
YOGYAKARTA, EDUKATOR--Jalan Arjuna, Wirobrajan, Yogyakarta, kembali hidup oleh semangat muda dan denyut kebersamaan. Selama dua hari, 31 Oktober hingga 1 November 2025, kawasan ini menjadi lautan manusia dalam Arjuna Festival #4, sebuah agenda tahunan yang digagas oleh para remaja dan warga untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda.
Festival yang digelar di dua titik utama—Panggung Barat dan Panggung Timur—menjadi ajang ekspresi lintas generasi. Pawai gunungan dari berbagai RW membuka kemeriahan pada Jumat sore, disusul pentas seni warga dari RT hingga RW. Malam harinya, panggung kethoprak menjadi magnet utama yang selalu ditunggu-tunggu masyarakat.
Suasana tenan para UMKM di sepanjang Jalan Arjuna, Wirobrajan, Yogyakarta, dalam agenda Arjuna Fest #4, Jumat (31/10/2025)
Meski sempat diguyur hujan lebat disertai angin, semangat warga tak padam. “Arjuna Fest bukan sekadar hiburan. Ini ajang kebersamaan dan gotong royong warga, sekaligus cara kami merayakan Sumpah Pemuda dengan cara yang membumi,” ujar salah satu warga setempat.
Anak Muda yang Luar Biasa
Sorot lampu panggung, denting gamelan, dan tawa warga berpadu menciptakan suasana hangat. Wirawan Haryo Yuda, Staf Ahli Wali Kota Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkot Yogyakarta, menilai acara ini sebagai bukti nyata hidupnya kebudayaan di Kota Gudeg.
“Anak muda di sini luar biasa. Mereka mampu mengorganisir kethoprak dengan gamelan pelog-slendro, sesuatu yang tak mudah di era digital,” ujarnya.
Menyaksikan pementasan kethoprak “Gentho Bokenheart”, duduk dari kiri: Sarwanto (Mantri Pamong Praja Wirobrajan), Wirawan Haryo Yuda (Staf Ahli Wali Kota Bidang Pemerintahan dan Kesra), Sri Suwardani (purna tugas lurah Wirobrajan), Agus (KUA Wirobrajan) serta utusan Koramil Wirobrajan
Senada dengan itu, Mantri Pamong Praja Wirobrajan, Sarwanto, S.I.P., M.M., menegaskan Arjuna Fest adalah contoh kolaborasi lintas kampung yang patut diapresiasi. “Inisiatifnya lahir dari pemuda, untuk pemuda dan masyarakat. Mereka berhasil menyatukan tiga RW dan dua kampung—Wirobrajan dan Ketanggungan. Itu tak mudah,” tuturnya.
Dukungan juga datang dari Lurah Wirobrajan, Sri Suwardani, S.Sos, yang baru saja purna tugas. Ia menyebut, perkembangan Arjuna Fest mencerminkan kematangan komunitas warga.
“Kalau dulu hanya dangdut, sekarang ada kethoprak, band-band warga, bahkan koes plusan. Yang sepuh pun bisa ikut menikmati,” ungkapnya.
Pilar Kebudayaan Kota
Malam kethoprak di Arjuna Fest menjadi simbol kebangkitan seni tradisi di tengah modernitas. Denting gamelan berpadu dengan gelak tawa warga, menghadirkan kehangatan kampung yang otentik.
“Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, tapi juga pelajaran moral dan nilai kehidupan bagi kita semua. Sudah saatnya anak muda menjadi pilar budaya di kota ini,” imbuh Wirawan.
Arjuna Fest pun membuktikan bahwa semangat Sumpah Pemuda tak berhenti di sejarah, melainkan tumbuh dalam tindakan nyata. Gotong royong, cinta budaya, dan kolaborasi lintas generasi menjelma dalam setiap nada gamelan dan langkah penari di panggung rakyat.
Agenda Hari Kedua
Rangkaian kegiatan berlanjut pada Sabtu (1/11) dengan senam bersama, lomba menggambar dan mewarnai, serta pentas PAUD Wira Melati. Sore hingga malam, suasana semakin meriah oleh barongsai, tari, dan band-band lokal, termasuk kelompok musik Fireside yang digawangi Herjuno Haryo Satrio Wicaksi bersama rekan-rekannya dari ISI Yogyakarta.
Tak ketinggalan, band tamu seperti Koesplus Mania AB Plus, Lucksons, dan Lost Stroom turut memeriahkan penutupan festival.
Arjuna Festival #4 menegaskan satu hal: semangat muda dan budaya akan terus menyala—selama warga tetap bersatu menjaga denyut kehidupan di Jalan Arjuna.(Harta Nining Wijaya)