BANYUMAS, EDUKATOR–Pelaku wisata dari Desa Wisata Cikakak, Kecamatan Wangon, Minggu (12/3/2023) melakukan studi banding ke Desa Wisata Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas. Diharapkan, dua desa wisata itu ke depan dapat berkembang pesat, seiring pendampingan yang dilakukan oleh Tim dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed).
“Kami optimis, Desa wisata Cikakak di bagian barat Banyumas dan Desa Banjarpanenen di bagian timur Banyumas yang berstatus sebagai rintisan desa wisata dapat berkembang pesat. Kedua desa ini memiliki potensi alam, wisata, seni dan budaya yang hampir sama dan dapat diunggulkan, ” ujar Ketua Tim Riset Dasar Unsoed (RDU) di Desa Wisata Drs Chusmeru, M.Si pada Workshop Penguatan Kelembagaan Desa Wisata – Kegiatan Manajemen Kelembagaan Bumdes, Pokdarwis dan UKM yang diselenggarakan di Pendopo Giri Wisesa Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Minggu (12/3/2023).
Kegiatan itu diikuti 30 peserta, terdiri pelaku wisata dari Desa Cikakak dan Banjarpanenen. Para pelaku wisata ini yakni kepala desa, pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Pentugas Penyuluh Lapangan dan mahasiswa Ilmu Komunikasi Unsoed.
Bertindak sebagai nara sumber dalam kegiatan ini, Tim dari Unsoed terdiri Drs Chusmeru M.Si, Dr Adhi Iman Sulaiman, SIP, M.Si, Dr. Nur Choirul Afif, S.E., M.Si, Dr Agus Ganjar Runtiko S.Sos, M.Si dan pemerhati pariwisata sekaligus jurnalis pendidikan dan pembangunan Drs. Prasetiyo, M.I.Kom serta Kades Banjarpanepen Mujiono .
Drs. Chusmeru yang juga pengamat pariwisata dari Fisip Unsoed mengatakan, Desa Cikakak yang pernah menjadi juara umum pada event Gelar Desa Wisata Provinsi Jawa Tengah 2021 dan pernah meraih penghargaan dari Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dari Kemenparekraf pada tahun 2021 pada kategori suvenir, telah memiliki wisata andalan yakni masjid Saka Tunggal sebagai wisata religi, embung Sabang Maz dan belakangan yang sedang digarap, Pasar Wisata Antap. Sedangkan atraksi wisata dan budaya yang ada berupa Jaro Rojab, Rewanda Bojana, Sadranan dan Sedekah Bumi. Untuk wisata kuliner di desa ini, ada Nasi Penggel, Ayam Gecok dan Wajik Kethek.
Di Desa Banjarpanepen, lanjut Chusmeru, juga memiliki potensi wisata yang tak kalah menarik, seperti Bukit Pangaritan, dan wisata religi Watu Jonggol yang merupakan petilasan Gadjah Mada, wisata kuliner sate bebek setengah meter di objek wisata Sentana, dan Curug Klapa yang masih dalam proses perintisan tahun 2023 ini,. Sedangkan tradisi yang ada seperti tradisi Kungkum Kali,Sadranan, dan Tenong Ambengan merpakan kearifan lokal yang harus terus dilakukan untuk mendukung pariwisata.
“Dengan keunggulannnya masing-masing, dua desa ini sangat berpotensi untuk maju, mendukung perekonomian nasional. Sesungguhnya, kemajuan ekonomi dan kebangkitan pariwisata nasional, diawali dari desa wisata,” ujar Chusmeru.
Desa Banjarpanepen , sambung Chusmeru, berstatus sebagai desa rintisan wisata dimulai pada tahun 2013. Sejak saat itu, Tim Unsoed terus melakukan pendampingan hingga saat ini. Hanya saja, Desa Banjarpanepen kurang melesat cepat sebagai desa wisata, karena akses jalan berupa jalan pegunungan yang kurang lebar menuju ke beberapa destinasi yang ada.
Hal senada disampaikan Dr. Agus Ganjar Runtiko sebagai tim RDU bahwa pihaknya optimis, jika akses jalan diperlebar, promosi terus dilakukan dan SDM yang mengelola pariwisata sudah siap, Banjarpanepen akan ramai dikunjungi wisatawan. Imbasnya, multiplier effect untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujar Agus Ganjar .
