PURWOKERTO, EDUKATOR–Tim Penelitian Fundamental Universitas Jenderal Soedirman (TPF Unsoed) melakukan kajian di Agrowisata Gunungsari Kopeng di Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Hasil kajian ini diharapkan menjadi masukan berbagai pihak , yakni Slamet Buang sebagai pemilik agrowisata Gunungsari Kopeng, Pemerintah Kabupaten Semarang, warga masyarakat setempat dan berbagai pihak yang berkepentingan mengembangkan agrowisata ini.
Ada tiga dosen Unsoed yang melakukan kajian itu, terdiri Dr Adhi Iman Sulaiman SIP, M.Si , Dr. Dindy Darmawati Putri SP MP dan Dr. Masrukin.M.Si
“Kami melakukan kajian melalui pendekatan Community Based Tourism (CBT) atau pariwisata berbasis komunitas. Dari riset ini ini kami ingin mengkonstruksi keterlibatan masyarakat dalam pengembangan agrowisata,” ujar Ketua TPF Unsoed Dr Adhi Iman Sulaiman, SIP, M.Si kepada wartawan di Purwokerto, Rabu (2/8/2023).
Sebelumnya, selama tiga hari, Sabtu-Senin (29-31/7/2023), Adhi Iman dibantu 12 mahasiswa S1 dan S2 Unsoed, melakukan observasi, penyebaran angket dan wawancara kepada 40 responden, terdiri warga setempat, pedagang, wisatawan dan pengelola agrowisata Gunungsari.
Selain agrowisata Gunungsari di Kopeng, TPF Unsoed juga melakukan kajian serupa di agrowisata Kaligua, Brebes, agrowisata Tambi di Wonosobo, agrowisata Embung Cangkring di Kebumen, dan agrowisata Pagilaran. Kajian dilakukan sejak Juni hingga akhir Juli 2023.
Menurut Adhi Iman Sulaiman , dari kajian yang dilakukan didapat lima model pengembangan agrowisata yang sangat bermanfaat untuk bahan kajian akademik dan rekomendasi kebijakan. Pertama, Agrowisata Kaligua Brebes sebagai model pengembangan Agrowisata dengan stakeholder pemerintah melalui manajemen PTPN IX yang melibatkan masyarakat lokal. Kedua, Agrowisata PT Perkebunan Tambi Wonosobo sebagai model kerjasama antara perusahaan swasta dengan Pemkab Wonosobo yang juga melibatkan masyarakat lokal.
Ketiga, Agrowisata Embung Cangkring di Desa Cangkring, Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen sebagai model kerjasama antara Bumdes dengan melibatkan masyarakat lokal. Keempat, Agrowisata Pagilaran Kabupaten Batang yang dikelola PT Pagilaran, Pemkab Batang dengan melibatkan masyarakat. Kelima, Agrowisata Gunungsrai Kopeng sebagai model destinasi wisata yang dikelola perorangan dan melibatkan masyarakat.
Pengembangan agrowisata yang ideal, menurut Adhi Iman, adanya kolaborasi dan sinergi antar stakeholder Pentahelix sebagai aktor pembangunan dalam strategi revitalisasi pengembangan agrowisata.
“Stakeholder Pentahelix ini sebagai strategi pemberdayaan ini, melibatkan pemerintah desa dan daerah, swasta, akademisi dan media” ujar Adhi Iman, yang juga dosen Magister Ilmu Komunikasi Unsoed.
Program pemberdayaan masyarakat, lanjut Adhi Iman, idealnya didesain dan dilaksanakan secara partisipatif tentang pelestarian lingkungan, seni budaya lokal, sosial, ekonomi dan kelembagaan masyarakat sebagai indikator Community Based Tourism (CBT).
Populer
Untuk agrowisata Gunungsari, dari pengamatan dan wawancara di lapangan didapat masukan, diantaranya perlunya papan petunjuk menuju ke Agrowisata Gunungsari, karena papan petunjuk yang ada sangat minim, sehingga membingungkan wisatawan. Kemudian tempat parkir yang kurang luas.
“Kami datang malam ke sini, sempat bingung juga, karena papan petunjuk yang sangat minim. 4 km jalan menuju ke tempat ini juga gelap dan banyak lubang, sehingga perlu ada pembenahan,” ujar Firman (50), wisatawan dari Bekasi yang baru pertama ke agrowisata Gunungsari Kopeng untuk berlibur.
Untuk diketahui, agrowisata Gunungsari dikelola oleh Slamet Buang (60), memiliki areal kurang lebih 3 hektar. Agrowisata ini dibangun pada pertengahan tahun 2017. Berada diketinggian +- 1500 mdpl, Agrowisata ini berhawa sejuk dengan temperatur rata-rata 18 derajat celcius.Tiket masuk ke agrowisata ini sekarang Rp 25 ribu/orang.Menurut Slamet Buang, pada hari minggu rata-rata pengunjung kisaran 500 orang.
Belakangan, Agrowisata Gunungsari Kopeng semakin populer sebagai destinasi liburan yang menarik. Agrowisata di kaki Gunung Merbabu ini memiliki daya tarik panorama alam yang menawan, dan juga sebagai wisata edukasi berbasis pertanian yang dilengkapi dengan petik-makan jambu gratis di lokasi.
Saat cuaca cerah, pengunjung bisa bebas menikmati bentang alam Gunung Telomoyo, Gunung Andong, Gunung Sindoro, dan Gunung Sumbing. Di lokasi ini, dilengkapi spot foto dengan arsitektur dari bahan bambu, restoran dengan kuliner tradisional, taman bunga, amfiteater terbuka, camping ground , arena bermain anak dan penginapan. (Prasetiyo)