Unsoed Kaji Partisipasi Perempuan dalam  KWT di Cilacap

by -1779 Views
Peserta sarasehan saat meninjau green house KWT Sumber Patedhan Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap. (Foto: Budi Yuswinanto/EDUKATOR)

CILACAP, EDUKATOR–Untuk lebih memberdayakan peran perempuan dalam Kelompok Wanita Tani  (KWT),Tim Riset Dasar Unsoed (RDU) melakukan kajian di KWT Sumber Patedhan (KWT SP), Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap. Kajian dan masukan dari Unsoed diharapkan dapat lebih meningkatkan kesejahteraan anggota KWT SP . Di sisi lain, PT. Pertamina (Persero) Depot LPG Cilacap diharapkan  dapat memberikan bantuan  Corporate Social Responsibality (CSR) lagi kepada KWT SP berupa rumah produksi berikut perlengkapannya.

Ketua Tim Riset Dasar Unsoed Dr. Rili Windiasih, M.Si (kiri) saat memberikan cindera mata kepada salah satu anggota KWT Sumber Patedhan Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap . (Foto: Budi Yuswinanto/EDUKATOR)

“Kami merasa senang dan mengucapkan terima kasih kepada Tim Unsoed, yang telah melakukan kajian, memberikan masukan-masukan dan motivasi untuk kemajuan KWT Sumber Patedhan,” ujar Siti Fatimah (73), ketua KWT Sumber Patedhan .

Ketua Program Studi Magister Penyuluhan Pertanian Pasca Sarjana Unsoed Dr Lilik Kartika Sari, S.Pi, M.Si (kiri) saat memberikan sambutan pada kegiatan di KWT Sumber Patedhan Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap . (Foto: Budi Yuswinanto/EDUKATOR)

KWT SP  yang berlokasi dekat dengan PT. Pertamina (Persero) Depot LPG Cilacap di Kelurahan Lomanis, berdiri pada Desember 2018, kini beranggotakan 30 orang ibu rumah tangga yang tersebar di wilayah Rukun Warga (RW) 01 dan RW 03. Berkat CSR berupa program pemberdayaan sosial ekonomi dari PT. Pertamina (Persero) Depot LPG Cilacap, KWT SP hingga kini aktif dan produktif melakukan kegiatan.

Suasana sarasehan di KWT Sumber Patedhan Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap . (Foto: Budi Yuswinanto/EDUKATOR)

Kegiatannya itu, memanfaatkan kebun di samping rumah anggota untuk budidaya tanaman sayuran seperti caisim, terong, cabe rawit, dan kangkung darat untuk mendukung ketahanan pangan lokal. Di  RW 01, lahan kebun yang dibudidayakan kurang lebih seluas 379 meter persegi,  sedangkan di RW 03 seluas 260 meter persegi.

Suasana sarasehan di KWT Sumber Patedhan Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap . (Foto: Budi Yuswinanto/EDUKATOR)

Selain budi daya tanaman sayuran, anggota KWT SP  juga membuat olahan produk makanan berupa keripik daun bayam, keripik kacang, keripik buah sukun dan  serbuk minuman jahe merah dan jahe emprit. Semua produk olahan itu sudah berstandar halal dan sudah mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tanggah (SPP-IRT) dari Bupati Cilacap.

Peserta sarasehan melakukan observasi di kebun KWT Sumber Patedhan Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap . (Foto: Budi Yuswinanto/EDUKATOR)

“Untuk budidaya tanaman sayuran, kami petik untuk diolah sendiri, dan ada juga yang kami jual ke pasar untuk menambah penghasilan. Sedangkan olahan makanan yang kami buat, selama ini pemasarannya selain Cilacap dan sekitarnya, juga sampai ke Jakarta dan  Bandung. Bahkan, sampai ke  Malaysia, Arab Saudi, Hongkong, dan China,” ujar Siti Fatimah yang didampingi Sadiyah (48), anggota KWT SP lainnya.

Peserta sarasehan melakukan observasi di kebun KWT Sumber Patedhan Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap . (Foto: Budi Yuswinanto/EDUKATOR)

Atas kiprahnya itu, Tim Riset Dasar Unsoed (RDU) yang berjumlah 3 orang dosen dan 5 mahasiswa Fisip Unsoed melakukan kajian. Kegiatan ini sekaligus praktikum melibatkan 11 mahasiswa Pasca Sarjana Unsoed dari  Program studi Magister Penyuluhan Pertanian (MPP) dan Magister Agribisnis angkatan 2022, yang dikemas dalam  Sarasehan dengan tema Implementasi Model Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Bidang Sosial Ekonomi Produktif.

Kegiatan berlangsung di Sekretariat KWT Sumber Patedhan, Sabtu  (3/6/2023), dilanjutkan tinjauan lapangan ke kebun milik KWT SP.

Ketua Tim RDU Dr. Rili Windiasih, M.Si mengatakan , pihaknya tertarik untuk banyak belajar dari pengalaman KWT SP  dalam mengelola program CSR Pertamina dalam ketahanan pangan dan produk pangan yang sangat bermanfaat untuk menambah penghasilan masyarakat. 

Suasana sarasehan di KWT Sumber Patedhan Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap . (Foto: Budi Yuswinanto/EDUKATOR)

Kegiatan sarasehan dimulai dari kegiatan sambung rasa perkenalan seluruh peserta dari Tim RDU Unsoed dan Tim Praktikum mahasiswa dengan KWT Sumber Pathedan yang sangat meriah dan akrab diselingi  candaan dari pembagian hadiah atas jawaban pertanyaan yang mampu dijawab peserta.

