Sanggar Wayang Puruhita Budaya SMPN 1 Keling Kembali Dapat Tanggapan

by -374 Views
Dalang Ki Dimas Arsyandi, siswa Kelas 8F SMPN 1 Keling, Kabupaten Jepara. (Foto: Humas SMPN 1 Keling/EDUKATOR)

JEPARA, EDUKATOR–Sebagai sekolah berbasis budaya, SMP Negeri 1 Keling, Jepara melalui Sanggar Wayang Puruhita Budaya kembali menghibur masyarakat dengan suguhan pegelaran wayang kulit pakeliran padat. Mengusung lakon Sesaji Raja Suya, dalang dalam pentas wayang kulit ini adalah Muhammad Dimas Arsyandi atau Ki Dimas Arsyandi, yang masih tercatat sebagai siswa kelas 8F SMP Negeri 1 Keling.

Ratusan penonton terpukau menyaksikan penampilan wayang kulit tersebut, yang berlangsung di rumah Guru Bahasa Jawa SMPN 1 Keling Gendhuk Noklik Siti Rohani, S.Pd di RT 8/RW 3 Desa Jlegong, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Sabtu malam (2/3/2024). Pentas digelar dari jam 20.00 hingga 00.30 WIB, dan disiarkan secara live streaming melalui https://youtube.com/live/HSWnsBpuQz4?. Pagelaran ini diiringi Grup Karawitan Puruhita Laras SMPN 1 Keling, dengan sinden terdiri Chaca (9D), Cita (9B), Yaya (9e) dan Dina (bintang tamu) serta Fabella , alumni yang sekarang sekolah di SMK Negeri 1 Kasihan atau SMKI Yogya.

Pagelaran wayang kulit ini dalam rangka ngunduh mantu pernikahan Husni Miftakhudin, S.P dengan Ayu Safitri, S.Pd. Pengantin pria adalah putra Gendhuk Noklik Siti Rohani, S.Pd-Marsono. Dan pagelaran yang berlangsung meriah dan sukses ini, berkat arahan dari pembina Sanggar Wayang Puruhita, R. Soeteja dan Hery Yulianto, serta suport yang luar biasa dari Kepala SMPN 1 Keling Darono Ardi Widodo, S.Pd. Ind.

Ikut menyaksikan pementasan itu sejak jejer pisanan hingga Tancep Kayon, sejumlah guru serta para siswa sekolah setempat dan warga masyarakat Desa Jlegong dan sekitarnya.

Koordinator Kebudayaan SMPN 1 Keling, Drs Arif Mujiono kepada EDUKATOR mengapresiasi penampilan dalang Ki Dimas dan Sanggar Wayang Puruhita Budaya.

“Sekolah kami adaah sekolah yang berbasis budaya. Maka salah satu cara nguri-nguri budaya adiluhung berupa wayang kulit, dengan cara seperti ini. Kebetulan ini ada teman guru yang ngundhuh mantu, maka sekaligus ini sebagai ajang uji kemampuan Ki Dimas beserta para niaganya. Ini penampilan kedua Sanggar Wayang Puruhita. Sebelumnya, pagelaran pada awal bulan Januari 2024 lalu,” ujar Arif Mujiono, alumnus Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa IKIP Yogyakarta angkatan tahun 1985 ini.

Penampilang dalang Ki Dimas Arsyandi terlihat piawai memainkan sabetan. Demikian juga joke-joke yang dilontarkan saat limbukan dan gara-gara mengalir alami. Walau satu dua kali ada janturan dan antawacana yang agak tersendat, namun tidak menganggu keseluruhan pekeliran malam itu.

Lebih dari itu, pengendang andalan SMPN 1 Keling Anif Prabowo (9A), juga terlihat piawai memegang kendhali para penabuh karawitan Puruhita Laras. Apalagi didukung oleh lima pesinden yang tampil prima. Mereka mampu menyuguhkan beberapa gending permintaan para penonton.

Arif Mujiono menjelaskan, lakon Sesaji Rajasuya menceritakan Prabu punta dewa yang merasa beryukur atas segala anugerah yang telah dilimpahkan ke negara Amarta oleh Tuhan Yang Mahakuasa.

Sebagai wujud rasa syukur, sulung Pandawa itu bermaksud mengadakan Sesaji Rajasuya. Ternyata kehendak baik itu mengalami beberapa kendala, utamanya datang dari Sang Prabu Jarasandha raja dari kerajaan Giribajra. Namun berkat kegigihan para Pandawa yang didukung oleh Prabu Kresna serta keempat Punakawan,semua halangan yang melintang bisa diatasi.

Sementara itu Pembina Ekstrakurikuler Sanggar Puruhita Budaya R. Soeteja, S.Pd. dan Hery Yulianto, S.Pd. merasa tertantang, karna pengendangnya sudah kelas 9, demikian juga beberapa pesinden dan pengrawitnya. Untuk itu, pihaknya harus kerja keras untuk menggali dan membina para peserta ekstra kurikuler yang sekarang masih duduk di kelas 7.

“Regenerasi harus berjalan, agar SMPN 1 Keling sebagai sekolah berbasis budaya terus berjalan,” ujar R Soeteja yang diiyakan Hery Yulianto.

Ketoprak
Selain Wayang kulit, SMP Negeri 1 Keling juga mempunyai grup ketoprak siswa dan grup ketoprak guru. Keduanya bertajuk Ketoprak Puruhita Budaya. Khusus ketoprak siswa minimal pentas setaun dua kali yaitu saat Rapat Pleno Komite dan saat perpisahan kelas 9. (Arif Singo Keling/Prasetiyo)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

No More Posts Available.

No more pages to load.