PURBALINGGA, EDUKATOR–Untuk mengevaluasi eksistensi kelembagaan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Padamara, Kecamatan Padamara, Purbalingga, sebanyak delapan mahasiswa Magister Penyuluhan Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (MPP Unsoed ) angkatan tahun 2022 melakukan kajian Evaluasi. Kegiatan berlangsung di Balai Penyuluhan Pertanian Padamara , Purbalingga, Selasa (13/6/20023), dikemas dalam bentuk sarasehan dan Focus Group Discussion (FGD).

Kegiatan itu menghadirkan dua dosen MPP Pasca Sarjana Unsoed, yakni Dr.Tyas Retno Wulan, S. Sos, M, Si dan Koordinator Program Studi MPP Unsoed Dr Lilik Kartika Sari, S. Pi, M. Si. Hadir juga Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Padamara, Rachmat Kurnianto, SP selaku pembina KTNA.

Lilik Kartika Sari berharap, evaluasi dan masukan program dari Unsoed untuk KTNA Padamara dapat lebih meningkatkan semangat dan dinamika kelembagaan KTNA . “Sehingga pada pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraaan anggota-anggotanya,” harap Lilik Kartika Sari.
Menurut Lilik Kartika Sari, Tim Mahasiswa MPP Unsoed tertarik untuk belajar bagaimana program dan kegiatan Kelembagaan KTNA Padamara, karena lembaga ini sejak berdiri 17 tahun lalu hingga sekarang masih eksis.

KTNA Padamara berdiri sejak 2006, kini beranggotakan 27 petani dari unsur Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Kelompok Tani (Poktan), Pemuda Tani, dan Kelompok Wanita Tani (KWT) . Dalam hal ini, KTNA sangat bermanfaat sebagai wadah para utusan kelompok tani dari masing-masing desa dan kelurahan di Kecamatan Padamara. Yakni untuk saling berbagi ilmu, bertukar pendapat dan bermusyawarah untuk mengatasi persoalan pertanian dari hulu sampai hilir.
Banyak Kegiatan
Ketua KTNA Padamara Bambang Sutrisno SH menambahkan, banyak kegiatan yang dilakukan pihaknya, diantaranya silaturrahmi antar anggota, penyampaian info program Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga, edukasi bertani ‘Back to Nature’ dengan aplikasi berbagai bahan hayati seperti aplikasi asam humat, booster, nitrobacter, dan sebagainya, Hal itu dilakukan untuk membantu mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk kimia sehingga bisa menurunkan biaya produksi pertanian (Low cost production).

“Selain itu, kami melakukan diskusi futuristik dunia pertanian, contohnya ancaman kekeringan sehingga semua petani diharapkan segera tutup tanam,” ujar Bambang Sutrisno.

Kegiatan lainnya, lanjut Bambang Sutrisno, pengendalian dan kewaspadaan terhadap Organisme Penganggu Tanaman Wereng Batang Coklat (OPT WBC), sehingga pemantauan intensif terhadap lahan para petani harus rutin dilakukan.
Juga ada kegiatan Rekomendasi Varietas yang cocok untuk musim tanam penghujan atau kemarau di Musim Tanam (MT) mendatang; mengatasi hama Endemik Tikus dengan Trap Barrier Sistem (TBS), dan Antisipasi Problem Kartu tani.
Lebih dari itu, Bambang Sutrisno mengatakan pihaknya selama ini telah mengadakan pelatihan membuat pestisida nabati dari daun Mimba dan Jenu untuk mengatasi hama ulat pada tanaman hortikultura. Juga menggelar pelatihan membuat larutan mikrobia pembenah tanah sesuai kearifan lokal, diantaranya membuat larutan Jadam microbial solution (JMS) atau larutan mikroba jadam, Baceman, Nitrobacter, dan Booster.
Perlu Pendampingan
Sementara itu Dosen pengampu Praktik Lapang mata kuliah Evaluasi dan Impack Assessment, Dr.Tyas Retno Wulan, S. Sos, M. Si mengatakan, untuk mencapai kelembagaan KTNA Padamara yang baik, maka pendampingan dan evaluasi sangat diperlukan dari berbagai puhak. Yakni dari Petugas Penyuluh Pertanian, pemerintah setempat dan akademisi.(Prasetiyo)