Kemudian sesi kedua dibagi kedalam dua kelompok dialog yaitu kelompok sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya ekonomi (SDE), satu lagi kelompok sumber daya sosial budaya (SDSB) dan sumber daya lingkungan (SDL). 

Adapun tujuan pembagian kelompok ini ,menurut ketua Tim Praktikum sekaligus penggiat pemberdayaan dari Unsoed Dr. Adhi Iman Sulaiman, mahasiswa langsung dihadapkan pada realitas yang nyata untuk belajar langsung melalui dialog partisipatif, mengidentifikasi, menganalisis sampai membuat desain program pemberdayaan dalam hal ini KWT. Yakni berdasarkan permasalahan, kebutuhan dan potensi yang bersumber pada SDM, SDE, SDSB & SDL. Kemudian memberikan masukan atau rekomendasi bagi pengembangan usaha KWT”. 

Sesi selanjutnya adalah pembahasan hasil dialog partisipatif dari identifikasi dan analisis program pemberdayaan sosial-ekonomi yang menjadi rekomendasi temuan juga masukan bagi program kelanjutan KWT Sumber Pathedan.

Butuh Pendampingan

Salah satu peserta sarasehan sekaligus pengurus KWT Sumber Pathedan yang aktif , Sadiyah (48) berharap ada keberlanjutan kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan baginya untuk dapat mengembangkan budidaya sayuran dan produk olahannya.

Sadiyah menceritakan, pada musim kemarau mulai Juni  2023 ini , lahan kebun dan green-house milik KWT SP untuk  budidaya tanaman sayuran, tidak bisa produksi, karena banyak tanaman yang mati.

“Kami bingung, bagaimana mengatasi hal ini. Untuk itu, kami masih butuh pelatihan dan pendampingan lanjutan dari Tim Unsoed,” harapnya.

Sadiyah juga menceritakan, belakangan KWT SP berjualan produk olahan  seperti  keripik daun bayam, keripik kacang, keripik buah sukun dan  serbuk minuman jahe merah dan jahe emprit.

Aneka produk olahan dari KWT Sumber Patedhan Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap . (Foto: Budi Yuswinanto/EDUKATOR)

Harga jual produk itu per kemasan rata-rata Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu. Yang paling laku peyek daun bayam, yang memilki rasa gurih dan renyah. Pada hari-hari biasa, dalam satu bulan mampu memproduksi sampai 50 kg, dimana harga per kg Rp 80 ribu. Jika menjelang lebaran, produksinya bisa meningkat lima kali lipat.

Sadiyah dan anggota KWT SP lainnya berharap, untuk mememenuhi permintaan pasar yang kian bertambah, pihaknya meminta  PT. Pertamina (Persero) Depot LPG Cilacap   dapat memberikan bantuan  CSR  lagi kepada KWT SP berupa peralatan dan rumah produksi . 

“Selama ini, kami memanfaatkan rumah Bu Siti Fatimah untuk usaha ini. Idealnya, kalau ada rumah produksi berikut peralatan-peralatannya yang mencukupi seperti wajan penggorengan , alat pengering, peralatan sealer kemasan,dan sebagainya, kami bisa maksimal lagi dalam berusaha,” ujar Sadiyah. 

Semangat dan Kompak

Pamuji , salah satu perwakilan Mahasiswa Magister Penyuluhan Pertanian dari Pascasarjana Unsoed mengatakan, menjadikan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat seperti KWT Sumber Pathedan untuk budidaya tanaman sayuran serta produk olahan adalah sebuah keniscayaan dalam membantu kebutuhan harian dan bulanan keluarga sehingga perlu terus dikembangkan melalui pendampingan dan keberlanjutan program pemberdayaan. 

Foto bersama peserta sarasehan di KWT Sumber Patedhan Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap . (Foto: Budi Yuswinanto/EDUKATOR)

“Semangat dan kekompakan Ibu-ibu KWT Sumber Pathedan sangat luar biasa dan bisa jadi modal sosial yang bagus untuk terus melanjutkan usaha dan aktivitas kelembagaanya. Dalam hal ini, perlu lebih banyak dilibatkan pengurus dan anggota KWT dalam proses perumusan program pemberdayaan supaya sesuai dengan permasalahan, potensi dan kebutuhan KWT itu sendiri”, saran Pamuji.

Mengakhiri  sarasehan, diadakan evaluasi kegiatan dari Tim RDU Unsoed dan mahasiswa . Dalam evaluasi ini, diberikan ulasan dan penjelasan atas hasil dialog  tentang permasalahan inti dan kebutuhan dari KWT SP, yang selanjutnya perlu ditindaklanjuti.

Di akhir sarasehan, acara berlangsung meriah dan penuh keakraban, karena panitia memberikan kuiz berhadiah untuk anggota KWT SP.

Kemandirian

Pakar pemberedayaan Unsoed, Dr Adhi Iman Sulaiman, S.IP M.Si (Foto: Budi Yuswinanto/ EDUKATOR)

Sementara itu pakar pemberdayaan Unsoed Dr Adhi Iman Sulaiman, SIP, M.Si mengatakan, tahapan pemberdayaan adalah membangun motivasi, kekompakan dalam kelembagaan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk usaha produktif,  sampai dapat menciptakan kemandirian.

“Untuk menuju sampai kemandirian itu, tetap harus ada pendampingan keberlanjutan dari berbagai pihak. Baik itu perusahaan, pemerintah lokal dan perguruan tinggi. Hal ini untuk dapat  meningkatkan produksi, kualitas produk, promosi dan pemasaran produk,” ujar  Adhi Iman Sulaiman . (prasetiyo)

No More Posts Available.

No more pages to load.