Optimisme dan semangat untuk membangun desa wisata juga ditegaskan oleh Kepala Desa Mujiono, bahwa awalnya berasal dari mimpi dan nyaris orang tidak percaya, karena Desa Banjarpanepen tahun 2007 tidak ada listrik dan akses jalan yang kecil dan sulit sebagai desa terpencil. Namun tekad dan semangat untuk babat alas terus dilakukan. Yakni pelebaran jalan, pemanfaatan tepi sungai Kali Cawang yang dulu dianggap angker menjadi objek wisata keluarga Sentana dan tempat bermain juga ritual purnamaan.
Selain itu, kini sudah dirintis akses jalan ke lokasi bukit Pangaritan dan Watu Jonggol. Bahkan tahun 2023 ini sedang dirintis akses jalan ke lokasi Curug Kelapa.
“Semua itu dilakukan, karena tekad yang kuat dengan dukungan dan partisipasi dari kekompakan warga. Mulai sekarang sudah banyak wisatawan yang datang ke Banjarpanepen ujar Mujiono.
Kompak
Dalam kesempatan itu, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed Dr. Nur Choirul Afif, S.E., M.Si yang menyampaikan materi Mengembangkan Bisnis Bumdes, mengajak para pelaku wisata di Desa Cikakak dan Banjarpanepen untuk memperhatikan beberapa hal dalam pembangunan desa wisata. Diantaranya, adanya komitmen bersama atau kekompakkan, pemetaan potensi desa, pemberdayaan Pokdarwis, make over fasilitas desa, branding desa, menyusun paket wisata dan evaluasi serta inovasi secara berkelanjutan.
“Itu hal penting yang perlu diperhatikan, termasuk dalam hal pengelolaan keuangan,” ujar Nur Choirul Afif.
Kepada peserta wokrshop, Nur Choirul Afif juga memberikan tips, trik dan contoh-contoh melakukan manajemen administrasi yang baik sesuai standard akuntansi keuangan.
Partisipatif dan kolaboratif
Narasumber lain Dr. Adhi Iman Sulaiman, S.IP., M.Si yang juga ahli pemberdayaan Unsoed menambahkan, pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan desa wisata kata kuncinya harus partisipatif dengan melibatkan semua pihak dan potensi desa secar dialogis dan terbuka, lalu bekerja sama kolaborasi atau collective action.
“Adanya wokshop sekaligus mengundang Pokdarwis, BUMDes dan UKM dari Desa Wisata Cikakak untuk studi banding ini langkah yang sangat bagus,” kata Dr. Adhi Iman Sulaiman, S.IP., M.Si.
Partisipasi dan kolaborasi ini juga disampaikan oleh Narasumber Drs. Prasetyio, M.I.Kom sebagai resep jitu untuk mengembangkan desa wisata dengan BUMDes, Pokdarwis dan UKM dengan mencontohkan hasil penelusuran liputan khusus di Desa Wisata Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga.
Pada tahun 2022, Desa Wisata Serang dan Desa Senenkerto, Kecamatan Turen, Kabuipaten Malang mewakili Indonesia mendapat penghargaan The 5th ASEAN RDPE (Rural Development and Property Eradication) Award.
Saat ini, sudah lebih 500 kunjungan studi banding ke Desa Wisata Serang. Dan saat ini, omzet yang dimiliki Desa Wisata Serang mencapai Rp 22 milyard, dari modal awal pada tahun 2009 sebesar Rp 9 juta.
Masyarakat Desa Serang kini bisa merasakan dampak dari pengembangan wisata di desanya. Jelasnya, pembangunan dan kesejahteraan desa, salah satunya ditentukan pengembangan potensi sumberdaya desa dengan semangat serta tekad yang kuat para pengelola wisata.
Pengelolaan secara partisipatif dan kolaboratif oleh semua pihak, telah mampu mengangkat Desa Wisata Serang.
Sementara itu, dalam studi banding pelaku wisata Desa Cikakak ke Desa Banjarpanepen, peserta diajak mengunjungi Bukit Pangaritan dan Watu Jonggol, serta menikmati wisata kuliner sate bebek setengah meter. (Prasetiyo)