*Kelas 8A Gencarkan Literasi dan Toleransi Beragama
Kepala SMPN 3 Purbalingga Subarno, S.Pd bersama 4 siswa kelas 8A menunjukkan buku “Cahaya Keimanan” dan salam literasi. (Foto: Prasetiyo/EDUKATOR)
PURBALINGGA, EDUKATOR–Semangat literasi dan toleransi beragama terus digaungkan oleh SMP Negeri 3 Purbalingga. Kali ini, siswa kelas 8A berhasil menerbitkan sebuah buku antologi bertajuk Cahaya Keimanan yang berisi puisi, cerpen, dan refleksi spiritual. Buku setebal 90 halaman ini merupakan hasil Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema “Mengenal Tuhan dan Memperbaiki Hubungan dengan-Nya.”
Kepala SMPN 3 Purbalingga, Subarno, S.Pd., menegaskan, karya ini menjadi bagian dari upaya sekolah dalam membumikan literasi sebagai gerakan harian siswa. “Literasi tidak hanya soal membaca dan menulis, tetapi juga mengenal diri dan Tuhannya. Buku Cahaya Keimanan ini adalah refleksi keberhasilan menanamkan nilai spiritual, sekaligus karakter pelajar Pancasila,” ujar Subarno kepada EDUKATOR di sela-sela peluncuran buku itu di SMPN 3 Purbalingga, Kamis (19/6/2025).
Kepala SMPN 3 Purbalingga Subarno, S.Pd bersama 4 siswa kelas 8A menunjukkan buku “Cahaya Keimanan” (Foto: Prasetiyo/EDUKATOR)
Dua Bulan
Buku Cahaya Keimanan disusun selama dua bulan, yakni Maret hingga April 2025, memuat 34 tulisan, terdiri 31 dari perspektif Islami, dan 3 dari perspektif Kristiani. Setelah selesai disunting, buku langsung dicetak oleh Satria Publisher, Banyumas. Karya-karya di dalamnya menggambarkan perjalanan batin siswa dalam memahami keagungan Tuhan, baik dari perspektif Islam maupun Kristen.
Subarno menegaskan, pihaknya akan terus mendorong setiap kelas agar menghasilkan karya. “Dengan menulis, anak-anak belajar berpikir kritis, berempati, dan bersuara untuk kebaikan,” ujarnya.
Sementara itu Wali kelas 8A, Fashlihatun Amiroh, S.Si., menyampaikan apresiasinya atas semangat dan ketulusan para siswa. “Anak-anak menulis dengan penuh kesungguhan. Mereka belajar menyampaikan nilai ketuhanan melalui bahasa sastra. Karya ini lahir dari hati, dan mampu menyentuh hati,” ujarnya dalam sambutan peluncuran buku ini.
Karya Islami: Dalam, Jujur, dan Reflektif
Mayoritas karya dalam Cahaya Keimanan bernuansa Islami. Beberapa judul dan penulisnya adalah:
1.Al-Quddus (Maha Suci) – Aruni Sekar Pambayun
2.Al Khabir yang Maha Mengetahui – Fara Aurelia Gerard
3.Sang Penjaga – Ayra Febriosa Adi Saputri
4.Sang Pencipta – Fatih Amin Setiaji
5.Kehendakmu – Naswa Aurelia Dewi
6.Allah Maha Menyempitkan – Muhammad Raihan Zhafir Kurniadi
7.Al Mudzil yang Maha Menghinakan – Rangga Alvaro
8.Siapalah Aku Tanpamu – Rizky Putra Prasetyo
9.Yang Maha Menetapkan Hukum – Shahnan Azkarasya Putra
10.Al Latif Maha Lembut – Nazhima Wafalia Zahra
11.Allah Maha Penyayang – Akram Nur Febriansyah
12.Belajar Memberi Salam dengan Benar – Atikah Salsabila Dwi A
13.Allah Begitu Menyayangiku – Afelia Nur Asyfa
14.Sifat Al-Basir Allah – Salma Azfa Dzakiyah
15.Allah Pemberi Keringanan pada Hambanya – Chelsea Chintya Asih
16.Kita Tidak Boleh Sombong – Emir Abdul Rasyid
17.Perlindungan Allah – Faiz Suhail Abdillah
18.Tentang Hidup – Mohammad Fajar
19.Sekolahku-Galang Putu Giono
20.Manahan Diri Saat Hari Puasa – Algazel Marvel Ausson
21.Menahan Diri Saat Hari Puasa – Algazel Marvel Ousson
22.Perlindungan Allah dari Bencana – Ghaffar Aelrama Santoso
23.Kehidupan – Nandana Ghani Syaba’an
24.Al-Qahhar Sang Maha Menundukan – Gita Maharani
25.Belajar Online Waktu Covid-19 – Daffa Hafizh Firdaus
26.Doa – Hana Isnaini
27.Allah Maha Pemberi – Hanif Ardi Prakoso
28.Membantu Teman yang Kesulitan – Naura Dwi Jayanti
29.Segala Usaha yang Membuat Hasil – Raissa Nathania Utomo
30.Allah Sangat Adil pada Hambanya – Wilda Anggraeni Suwarto
31.Titik Balik – Elvia Hasna Rafania
Karya Kristiani: Ungkapan Iman yang Damai
Tiga karya dalam buku ini menggambarkan pengalaman spiritual dari perspektif Kristiani, yakni:
1.Yesus Besertaku – Sheril Belicia Yovela
2.Allah Maha Pengasih – James Jericho Christofer Sutanto
3.Kasih Sayang Tuhan – Nathanael Bryan Erfandi Saputra
Karya-karya ini menegaskan bahwa siswa mampu menyampaikan pengalaman iman dengan bahasa yang santun dan menghargai perbedaan. “Inilah toleransi dalam bentuk paling indah: menulis dari iman, untuk saling memahami,” ujar Fashlihatun Amiroh yang akrab disapa Bu Ami. (Prasetiyo)