SLEMAN, EDUKATOR— Visi pendidikan Indonesia adalah mewujudkan generasi yang berkarakter , kritis, kreatif, sikap gotong royong dan mandiri. Hal itu diwujudkan dalam pendidikan pelajar Pancasila. Dalam menumbuhkan sikap gotong royong itu, pendidikan perlu membangun kolaborasi antar semua elemen pendidikan, sehingga ekosistem pendidikan .
Direktur SMK Kemendikbudristek RI Dr.Wardani Sugiyanto M.Pd menyampaikan, sekarang ini sekolah SMK harus diperkuat melalui kolaborasi dengan industri. selaku pengguna. Kurikulumnya harus dipandu oleh industri, tidak hanya direview . Kemudian Industri hadir melalui praktisi mengajar. Oleh karena itu semua sekolah SMK wajib mengundang para praktisi untuk mengajar agar ada keterkaitan antara sekolah dengan industri.
“ Jadi semua SMK wajib mengundang pelaku industri untuk memberikan pembelajaran yang dinamakan Praktisi Mengajar. “ ujar Wardani dalam tanggapan secara daring dihadapan para peserta Focus Group Discussion yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Kepala SMK Swasta se-DIY di Sahid Raya Hotel Senin ( 28/11/2022) .
Selanjutnya Wardani mengatakan, sekarang ini Kementerian Pendidikan sedang melakukan pembenahan baik secara sistem maupun struktur. Bahkan nantinya sebutan Kepala Sekolah akan diganti menjadi CEO., sehingga nantinya mereka akan dituntut untuk men jadi leader serta penentu arah terhadap kemajuan pendikan. Maka dalam sekolah penggerak serta guru penggerak yang pertama dibenahi adalah Sumber Daya Manusia (SDM) .
Menanggapi fenomena banyaknya talenta digital yang dimiliki generasi muda di Indonesia, Wardani menyatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan langkah-langkah strategis berupa perlindungan personal dan organisasi data security. Selain itu melalui platform merdeka mengajar guru bisa belajar , berkarya dan guru juga berbagi mengenai praktek-praktek baik yang telah dilakukannya.
Sikap gotonmg royong antar elemen pendidikan harus mampu menjadi kekuatan bersama dalam upaya membangun pendidikan yang maju, mandiri dan berdaya saing.
Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan DIY Prof.Dr.Sutrisna Wibawa M.Pd mengatakan, kesenjangan pendidikan sekarang ini masih menjadi salah satu persoalan yang perlu dicari solusinya. Kesenjangan itu bukan sekadar pada sistem tetapi juga infrastruktur penunjang pembelajaran.
“ Ternyata hardware saja kita masih bermasalah. Tentu kita berharap persoalan ini segera diselesaikan. “ ujar Sutrisna.
Ditegaskan Sutrisna, sampai saat ini fasilitas infrastruktur teknologi pendidikan lebih banyak dinikmati oleh orang kota. Padahal jumlah anak-anak desa yang membutuhkan layanan jumlahnya lebih banyak. Oleh karena itu, kesenjangan pendidikan tersebut mendesak untuk diselesaikan, karena masa depan kita akan berhadapan dengan teknologi informasi yang tidak bisa dibendung.
Terhadap para guru dan Kepala Sekolah SMK, Sutrisna berpesan perlu melakukan aksi nyata dengan memberikan contoh dan tekadan bagi anak didiknya. Misalnya, jika para guru menginginkan agar para muridnya menjadi pengusaha maka para guru juga harus mampu memberikan contoh sebagai seorang pengusaha, bukan sekedar konsep agar siswa sekadar mengerti.
Sedangkan sebagai kota yang berbasis budaya maka , Sutrisna berharap agar spirit budaya hendaknya mampu menjadi kita dalam pendidikan, agar kita tidak melupakan kearifan lokal yang kita miliki. (*/Sulistyawan Ds)