Dosen Fakultas Pertanian Unsoed Dr. Irene Kartika Eka Wijayanti, S.P., M.P sedang menyampaikan materi.
PURWOKERTO, EDUKATOR--Dosen Fakultas Pertanian Unsoed Dr. Irene Kartika Eka Wijayanti, S.P., M.P selama dua hari, Senin-Selasa (10-11/11/2025) membekali pengurus Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDKMP) dari semua desa/kelurahan di Kabupaten Banyumas, di Hotel Luminor Purwokerto.
Kegiatan pelatihan ini diselenggarakan atas kerja sama antara Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (LPPM Unsoed) dengan Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Banyumas.
Kegiatan ini bertujan untuk membekali pengurus KDKMP dengan pemahaman dasar regulasi, prinsip koperasi, dan tata kelola kelembagaan. Juga agar setiap peserta memiliki keterampilan praktis dalam mengelola RAT, menyusun laporan pertanggungjawaban, dan membuat business plan sederhana.
Selama dua hari itu, Dr Irene Kartika EW yang juga pengajar S3 Ilmu Pertanian Unsoed, menyampaikan tiga materi. Pertama, Kepemimpinan dan Membangun Mindset Kewirausahaan. Kedua, Manajemen Operasional Aktivitas Bisnis dan Penguatan Kemitraan (BUMN/D, BUMS dan BUMDES) dan kolaborasi bisnis koperasi yang berkelanjutan . Dan ketiga, Identifikasi Model Bisnis Berbasis Potensi Desa/Unggulan untuk menyusun Strategi Bisnis.
Peserta antusias mengikuti pelatihan ini
Kepemimpinan Kolaboratif
Menurut Dr Irene Kartika EW, model kepemimpinan yang ideal adalah kepemimpinan kolaboratif yang harus memimpin dengan hati. Pemimpin koperasi berbeda dari manajer; tugas utamanya bukan hanya mengatur, tetapi juga menginspirasi, melayani, dan membangun kerja sama.
“Fokus kepemimpinan harus diarahkan pada tujuan jangka panjang, kesejahteraan komunitas, dan memberdayakan anggota, menumbuhkan rasa memiliki, serta tanggung jawab bersama,” ujar Irene Kartika EW.
Pilar utama kepemimpinan koperasi, lanjutnya, didasarkan pada tiga nilai inti: Gotong Royong, Transparansi, dan Pelayanan. Gotong royong berarti melibatkan seluruh anggota dalam pengambilan keputusan penting dan memastikan partisipasi tinggi.
Transparansi memerlukan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan, kebijakan, dan proses pengambilan keputusan untuk membangun kepercayaan. Sedangkan pelayanan mengacu pada servant leadership, di mana pemimpin mendengarkan kebutuhan anggota, memberikan solusi, dan memberikan contoh sikap rendah hati dan tanggap terhadap masalah di lapangan.
Selanjutnya Irene Kartika EW menjelaskan, untuk menghadapi tantangan ekonomi, KDKMP wajib membangun mindset kewirausahaan. Yakni aktivitas menciptakan dan/atau mengembangkan usaha yang inovatif dan berkelanjutan. Mindset ini dicirikan oleh kemampuan untuk berani mengambil risiko, memiliki motivasi tinggi, serta berpikir kreatif dan inovatif.
“Mindset wirausaha dalam koperasi harus berorientasi pada anggota atau pelanggan, fokus pada solusi atau melihat masalah sebagai peluang, serta memiliki ketahanan dan fleksibilitas untuk beradaptasi dengan perubahan pasar yang cepat,” ujarnya.
Dijelaskan, hubungan antara kepemimpinan yang kuat dan mindset kewirausahaan sangatlah penting. Kewirausahaan memerlukan visi, inovasi, dan kemampuan untuk mengatasi tantangan bisnis yang kompleks.
Oleh karena itu, seorang pemimpin yang efektif dalam kewirausahaan harus mampu menginspirasi tim, mengambil keputusan strategis, dan memimpin dengan contoh, sambil juga mengembangkan keterampilan komunikasi dan kemampuan mengelola risiko.
“Implementasi dari pelatihan ini berfokus pada analisis potensi desa untuk menemukan masalah yang ada dan mengubahnya menjadi ide koperasi yang menguntungkan,” katanya.
Melalui kegiatan ini, Irene Kartika EW berharap pemgurus KDKMP se Banyumas dapat meningkatkan kapasitas mereka dalam mengelola dan mengembangkan potensi lokal yang dimiliki oleh masing-masing koperasi. Sehingga koperasi mampu menjadi motor penggerak ekonomi lokal dan berkontribusi nyata terhadap pencapaian visi Indonesia Emas 2045. (Prasetiyo)