PURBALINGGA, EDUKATOR–Memanfaatkan potensi tanaman nanas yang banyak tumbuh di Desa Tlahab Kidul, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, SMP Negeri 3 Karangreja membekali 147 siswa Kelas 7 dengan pelatihan budidaya dan pengolahan buah nanas. Melalui kegiatan ini, diharapkan anak selain bisa menanam dan membudidayakan tanaman nanas di tempat tinggalnya masing-masing, juga bisa menghasilkan produk olahan buah nanas siap jual, berupa dodol nanas, candy nanas dan sirup nanas.
Kepala SMP Negeri 3 Karangreja, Sumarmo, S.Pd Ekop mengatakan, kegiatan pelatihan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama, Jumat (7/10/2022), menghadirkan nara sumber atau pelatih Kepala Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Karangreja, Sujarwo, S. ST. Dilanjutkan pertemuan kedua, Jumat (15/10/2022) berupa pembimbingan praktek pengolahan nanas dan pepaya, menghadirkan pelatih dari BPP Karangreja dan Kelompok Wirausaha dari Siwarak Karangreja.
“Semua kegiatan dipusatkan di Aula SMP Negeri 3 Karangreja,” ujar Sumarmo kepada EDUKATOR, Selasa (15/11/2022).
Dijelaskan, kegiatan ini terkait dengan implementasi kurikulum merdeka, yang didalamnya memuat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5).
“Pada semester gasal Tahun Pelajaran 2022/2023 ini kami melaksanakan kegiatan P5 dengan dua tema, yaitu Gaya Hidup Berkelanjutan dan Kewirausahaan. Saat ini sedang berlangsung tema kedua, yaitu Kewirausahaan,” ujarnya.
Pada tema kewirausahaan ini, SMPN 3 Karangreja menjalin kerjasama dengan BPP Karanggreja. “Pada tema kewirausahaan kali ini kami fokus pada pengolahan hasil pertanian lokal, yaitu buah nanas. Kami memanfaatkan potensi tanaman nanas yang banyak tumbuh di sekitar sekolah ini,” ujar Sumarmo.
Selama pelatihan, para siswa dengan tekun mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir. Mereka diajari bagaimana agar olahan nanas layak jual, menguntungkan tetapi tetap menjadi makanan dan minuman yang sehat.
“Dalam proses kegiatan P5 ini sungguh luar biasa, anak-anak dengan senang aktif melaksanakan di kelompoknya masing-masing. Bahkan antar kelompok terjadi persaingan sehat dalam kerjasama, gotong-royong, menghargai ide, gagasan dan karya orang lain,” ujar Sumarmo.
Setelah proses selesai para siswa dibawah bimbingan Kordinator IKM dan Kordinator P5 mengkalkulasi biaya produksi, estimasi keuntungan dan pada akhirnya menetapkan harga jual.
Sebagai contoh dalam tahap awal pembelajaran proyek ini rata-rata setiap kelompok mengeluarkan ongkos produksi Rp 75.000,- s/d Rp 80.000,- untuk 50 cup minuman nanas segar. Dengan harga jual @ Rp 2.000,- sehingga keuntungan setiap kelompok adalah antara Rp 20.000,- s/d Rp 25.000,-
“Inilah proses pembelajaran, yang pada akhirnya membutuhkan perhitungan dan berfikir kritis dalam merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi,” ujar Sumarmo yang didampingi Koordinator P5 SMPN 3 Karangreja, Niti Andarti, S. Pd. (Prasetiyo)