Mahasiswa MBKM Universitas Pancasila – Unsoed Ikuti Kuliah Lapangan di Limpakuwus

by -2533 Views
Mahasiwa MBKM Universitas Pancasila-Unsoed berfoto bersama dosen pembimbing lapangan Dr Adhi Iman Sulaiman, instruktur dan pendamping di hutan pinus LImpakuwus. (Foto: Istimewa)

PURWOKERTO, EDUKATOR–Untuk memberikan pengalaman liputan di lapangan, sebanyak 12 mahasiswa S-1 program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) pada program studi Ilmu Komunikasi Unsoed, selama sehari (9/10/2022) mengikuti kuliah lapangan di dua obyek wisata di Banyumas. Yakni Hutan Pinus Limpakuwus di Jalan Baturraden Timur, Sumbang dan Curug Bayan di Dusun Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden.

Ke-12 mahasiswa itu, terdiri 10 dari Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Pancasila Jakarta, dan 2 orang dari program studi Ilmu Komunikasi Unsoed. Penyaji materi dalam kegiatan yang dikemas field trip ini, Dr Adhi Iman Sulaiman, S.IP, M.Si dan praktisi jurnalistik, Drs. Prasetiyo.

Mahasiswa MBKM Universitas Pancasila-Unsoed berfoto bersama dosen pembimbing kuliah lapangan Dr Adhi Iman Sulaiman (paling kiri) , instruktur dan pendamping. (Foto: Istimewa)

Kuliah lapangan berupa field trip ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kebijakan Komunikasi, yang diampu dosen Dr Adhi Iman Sulaiman. Pertimbangan dipilihnya wisata Limpakuwus karena sebagai lokasi wisata yang bagus untuk refreshing, gathering dan healing dengan menyuguhkan lengkap seperti permainan dan ketangkasan untuk semua segmen usia mulai anak-anak , remaja dan orang tua maupun keluarga. Termasuk menyuguhkan alam yang sejuk, hijau dan asri cocok sebagai ekowisata, serta dapat dikembangkan sebagai eduwisata.

Output dari kegiatan ini, mahasiswa mampu membuat dokumentasi tayangan di youtube durasi 20-25 menit tentang situasi, kondisi, aspirasi dan rekomendasi tentang fasilitas dan pelayanan di lokawisata dari pengelola, pengunjung, kelompok usaha dan pengamat atau pemerhari wisata dan media,” ujar Dr Adhi Iman Sulaiman.

Ceria bersama menikmati segarnya pemandangan alam di hutan pinus LImpakuwus. (Foto: Budi Yuswantoro)

Sedangkan outcame atau hasil dari kegiatan ini, ujar Adhi Iman, saling berbagi pengalaman dan rekomendasi konstruktif untuk pemerintah daerah, pengelola wisata dan ikut mempromosikan lokawisata hutan pinus Limpakuwus dan Curug Bayan.

Praktisi jurnalistik Drs Prasetiyo saat menyampaikan materi menyampaikan, untuk membuat berita yang baik, yakni berita untuk koran cetak, onlione maupun video, seorang wartawan tak boleh melupakan kaidah dasar penulisan berita berupa 5W+1H . Yakni What/apa, Who/siapa, When/kapan, Why/mengapa, Where/dimana, dan How/bagaimana. Selain itu, kalimat yang ditulis atau diucapkan mudah dipahami oleh masyarakat umum.

Praktisi jurnalistik Drs Prasetiyo saat menyampaikan materi di hadapan mahasiswa MBKM dari Universitas Pancasila dan Unsoed. (Foto: Budi Yuswantoro)

“Gunakan bahasa yang sederhana dan perhatikan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonsia (PUEBI). Dan dalam membuat judul atau kalimat, juga harus memperhatikan logika bebahasa. Sejatinya, seorang wartawan yang baik, juga seorang guru yang baik dalam penggunaan bahasa,” ujar Prasetiyo, yang juga mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Unsoed dan Pemimpin Redaksi Edukator ini.

Prasetiyo mencontohkan, dalam tayangan sebuah berita di sebuah stasiun TV baru-baru ini, ada judul berita “Jakarta Selatan Dikepung Banjir”. Sebuah stasiun TV yang lain, di waktu yang hampir sama pada hari yang sama, memberitakan “Banjir Landa Jakarta Selatan”.

Dalam hal ini, jelas Prasetiyo, Fakta (What), lokasi (Where), waktu (When), mengapa banjir (Why), bagaimana peristiwanya (How) yang diberitakan, sama. Yaitu banjir di Jakarta Selatan. Hanya saja, dua televisi itu memilih kata berbeda untuk menggambarkan peristiwa sama.

