.
Sugeng bersama timnya, saat ini telah membuat inovasi pengelolaan sampah, yakni daurulang.id. Dalam inovasinya ini, Sugeng fokus ke teknologi sampah plastik. Terutama multilayer, pembalut, pampers, kain, dan sepatu. Seluruh sampah tersebut dibuat menjadi bahan kontruksi seperti kusen jendela dan pintu.
“Tetapi, di sini gak cuma teknologi saja karena harus menyiapkan rantai pasok gimana sampah itu bisa terkontrol kondisinya. Jadi, rantai pasok harus berjalan, tapi emisi juga perlu tertangani, kemudian juga soal daya penerimaan masyarakat terhadap barang itu,” ujar Sugeng.
Terbaik Se-Asia Tenggara
Sementara itu Hafid Fadhulrohman, staf pada TPA BLE pada DLH Kabupaten Banyumas menjelaksan, TPA BLE Banyumas yang berlokasi di Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor menjadi salah satu contoh TPA yang sekaligus mengoperasikan pengelolaan sampah secara efektif. Dalam satu tempat, seluruh sampah yang masuk ke TPA BLE langsung diolah menjadi berbagai macam produk. Misalnya, paving block dan refuse derived fuel (RDF).
Kemudian, sampah organiknya menjadi pakan maggot.Tak sekadar itu, pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas pun beberapa waktu ini telah menjadi sorotan bagi banyak orang. Bahkan, tempat pengelolaan sampah di Banyumas ini menjadi yang terbaik se-Asia Tenggara.
“Jadi kenapa bisa menjadi tempat pengelolaan sampah terbaik? Karena ada sebuah sistem yang membedakan kota atau kabupaten lain,” jelas Hafid Fadhulrohman.
Hafidh Fadhulrrohman menambahkan, pengelolaan sampah di Banyumas tidak hanya didukung oleh teknologi canggih, namun Banyumas juga berhasil mengelola sampah karena telah menciptakan sebuah sistem pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir yang terstruktur. Dalam hal ini, keterlibatan dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) menjadi garis terdepan dalam memilah sampah di Kabupaten Banyumas.
Masyarakat pun bisa menyetorkan sampahnya ke KSM dan mendapatkan insentif lewat aplikasi. “KSM ini tersebar di Kabupaten Banyumas sebanyak 29 KSM. Jadi KSM yang mengelola TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) atau TPS3R (Tempat Pemrosesan Sampah Reduce-Reuse-Recycle). Inovasi di KSM juga ada mesin gibrik. Mesin ini akan otomatis memilah sampah anorganik dan organik,” kata Hafidh. (*/prs)