Siswa SMPN 3 Purbalingga Ikuti “Outdoor Learning” ke Desa Karangpucung

by -1305 Views
Para siswa SMPN 3 Purbalingga foto bersama dengan menunjukkan bibit cabai pemberian dari Artansi Chandra Kahuripan. (Foto: Prasetiyo/ EDUKATOR)

PURBALINGGA, EDUKATOR–Untuk mempraktekkan langsung materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang disampaikan guru, sebanyak 32 siswa Kelas 9A SMP Negeri 3 Purbalingga, Selasa (5/9/2023) mengikuti outdoor learning atau pembelajaran di luar kelas. Mereka belajar materi perkembangan tumbuhan dan hewan di Artansi (Area Pertanian Terintegrasi) Chandra Kahuripan di Desa Karangpucung, Kecamatan Kertanegara, Purbalingga.

Suasana ceria para siswa SMPN 3 Purbalingga di kawasan eduwisata Artansi Chandra Kahuripan di Desa Karangpucung, Kecamatan Kertanegara, Purbalingga. (Foto: Prasetiyo/ EDUKATOR)

“Menyenangkan sekali mengikuti kegiatan seperti ini. Kami jadi tahu dan memahami secara teori maupun praktek perkembangan tumbuhan dan hewan,” ujar Muhammad Zahran Rozaq Putra (15) yang diiyakan teman-temannya.

Guru Mata Pelajaran IPA SMPN 3 Purbalingga, Mukti Rahayu, S.Pd mengemukakan, outdoor learning ini memang bagian dari pembelajaran IPA, bahwa siswa tidak hanya belajar secara teori di dalam kelas, namun juga diajak ke dunia nyata yang disesuiakan dengan materi yang diajarkan.

Di area kandang sapi.

“Kami memilih Artansi Chandra Kahuripan ini, karena relevan dengan materi pembelajaran tentang perkembangan tumbuhan dan hewan. Di sini, anak-anak sekaligus belajar sama ahlinya. Diharapkan, anak-anak terinspirasi dari kegiatan ini,” ujar Mukti Rahayu yang ikut mendampingi para siswa.

Di area kandang sapi.

Di area pertanian terintegrasi seluas 6 hektar ini, para siswa diterima oleh penggagas Artansi Chandra Kahuripan, Tri Bowo Pangestika beserta tim. Para siswa diajak keliling dan bertanya jawab tentang budidaya hidroponik melon, lombok, kangkung, selada hijau, tomat, pak coy dan sebagainya. Mereka juga belajar tentang budidaya sapi, kelinci dan jangkrik.

Dari luas areal 6 hektar, kawasan eduwisata dan agrowisata ini baru dimanfaatkan dua hektar. Di dalamnya ada area perikanan, green house melon, demplot pertanian jagung dan pepaya, tanaman pakan ternak, dan tanaman sistem irigasi tetes untuk tomat.

Di dalamnya juga terdapat Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) meliputi kandang sapi, gudang pembuatan pakan konsentrat dan pengolahan pupuk organik.

Tri Bowo Pangestika menjelaskan tentang budidaya hidroponik

“Kami targetkan, tahun 2024 mendatang, areal yang kami manfaatkan diperluas lebih dari 2 hektar, karena ada penambahan green house baru,” ujar Tri Bowo Pangestika, alumni Akuntansi UNS yang kini lebih fokus menggeluti dunia pertanian bersama kaum milenial di desanya itu.

Tri Bowo Pangestika menjelaskan tentang budidaya hidroponik

Berkat kegigihannya mengembangkan Artansi Chandra Kahuripan, Tri Bowo Pangestika meraih juara harapan pada Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) Tingkat Nasional tahun 2023 ini.

Bowo–demikian panggilan akrabnya–sebelumnya meraih juara 1 Lomba TTG Tingkat Provinsi, kemudian mewakili Jawa Tengah di Tingkat Nasional pada Kategori Inovasi Teknologi Tepat Guna.

Bowo menjelaskan, khusus budidaya melon selama ini menjadi andalan dari Artansi Chandra Kahuripan. Bowo bersama para petani milenial di desanya, membudidayakan melon secara hidroponik dengan sistem NFT atau Nutrient Film Technique, sehingga mampu menghasilkan varietas melon dengan rasa manis yang tinggi.

Green house melon. Pembeli langsung petik sendiri di sini

Ada tiga jenis melon yang dibudidayakan, terdiri Inthanon, Golden Aroma dan Golden Alisha. Setiap 65 hari sekali, buah melon dipanen, dengan harga jual Rp 35 ribu/kilogram.

“Pembeli bisa petik sendiri di sini,” ujarnya.

Para siswa SMPN 3 Purbalingga dengan antusias bertanya jawab tentang berbagai hal menyangkut pertanian terpadu dengan nara sumber Tri Bowo Pangestika.

Lebih Menarik

Sementara itu, Kepala SMPN 3 Purbalingga, Subarno S.Pd mengapresiasi pembelajaran outdoor learning ini. Pembelajaran di luar kelas ini memiliki keunggulan, karena kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa, yang biasanya duduk berjam-jam.

“Dengan outdoor learning, motivasi belajar siswa akan lebih tinggi. Dan yang jelas, hakikat belajar akan lebih bermakna, sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami,” ujarnya.(Prasetiyo)

No More Posts Available.

No more pages to load.