Aneka wahana wisata yang ada di hutan pinus Limpakuwus. (foto: Budi Yuswantoro)

“Salahkah berbeda diksi? Tentulah tidak. Sejauh diksi yang berbeda itu mewakili fakta yang sama. Namun, pilihan kata berbeda dua televisi itu menunjukkan fakta berbeda. Televisi A menggunakan kata “kepung” , sedangkan televisi B menggunakan kata “Landa”.” ujarnya.

Kepung dan Landa, lanjut Prasetiyo, tidaklah mewakili peristiwa atau keadaan yang sama. Kepung berarti mengelilingi, berada di luar. Adapun Landa, menimpa subyek, bukan di luar subyek. “Maka, tatkala kata kepung yang digunakan untuk mengabarkan Jakarta Selatan Dikepung banjir berarti banjir berada di sekeliling Jakarta Selatan. Sedangkan Jakarta Selatan tidak kebanjiran. Berbeda dengan Banjir Landa Jakarta Selatan. Ini berarti yang kebanjiran adalah wilayah Jakarta Selatan, wilayah di luarnya tidak,” ujar Prasetiyo.

Untuk itu, Prasetiyo mengajak kepada mahasiswa MBKM agar jeli, cermat dalam pemilihan kata (diksi) untuk menghasilkan kalimat yang logis.

Area camping ground di hutan pinus LImpakuwus. (Foto: Budi Yuswantoro)

Dibagi 3 Kelompok

Sementara itu, 12 mahasiswa MBKM yang mengikuti kuliah lapangan, dibagi ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama hunting berita mewawancarai pengelola/penjaga/pelayanan permainan wisata. Kelompok kedua, hunting ke kelompok usaha yang ada di sekitar Limpakuwus dan Curug Bayan. Dan kelompok ketiga, hunting mewawancarai para pengunjung .

Marsalda, salah seorang mahasiswa dari Fikom Universitas Pacasila saat mewawancarai dosen pembimbing kuliah lapangan, Dr Adhi Iman Sulaiman. (Foto: Budi Yuswantoro)

Hutan pinus Limpakuwus sejak 2018 hingga sekarang selalu ramai dikunjungi wisatawan. Bahkan pada masa pandemi, pengelola membuat paket wisata virtuaal, sehingga pemasukan untuk mengelola obyek wisata dan membaar karyawan, serta bagi hasil dengan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur, dapat terjaga.

“Belakangan, wisatawan terus bertambah. Pada libur lebaran kemarin, dalam satu hari pernah mencapai 8000 orang. Pada setiap akhir pekan, sabtu-minggu, rata-rata 2000 – 4000 orang,” ujar Eko Purnomo, pengelola Hutan Pinus Limpakuwus.

Di hutan pinus Limpakuwus, yang memiliki luas 76 hektar, ada 6 wahana. Yakni Mountain Slide, Play Ground, Golden Bridge, Flying Fox, ATV dan Paint Ball. “Kami juga melayani paket outbond, gathering , fun game dan camping. Sedangkan bagi wisatawan yang akan menginap, kami miliki 5 unit family cottage dan 2 unit mini cottage,” ujar Eko Purnomo.

Seusai melakukan liputan di Limpakuwus, para mahasiswa MBKM melakukan liputan di Curug Bayan di Dusun Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden. Curug atau air terjun yang memiliki ketinggian 7 meter dan areal kolam yang memiliki luas sekitar 200-300 meter persegi dengan kedalaman 2-5 meter ini, berjarak sekitar 3 km ke arah barat dari Obyek wisata Baturraden.

Curug Bayan yang menawan. Lokasi di Dusun Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. (Foto: Istimewa)

“Air di curug Bayan sangat dingin, dan pemandangan alamnya sangat bagus. Berkunjung ke Baturraden, kurang lengkap kalau tidak ke sini,” ujar Sardin (21), mahasiswa MBKM dari Universitas Pancasila Jakarta

Wulan (20), teman Sardin menambahkan, dirinya sangat senang berkunjung ke ekowisata Hutan Pinus Limpakuwus.

“Lalu lintasnya lancar, tidak ada kemacetan . Pemandangan alamnya begitu hijau, indah dan sejuk. Selain itu, kulinernya sangat terjangkau untuk ukuran kantong mahasiswa.,” tutur Wulan, mahasiswi semester 5 Fikom Universitas Pancasila ini (ton/prs)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

No More Posts Available.

No more pages to load.