PURBALINGGA, EDUKATOR–Menggunakan Hand Phone (HP) sebagai alat komunikasi, harus tahu etika komunikasinya. Dengan mengetahui etika komunikasi yang baik, diharapkan saat siswa berkomunikasi dengan guru, misalnya melalui chat di Whats App (WA), dapat menghargai orang lain dan diri sendiri dengan santun.
“Etika komunikasi yang baik dapat membangun komunikasi yang efektif,” ujar Dwi Nur Fajriati, mahasiswi Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Pendidikan IPS Universitas Negeri Semarang (Unnes) angkatan 2022 saat melakukan sosialisasi Komunikasi Efektif Guru dan Peserta Didik di SD Negeri 5 Bukateja, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, Sabtu (18/3/2022).
Kegiatan itu diikuti 32 siswa kelas 5 dan 6, dan jajaran dewan guru.
Kepala SDN 5 Bukateja, Pariem, S.Pd SD, M.Pd mengatakan, sosialisasi ini untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada siswa mengenai etika komunikasi yang baik dan santun dengan guru. Juga untuk menumbuh kembangkan budaya-budaya positif yang ada di SDN 5 Bukateja. Yakni budaya santun yang tercantum dalam motto sekolah “ASIK” yang merupakan akronim dari Agamis, Santun, Inovatif, Kompeten.
Sekaligus, sosialisasi ini untuk memenuhi tugas mahasiswa PPG Prajabatan pada Mata Kuliah Proyek Kepemimpinan II untuk mengimplementasikan proyek yang sudah disusun pada Mata Kuliah Proyek Kepemimpinan I.
Saat sosialisasi berlangsung, siswa diminta menuliskan contoh kalimat ketika menghubungi guru melalui pesan/chat di WA, lalu menuliskan jawabannya tersebut melalui aplikasi Padlet.
Dwi Nur Fajriati kemudian mengevaluasi pesan-pesan tersebut, dilanjutkan dengan pemberian materi mengenai etika komunikasi,dan menjelaskan tentang 3 kata ajaib (magic words) saat menghubungi guru melalui pesan/chat. Yakni kata “Tolong, Maaf, dan Terima Kasih”.
Enam Etika Komunikasi yang Baik
Dijelaskan, ada enam hal yang perlu diketahui peserta didik, saat berkomunikasi menggunakan HP dengan guru. Pertama, peserta didik harus memilih waktu yang tepat untuk menghubungi guru dan menghindari untuk menghubungi guru di luar jam kerja, di waktu ibadah, dan waktu istirahat. Kedua, menggunakan bahasa formal, misalnya dengan mengganti kata “Aku” menjadi “Saya” dan menggunakan kata “Bapak/Ibu” untuk menyapa. Ketiga, mengucapkan salam kepada guru.
Keempat, menunjukkan sopan santun dan kerendahan hati dengan meminta maaf karena sudah mengganggu waktunya. Kelima, memperkenalkan diri dengan jelas dengan menyebutkan nama lengkap dan kelas. Keenam, menyampaikan tujuan menghubungi guru dengan jelas dan mengucapkan terima kasih setelah pesan tersampaikan, kemudian diakhiri dengan salam.
Dalam kesempatan tersebut, Dwi Nur Fajriati juga menempelkan poster etika berkomunikasi dengan baik di mading kelas dan mading sekolah sebagai pengingat anak-anak untuk selalu menerapkan etika dalam berkomunikasi. (Prasetiyo)